{40} Ghafir / غافر | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | الشورى / Asy-Syura {42} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Fussilat فصلت (Yang Dijelaskan) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 41 Tafsir ayat Ke 32.
نُزُلًا مِنْ غَفُورٍ رَحِيمٍ ﴿٣٢﴾
nuzulam min gafụrir raḥīm
QS. Fussilat [41] : 32
Sebagai penghormatan (bagimu) dari (Allah) Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang.
(31-32) Para malaikat berkata kepada mereka, “Kami adalah para penolong kalian di kehidupan dunia. Kami menyokong dan menjaga kalian dengan perintah Allah. Demikian pula kami akan menyertai kalian di akhirat. Di surga ini kalian bebas mendapatkan apa yang kalian pilih dan inginkan. Mata kalian akan menjadi sejuk. Apa pun yang kalian inginkan akan hadir di hadapan kalian sebagai sambutan dan kenikmatan bagi kalian dari Tuhan yang Maha Pengampun atas dosa-dosa kalian dan Maha Penyayang terhadap kalian.
Ibnu Abu Hatim dalam ayat ini telah mengetengahkan sebuah hadis tentang pasar di dalam surga, yaitu pada tafsir firman-Nya: di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Fushshilat: 31-32). Untuk itu Ibnu Abu Hatim mengatakan:
telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Ammar, telah menceritakan kepada kami Abdul Humaid ibnu Habib ibnu Abul Isyrin Abu Sa’id Al-Auza’i, telah menceritakan kepadaku Hassan ibnu Atiyyah, dari Sa’id ibnul Musayyab, bahwa ia bersua dengan Abu Hurairah r.a., lalu Abu Hurairah r.a. berkata, “Aku memohon kepada Allah semoga Dia menghimpunkan aku dan kamu di dalam pasar surga.” Sa’id ibnu Jubair bertanya, “Apakah di dalam surga terdapat pasar?” Abu Hurairah dalam jawabannya mengiakan, lalu ia menerangkan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bercerita kepadanya: bahwa para penghuni surga apabila telah dimasukkan ke dalam surga, mereka mendapat jamuan dari Allah berkat keutamaan amal perbuatan mereka. Maka diizinkan bagi mereka selama satu hari seperti lamanya hari Jumat pada kalian; dalam waktu itu Allah menampakkan bagi mereka ‘Arasy-Nya, dan Allah menampakkan diri bagi mereka di dalam suatu taman surga. Kemudian dibuatkan bagi mereka mimbar-mimbar, ada yang dari cahaya, ada yang dari mutiara, ada yang dari yaqut, ada yang dari zabarjad, ada yang dari emas, dan ada yang dari perak. Orang yang paling bawah kedudukannya dari ahli surga yang pada penampilannya tiada yang rendah di antara mereka, mereka duduk di atas tumpukan minyak kesturi dan kafur, dan mereka tidak memandang bahwa ahli surga yang mempunyai kursi kedudukan lebih utama kedudukannya daripada mereka. Abu Hurairah r.a. bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah kita dapat melihat Tuhan kita?” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab, “Ya, apakah kalian berdesak-desakan saat melihat matahari dan rembulan di malam purnama?” Kami menjawab, “Tidak.” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, bahwa demikian pula kalian tidak berdesak-desakan saat melihat Tuhan kalian. Dan tiada seorang pun yang ada dalam majelis tersebut melainkan Allah menjumpainya sekali jumpa. Sehingga Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman kepada seseorang dari mereka, “Hai Fulan bin Fulan, apakah engkau teringat hari anu ketika kamu mengerjakan anu dan anu,” Allah mengingatkannya tentang sebagian dari kekeliruannya semasa di dunia. Maka lelaki itu menjawab, “Ya, benar Tuhanku, saya ingat, tetapi bukankah Engkau telah memberi ampun bagiku?” Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menjawab, “Benar, maka berkat keluasan ampunan-Ku engkau mencapai kedudukanmu yang sekarang ini.” Ketika para ahli surga dalam keadaan demikian, lalu mereka ditutupi oleh awan dari atas mereka, dan turunlah hujan wewangian kepada mereka yang wanginya belum pernah mereka rasakan seharum itu. Kemudian Allah berfirman, “Bangkitlah kalian menuju tempat yang telah Kusediakan bagi kalian, yaitu tempat yang terhormat, dan ambillah apa saja yang kalian sukai.” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ melanjutkan kisahnya, bahwa lalu kami mendatangi suatu pasar yang dikelilingi oleh para malaikat, di dalamnya terdapat segala sesuatu yang belum pernah terlihat oleh mata hal yang semisal dengannya, belum pernah terdengar oleh telinga, dan belum pernah terdetik di hati manusia. Maka dibawakanlah bagi kami segala sesuatu yang kami sukai tanpa harus memakai transaksi jual beli, dan di dalam pasar itu sebagian ahli surga bersua dengan sebagian yang lainnya. Datanglah seorang ahli surga yang mempunyai kedudukan yang tinggi menjumpai ahli surga yang kedudukannya berada di bawahnya, tetapi tiada seorang pun di antara mereka yang rendah. Maka yang berkedudukan lebih rendah itu merasa terkejut dengan pakaian yang dikenakan oleh temannya yang lebih tinggi kedudukannya itu. Belum lagi pembicaraannya habis, tiba-tiba yang berkedudukan rendah berubah dengan penampilan yang lebih baik daripada temannya itu. Demikian itu karena seseorang tidak boleh merasa bersedih hati di dalam surga. Setelah itu kami pulang ke tempat tinggal masing-masing dan disambut oleh istri-istri kami seraya mengatakan, “Selamat datang, kekasih kami, sesungguhnya engkau datang dengan penampilan yang lebih tampan, lebih harum, dan lebih utama daripada sebelumnya saat engkau meninggalkan kami.” Maka suaminya menjawab, “Sesungguhnya kami hari ini bertamu kepada Tuhan kami Yang Maha Mengalahkan, Mahasuci, lagi Mahatinggi, maka sudah sepantasnya bila kami kembali pulang dalam keadaan seperti ini berkat kemurahan-Nya.”
Imam Turmuzi meriwayatkan hadis ini di dalam Sifatul Jannah, bagian dari kitab Jami’-nya melalui Muhammad ibnu Ismail, dari Hisyam ibnu Ammar.
Ibnu Majah meriwayatkannya dari Hisyam ibnu Ammar dengan sanad dan lafaz yang semisal. Kemudian Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini garib, kami tidak mengenalnya kecuali hanya melalui jalur ini.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Addi, dari Humaid, dari Anas r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda: Barang siapa yang menyukai perjumpaan dengan Allah, maka Allah menyukai pula perjumpaan dengannya. Dan barang siapa yang tidak suka perjumpaan dengan Allah, maka Allah tidak suka pula berjumpa dengannya. Kami bertanya, “Wahai Rasulullah, kita semua tentu tidak suka mati.” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab: Hal itu bukan berarti membenci kematian, tetapi seorang mukmin itu apabila menjelang kematiannya didatangi oleh malaikat pembawa berita gembira dari Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى yang menceritakan kepadanya tempat yang bakal dihuninya. Maka tiada sesuatu pun yang lebih disukainya selain dari perjumpaan dengan Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى Maka Allah pun suka menjumpainya. Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ melanjutkan kisahnya, bahwa sesungguhnya seorang pendurhaka atau seorang kafir apabila menjelang kematiannya didatangkan kepadanya keburukan yang kelak akan menjadi tempat tinggalnya atau keburukan yang akan dijumpainya. Karena itu ia membenci perjumpaan dengan Allah, maka Allah pun tidak suka berjumpa dengannya.
Hadis ini sahih, dan di dalam kitab sahih hadis ini telah diketengahkan melalui jalur yang lain.
نُزُلًا مِنْ غَفُورٍ رَحِيمٍ “Sebagai hidangan dari Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” Maksudnya, pahala yang berlimpah dan kenikmatan abadi ini adalah hidangan dan jamuan dari Allah Yang Maha Pengampun yang telah mengampuni kesalahan-kesalahan kalian; Dia Penyayang, karena Dia telah membimbing kalian untuk mengerjakan amal-amal kebajikan lalu Dia menerimanya. Maka karena ampunanNyalah Dia menghapus segala yang diwaspadai dari kalian, dan karena rahmatNyalah Dia mengaruniakan kepada kalian apa yang kalian dambakan.
Yang demikian itu adalah sebagai penghormatan bagimu dari Allah yang maha pengampun lagi maha penyayang. 33. Setelah ayat-ayat yang lalu menjelaskan penghargaan kepada orang-orang yang istikamah dengan kedatangan malaikat yang membantu mereka, maka ayat-ayat berikut memberikan pujian terhadap orang yang menyeru ke jalan Allah. Dan siapakah yang lebih baik perkataannya di antara manusia, daripada orang yang menyeru kepada Allah agar manusia tidak melakukan kemusyrikan, dan selalu gemar mengerjakan kebajikan dan berkata dengan penuh keyakinan, ‘sungguh, aku termasuk ke dalam kelompok orang-orang muslim yang berserah diri”.
Fussilat Ayat 32 Arab-Latin, Terjemah Arti Fussilat Ayat 32, Makna Fussilat Ayat 32, Terjemahan Tafsir Fussilat Ayat 32, Fussilat Ayat 32 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Fussilat Ayat 32
Tafsir Surat Fussilat Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)