{40} Ghafir / غافر | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | الشورى / Asy-Syura {42} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Fussilat فصلت (Yang Dijelaskan) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 41 Tafsir ayat Ke 7.
الَّذِينَ لَا يُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَهُمْ بِالْآخِرَةِ هُمْ كَافِرُونَ ﴿٧﴾
allażīna lā yu`tụnaz-zakāta wa hum bil-ākhirati hum kāfirụn
QS. Fussilat [41] : 7
(yaitu) orang-orang yang tidak menunaikan zakat dan mereka ingkar terhadap kehidupan akhirat.
tidak menunaikan sedekah kepada yang berhak menerimanya, sehingga dia tidak memiliki keikhlasan kepada Khalik dan tidak pula manfaat kepada makhluk dan mereka tidak beriman kepada kebangkitan, mereka juga tidak beriman kepada surga dan neraka.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
(yaitu) orang-orang yang tidak menunaikan zakat. (Fushshilat: 7)
Ali ibnu AbuTalhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a., bahwa makna yang dimaksud ialah orang-orang yang tidak bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang wajib disembah selain Allah. Hal yang sama telah dikatakan oleh Ikrimah.
Ayat ini semakna dengan firman-Nya:
sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (Asy-Syams: 9-10)
Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman), dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia salat. (Al-A’la: 14-15)
Dan seperti firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
dan katakanlah (kepada Fir’aun), “Adakah keinginan bagimu untuk membersihkan diri (dari kesesatan).” (An-Nazi’at: 18)
Makna yang dimaksud dengan zakat dalam ayat ini ialah kesucian jiwa dari akhlak yang tercela, dan yang terpenting darinya ialah membersihkan jiwa dari kemusyrikan. Sesungguhnya zakat harta itu dinamakan dengan istilah zakat karena ia membersihkan harta dari keharaman, dan akan menjadi penyebab bagi bertambahnya berkah dan banyaknya manfaat serta menjadi pendorong untuk menggunakannya ke jalan-jalan ketaatan.
As-Saddi mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang mempersekutukan-(Nya), (yaitu) orang-orang yang tidak menunaikan zakat. (Fushshilat: 6-7) Yakni tidak menunaikan zakat hartanya.
Mu’awiyah ibnu Qurrah mengatakan bahwa mereka bukanlah termasuk ahli zakat, yang terkena taklif menunaikan zakat.
Qatadah mengatakan bahwa mereka menolak, tidak mau mengeluarkan zakat harta mereka.
Inilah makna yang banyak dianut oleh kebanyakan ulama tafsir, dan dipilih oleh Ibnu Jarir. Tetapi pendapat ini masih diragukan, karena sesungguhnya kewajiban zakat itu hanya baru ditetapkan sejak tahun kedua Hijriah, menurut keterangan yang dikemukakan bukan hanya oleh seorang saja dari kalangan ulama. Dan bahwa ayat ini Makkiyyah, kecuali jika dikatakan bahwa tidaklah mustahil bila hukum asal sedekah dan zakat telah diperintahkan sejak permulaan masa kerasulan, seperti pengertian yang terdapat di dalam firman-Nya:
dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan di keluarkan zakatnya). (Al-An’am: 141)
Adapun mengenai zakat yang mempunyai nisab dan takaran, sesungguhnya ia hanya baru dijelaskan perkaranya ketika di Madinah. Dengan demikian, berarti pendapat ini menggabungkan di antara dua pendapat sebagaimana dalam masalah salat. Pada mulanya salat itu diwajibkan sebelum matahari terbit dan sebelum matahari terbenam, ini dalam permulaan masa kerasulan. Dan ketika Isra dilakukan oleh Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dua tahun setengah sebelum masa hijrah, Allah memfardukan kepada Rasul-Nya salat lima waktu, dan perincian mengenai persyaratan, rukun-rukunnya, dan hal-hal yang berkaitan dengannya diterangkan sesudah itu setahap demi setahap; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
6-7. “katakanlah” kepada mereka, wahai nabi “bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku,” inilah sifat dan tugasku, yaitu bahwa aku adalah manusia biasa, aku tidak memiliki wewnang apa pun, dan aku juga tidak memilki apa yang kalian minta segera. Sesungguhnya Allah hanya mengutamakanku atas kalian, mengistimewakanku dengan wahyu yang diwahyukanNya kepadaku dan memerintahkanku untuk mengikutinya dan mengajak kalian kepadanya. “maka tetaplah pada jalan yang lurus menuju kepadaNYa,” maksudnya, tempuhlah jalan yang dapat mengantarkan kepada Allah, dengan cara membenarkan berita yang aku sampaikan dan mengikuti perintah dan jauhi larangan. Inilah hakikat istiqamah. Kemudian konsisten kepadanya. Ungkapan, “padanya,” mengingatkan tentang keikhlasan, dan orang yang akan beramal hendaknya menjadikan tujuan dan niat beramalnya adalah untuk sampai kepada Allah dan kepada negeri kemuliaanNYa.maka dengan begitu amalnya tulus, shalih, lagi bermanfaat, dan dengan terbaiknya ikhlas maka amalnya menjadi sia-sia.
Oleh karena seorang hamba, sekalipun ia telah bersungguh-sungguh untuk tetap istiqamah, pasti terjadi kekeliruan darinya karena mengabaikan perintah atau melakukan yang dilarang, maka Allah menyuruh mengobatinya dengan istigfar yang mengandung makna taubat, seraya berfirman, ”dan mohonlah ampun kepadanya,” kemudian Allah mengancam orang yang mengabaikan istiqamah, seraya berfirman, ”dan kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang mempersekutukanNYa, yaitu orang-orang yang tidak menunaikan zakat,” yaitu orang-orang yang menyembah apa-apa yang tidak mampu mendatangkan manfaat, mudaat, kematian, kehidupan dan tidak pula mampu menghidupkan kembali. Dan mereka menginjak-nginjak diri mereka, tidak membersihkannya dengan mengesakan Allah,Rabb mereka dan ikhlas kepadaNYa. Mereka tidak melakukan shalat dan tidak juga membayar zakat. Tidak ada keikhlasan kepada sang pencipta dengan tauhid dan shalat, dan tidak pula ada pemberian manfaat kepada sesame dengan menunaikan zakat dan lain-lainnya.
“dan mereka kafir akan adanya akhirat,” artinya, mereka tidak beriman kepada kebangkitan, kepada adanya surga ataupun adanya neraka. Maka dari itu, setelah rasa takut sirna dari hati mereka, maka mereka berani melakukan apa yang telah mereka lakukan, yaitu perbuatan yang dapat mencelakakan mereka di akhirat.
Siapakah orang-orang yang mempersekutukan Allah itu’ mereka adalah orang-orang yang tidak menunaikan zakat, dan mereka juga ingkar terhadap kehidupan akhirat dan tidak mempercayai adanya kebangkitan manusia kembali setelah mereka dimatikan. 8. Setelah menggambarkan ancaman bagi orang-orang musyrik mekah, Al-Qur’an mengalihkan perhatian kepada orang-orang beriman. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dengan tulus ikhlas dan yang membuktikan iman mereka dengan mengerjakan kebajikan dan ber-amal saleh, mereka mendapat anugerah pahala yang sangat besar serta dilimpahi rezeki yang tidak ada putus-putusnya. ‘.
Fussilat Ayat 7 Arab-Latin, Terjemah Arti Fussilat Ayat 7, Makna Fussilat Ayat 7, Terjemahan Tafsir Fussilat Ayat 7, Fussilat Ayat 7 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Fussilat Ayat 7
Tafsir Surat Fussilat Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54