{41} Fussilat / فصلت | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | الزخرف / Az-Zukhruf {43} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Asy-Syura الشورى (Musyawarah) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 42 Tafsir ayat Ke 2.
عسق ﴿٢﴾
‘Aīn sīn qāf
QS. Asy-Syura [42] : 2
Ain Sin Qaf
Haa, miim. Pembicaraan tentang huruf-huruf terpenggal telah hadir di awal surat Al-Baqarah.
Dalam pembahasan terdahulu telah diterangkan mengenai huruf-huruf hijaiyah yang mengawali surat-surat Al-Qur’an. Tetapi di sini Ibnu Jarir telah meriwayatkan sebuah atsar yang gharib, aneh, lagi irasional.
Ia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Zuhair, telah menceritakan kepada kami Abdul Wahhab ibnu Najdah Al-Huti, telah menceritakan kepada kami Abul Mugirah Abdul Quddus ibnul Hajjaj, dari Artah ibnul Munzir yang menceritakan bahwa pernah ada seorang lelaki datang kepada Ibnu Abbas yang pada saat itu Ibnu Abbas sedang berhadapan dengan Huzaifah ibnul Yaman, lalu lelaki itu menanyakan kepadanya tentang tafsir firman-Nya: Ha Mim ‘Ain Sin Qaf. (Asy-Syura: 1-2)
Ibnu Abbas menundukkan kepalanya, lalu berpaling dari lelaki itu. Lelaki itu mengulangi pertanyaannya, tetapi Ibnu Abbas memalingkan muka tidak menjawabnya barang sepatah kata pun, kelihatannya dia tidak senang dengan pertanyaan itu. Kemudian si lelaki itu mengulangi pertanyaannya untuk yang ketiga kalinya, tetapi Ibnu Abbas tidak menjawab sepatah kata pun.
Akhirnya Huzaifah r.a. berkata kepada lelaki itu, bahwa dialah yang akan menjawab pertanyaan itu. Huzaifah r.a. mengatakan,”Engkau tahu mengapa Ibnu Abbas tidak suka menafsirkannya, sebenarnya ayat ini diturunkan berkenaan dengan seorang lelaki dari kalangan ahli baitnya. Lelaki itu dikenal dengan nama Abdullah, dia bertempat tinggal di salah satu tepi sungai di belahan bumi timur. Dia membangun dua buah kota padanya yang di antara keduanya terbelah oleh sebuah sungai. Apabila Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى telah menetapkan lenyapnya kerajaan mereka dan runtuhnya negeri mereka serta masa keemasannya telah punah, maka di suatu malam Allah mengirimkan api kepada salah satu dari kedua kota itu. Kemudian pada pagi harinya kota itu menjadi hangus lagi gelap, semuanya telah terbakar, seakan-akan belum pernah ada sebuah kota padanya. Kejadian itu membuat para penghuninya merasa heran, mengapa kota mereka bisa hancur seperti itu. Dan begitu matahari memancarkan sinar terangnya di hari yang sama, tiba-tiba berkumpullah padanya semua orang yang angkara murka lagi pengingkar dari kalangan mereka, lalu Allah membenamkan kota itu bersama mereka semuanya. Yang demikian itulah makna yang dimaksud dari firman-Nya, Ha Mim ‘Ain Sin Qaf, yakni suatu ketetapan dari Allah dan cobaan serta keputusan dari Ha Mim. ‘Ain artinya keadilan dari Allah, Sin artinya bakal terjadi, sedangkan Qaf artinya menjadi kenyataan yang akan menimpa kedua kota tersebut.”
Riwayat yang lebih gharib lagi diriwayatkan oleh Al-HafizAbu Ya’la Al-Mausuli di dalam juz kedua dalam kitab Musnad Ibnu Abbas-nya, dari Abu Zar r.a., dari Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ sehubungan dengan kisah tersebut. Tetapi sanadnya lemah sekali dan munqati’.
Dia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Talib Abdul Jabbar ibnu Asim, telah menceritakan kepada kami Abu Abdulah Al Hasan ibnu Yahya Al-Khusyani Ad-Dimasyqi, dari Abu Mu’awiyah yang mengatakan bahwa Khalifah Umar ibnul Khattab r.a. di suatu hari menaiki mimbar, lalu ia mengatakan, “Hai manusia, apakah ada seseorang di antara kamu yang pernah mendengar Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menafsirkan firman-Nya, Ha Mim, ‘Ain Sin Qaf?” Maka Ibnu Abbas r.a. berdiri, lalu berkata, “Saya.”
Ibnu Abbas mengatakan, “Ha Mim adalah salah satu dari asma-asma Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى” Umar bertanya, “Kalau ‘Ain-nya?” Ibnu Abbas menjawab, “Orang-orang yang berpaling dari (Al-Qur’an) menyaksikan azab yang terjadi dalam Perang Badar.” Umar bertanya, “Kalau Sin-nya?” Ibnu Abbas menjawab, “Kelak orang-orang yang aniaya akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali.” Umar bertanya, “Kalau Qaf-nya?” Ibnu Abbas diam, tidak menjawab. Maka berdirilah Abu Zar, lalu menafsirkan seperti tafsir yang dikemukakan oleh Ibnu Abbas, dan selanjutnya ia mengatakan bahwa Qaf artinya peristiwa dahsyat dari langit yang menimpa semua manusia (hari kiamat).
1-5. Allah menyampaikan bahwasanya Dia mewahyukan al-Quran agung ini kepada Nabi yang mulia sebagaimana Dia telah mewahyukan kepada para nabi dan rasul sebelum beliau. Dalam berita ini terdapat karuniaNya berupa penurunan kitab-kitab suci dan pengutusan para rasul di masa dahulu dan berikutnya, dan bahwa sesungguhnya Nabi Muahammad bukanlah rasul pertama, dan bahwa sesungguhnya jalan yang ia tempuh adalah jalan para rasul sebelum beliau, dan kondisi-kondisinya pun sama dengan kondisi-kondisi para rasul sebelum beliau, dana pa yang belia bawa (yaitu ajaran) serupa dengan ajaran yang mereka bawa. Sebab semuanya adalah benar dan kebenaran, yaitu diturunkan dari Tuhan Yang menyandang sifat ketuhanan (uluhiyah), keperkasaan agung, kebijaksanaan sempurna, seluruh alam atas dana lam bawah adalah kerajaanNya dan berada di bawah kendaliNya, baik secara takdir maupun syar’i,
Dan sesungguhnya Dia “Yang Mahatingggi,” dzat, kemuliaan, dan keperkasaanNya, “lagi Mahabesar,” yang karena kebesaranNya, “hampir saja langit itu pecah dari sebelah atasnya,” padahal keduanya sangat luar biasa besarnya dan keduanya adalah benda mati. “Dan malaikat-malaikat,” yang mulia lagi didekatkan, tunduk kepada keagunganNya dan bersikap hina dina karena keperkasaanNya, patuh kepada RububiyahNya.
“mereka bertasbih dengan memuji Rabbnya,” mereka mengagungkanNya dari segala kekurangan dan menyifatiNya dengan segala sifat kesempurnaan, “dan memohonkan ampun bagi orang-orang yang ada di bumi,” dari hal-hal yang timbul dari mereka, yaitu segala apa yang tidak layak dengan keagungan dan kebesaran Allah, padahal Dia “Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,” yang kalau saja bukan karena ampunan dan rahmatNya, tentu Dia segera menimpakan hukuman yang membinasakan terhadap manusia.
Di dalam pengungkapan terhadap Allah dengan sifat-sifat tersebut di atas setelah Dia menjelaskan bahwasanya Dia telah mewahyukan kepada para rasul pada umumnya dan kepada Nabi Muhammad pada khususnya, terdapat sebuah isyarat bahwa al-Quran al-Karim ini mengandung dalil-dalil dan argument-argumen serta ayat-ayat yang membuktikan akan kesempurnaan Sang Pencipta, Allah, dan pengungkapan tentang Allah dengan nama-nama yang agung yang menyebabkan hati penuh dengan ma’rifat, kecintaan, pengagungan, penghormatan dan pemuliaan kepadaNya serta memusatkan segala bentuk penghambaan lahir dan batin hanya kepadaNya.
Dan sesungguhnya kezhaliman yang paling besar dan perkataan (keyakinan) yang paling keji adalah pengangkatan sembahan-sembahan selain Allah, yang mereka sama sekali tidak memiliki kuasa memberikan manfaat ataupun menimpakan bahaya, melainkan mereka adalah makhluk yang bergantung kepada Allah dalam seluruh kondisi dan perihal mereka.
Hanya Allah pula yang lebih tahu tentang makna ‘a’n s’n q’f3. Demikianlah Allah yang mahaperkasa dalam menyampaikan kehendak-Nya, dan mahabijaksana dalam keputusan-Nya, mewahyukan pesan-pesan-Nya kepadamu, wahai nabi Muhammad, dan kepada orang-orang, yakni para rasul, yang diutus sebelummu.
Asy-Syura Ayat 2 Arab-Latin, Terjemah Arti Asy-Syura Ayat 2, Makna Asy-Syura Ayat 2, Terjemahan Tafsir Asy-Syura Ayat 2, Asy-Syura Ayat 2 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Asy-Syura Ayat 2
Tafsir Surat Asy-Syura Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)