{39} Az-Zumar / الزمر | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | فصلت / Fussilat {41} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Ghafir غافر (Yang Maha Pengampun) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 40 Tafsir ayat Ke 65.
هُوَ الْحَيُّ لَا إِلَـٰهَ إِلَّا هُوَ فَادْعُوهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ ۗ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ ﴿٦٥﴾
huwal-ḥayyu lā ilāha illā huwa fad’ụhu mukhliṣīna lahud-dīn, al-ḥamdu lillāhi rabbil-‘ālamīn
QS. Ghafir [40] : 65
Dialah yang hidup kekal, tidak ada tuhan selain Dia; maka sembahlah Dia dengan tulus ikhlas beragama kepada-Nya. Segala puji bagi Allah Tuhan seluruh alam.
Dialah Allah Yang Mahahidup dengan kehidupan yang sempurna dan lengkap tiada Illah yang haq selain-Nya, maka mintalah kepada-Nya dan berikanlah ibadah kalian hanya kepada-Nya dengan memurnikan agama dan ketaatan kepada-Nya. Segala puji dan sanjungan sempurna hanya milik Allah Rabb seluruh makhluk.
Dalam firman selanjutnya disebutkan:
Dialah Yang hidup kekal, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. (Al-Mu’min: 65)
Yakni Dialah Yang Hidup sejak zaman azali dan selama-lamanya, Dia tetap dan tetap Hidup, Dialah Yang Pertama dan Yang Terakhir, dan Yang Mahalahir lagi Mahabatin.
tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. (Al-Mu’min: 65)
Yaitu tiada tandingan dan tiada saingan bagi-Nya.
maka sembahlah Dia dengan memurnikan ibadah kepada-Nya. (Al-Mu’min: 65)
dengan mengesakan-Nya dan mengakui bahwa tiada Tuhan yang wajib disembah selain Dia, segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.
Ibnu Jarir mengatakan bahwa ada sejumlah ahlul ‘ilmi yang menganjurkan kepada orang yang mengucapkan kalimah “Tidak ada Tuhan (yang wajib disembah) melainkan Allah” agar mengiringinya dengan kalimah “Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam” karena berdasarkan ayat ini.
Kemudian Ibnu Jarir meriwayatkan dari Muhammad ibnu Ali ibnul Husain ibnu Syaqiq dari ayahnya, dari Al-Husain ibnu Waqid, dari Al-A’masy, dari Mujahid, dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa barang siapa yang mengucapkan kalimah “Tidak ada Tuhan yang wajib disembah selain Allah”, hendaklah ia mengiringinya dengan kalimah “Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam”. Yang demikian itu berdasarkan firman-Nya: maka sembahlah Dia dengan memurnikan ibadah kepada-Nya. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. (Al-Mu’min: 65)
Abu Usamah dan lain-lainnya telah meriwayatkan dari Ismail ibnu Abu Khalid, dari Sa’id ibnu Jubair yang mengatakan bahwa apabila engkau membaca firman-Nya: maka sembahlah Dia dengan memurnikan ibadah kepada-Nya. (Al-Mu’min: 65) maka ucapkanlah pula sesudahnya, “Tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah,” dan ucapkanlah pula sesudahnya, “Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.” Kemudian Sa’ id ibnu Jarir membaca firman-Nya: maka sembahlah Dia dengan memurnikan ibadah kepada-Nya. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. (Al-Mu’min: 65)
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Namir, telah menceritakan kepada kami Hasyim ibnu Urwah ibnuz Zubair, dari Abuz Zubair alias Muhammad ibnu Muslim ibnu Badr Al-Makki yang mengatakan bahwa Abdullah ibnuz Zubair setiap usai dari salam salatnya selalu mengucapkan doa berikut:
Tidak ada Tuhan yang wajib disembah melainkan Allah semata tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya kerajaan dan segala puji, Dia Mahakuasa atas segala sesuatu; tiada daya (untuk menghindar dari maksiat) dan tiada kekuatan (untuk mengerjakan ibadah) kecuali dengan pertolongan Allah. Tiada Tuhan yang wajib disembah melainkan Allah, dan kami tidak menyembah selain kepada Dia, bagi-Nyalah semua nikmat, karunia dan pujian yang baik. Tiada Tuhan yang wajib disembah melainkan Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya, sekalipun orang-orang kafir tidak suka.
Kemudian Abdullah ibnuz Zubair mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ selalu membaca doa tersebut sehabis tiap salatnya.
Imam Muslim, Imam Abu Daud, dan Imam Nasai telah meriwayatkan hadis ini melalui Hisyam ibnu Urwah, Hajjaj ibnu Abu Usman dan Musa ibnu Uqbah; ketiga-tiganya dari Abuz Zubair, dari Abdullah ibnuz Zubair yang telah mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ selalu mengucapkan doa berikut seusai tiap salatnya, yaitu:
Tidak ada Tuhan yang wajib disembah melainkan Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya.
lalu disebutkan hingga akhir hadis.
هُوَ الْحَيُّ “Dialah Yang Mahahidup” yang memiliki kehidupan sempurna lagi paripurna yang menuntut adanya sifat-sifat dzatiyah yang pasti dimilikiNya, yang kehidupanNya tidak akan sempurna kecuali dengan adanya, seperti, mendengar, melihat, kuasa, berilmu, berbicara, dan sifat-sifat kesempurnaan dan kebesaranNya yang lain.
لا إِلَهَ إِلا هُوَ “Tiada tuhan yang berhak disembah melainkan Dia.” Tiada sembahan yang haq melainkan Dia, Yang Mahamulia, فَادْعُوهُ “maka berdoalah kepadaNya.” Ini mencakup doa ibadah dan doa permohonan, مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ “dengan memurnikan ibadah kepadaNya.” Maksudnya, niatilah dalam setiap ibadah, doa, dan amal untuk mendapat keridhaan Allah جَلَّ جَلالُهُ. Sebab, ikhlaslah yang diperintahkan, sebagaimana ditegaskan oleh FirmanNya,
وَمَا أُمِرُوا إِلا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepadaNya dalam (menjalankan) agama yang lurus.” (Al-Bayyinah: 5).
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ “Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam.” Maksudnya, seluruh bentuk pujian, sanjungan, dan persembahan dengan ucapan, seperti ucapan manusia yang menyebutNya dan dengan pekerjaan, seperti beribadah kepadaNya, semua itu adalah hanya untuk Allah جَلَّ جَلالُهُ semata, tiada sekutu bagiNya, karena kesempurnaan sifat-sifat, perbuatan, dan nikmat-nikmatNya.
Keniscayaan bahwa Allah-lah yang layak dijadikan tuhan dan se-bagai tempat memohonkan doa lebih dikukuhkan lagi dengan ayat ini. Dialah yang hidup kekal yang memberikan kehidupan bagi semua yang hidup, tidak ada tuhan yang layak disembah selain dia; maka oleh sebab itu, berdoa dan sembahlah dia dengan tulus ikhlas beragama kepada-Nya dengan tidak mempersekutukan-Nya dengan yang lain. Segala puji bagi Allah, dia maha esa, tuhan seluruh alam. 66. Setelah jelas dan tuntas tentang keniscayaan bahwa hanya Allah yang layak untuk disembah dan sebagai tempat meminta, bukan kepada yang lain, maka pada ayat di atas dan ayat-ayat berikut disampaikan larangan untuk menyembah selain Allah. Katakanlah, wahai nabi Muhammad, ‘sungguh, aku sangat dilarang untuk menyembah sembahan yang kamu sembah selain Allah yang maha esa, setelah datang kepadaku keterangan-keterangan dan bukti-bukti dari tuhanku; dan lebih dari itu aku diperintahkan agar dengan bersungguh-sungguh berserah diri kepada tuhan pemelihara seluruh alam. ‘.
Ghafir Ayat 65 Arab-Latin, Terjemah Arti Ghafir Ayat 65, Makna Ghafir Ayat 65, Terjemahan Tafsir Ghafir Ayat 65, Ghafir Ayat 65 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Ghafir Ayat 65
Tafsir Surat Ghafir Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)