{41} Fussilat / فصلت | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | الزخرف / Az-Zukhruf {43} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Asy-Syura الشورى (Musyawarah) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 42 Tafsir ayat Ke 43.
وَلَمَنْ صَبَرَ وَغَفَرَ إِنَّ ذَٰلِكَ لَمِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ ﴿٤٣﴾
wa laman ṣabara wa gafara inna żālika lamin ‘azmil-umụr
QS. Asy-Syura [42] : 43
Tetapi barangsiapa bersabar dan memaafkan, sungguh yang demikian itu termasuk perbuatan yang mulia.
Dan sungguh, orang-orang yang mampu bersabar atas gangguan, orang-orang yang mampu menerima kejelekan dengan memaafkan, melepaskan dan menutupi, sesungguhnya yang demikian itu adalah hal yang sangat utama dan terpuji yang diperintahkan Allah. Dia menyiapkan pahala yang baik dan sanjungan yang terpuji baginya.
Setelah mencela perbuatan aniaya dan para pelakunya serta ditetapkan-Nya hukum qisas (pembalasan), lalu Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menyerukan kepada (hamba-hamba-Nya) untuk memaaf dan mengampuni (kesalahan orang lain) melalui firman-Nya:
Tetapi orang yang bersabar dan memaafkan. (Asy-Syura: 43)
Yakni sabar dalam mengadapi gangguan yang menyakitkan dan memaafkan perbuatan buruk yang dilakukan terhadap dirinya.
Sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan. (Asy-Syura: 43)
Sa’id ibnu Jubair mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah hal tersebut benar-benar termasuk perkara yang benar yang dianjurkan oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى untuk dilakukan. Dengan kata lain, sifat memaafkan kesalahan orang lain itu merupakan sikap yang disyukuri dan perbuatan yang terpuji, pelakunya akan mendapat pahala yang berlimpah dan pujian yang baik.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Imran ibnu Musa At-Tartusi, telah menceritakan kepada kami Abdul Musammad ibnu Yazid (pelayan Al-Fudail ibnu Iyad yang menceritakan bahwa ia pernah mendengar Al-Fudail ibnu Iyad mengatakan, “Apabila datang kepada Anda seorang lelaki yang mengadu kepadamu perihal perbuatan seseorang terhadap dirinya, maka katakanlah kepadanya, ‘Hai saudaraku, maafkanlah dia, karena sesungguhnya sikap memaafkan itu lebih dekat kepada ketakwaan.’ Dan jika dia mengatakan kepada Anda, ‘Hatiku tidak kuat untuk memberi maaf, tetapi aku akan membela diri sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى,’ maka katakanlah kepadanya, ‘jika engkau dapat membela diri, lakukanlah. Tetapi jika engkau tidak mampu, maka kembalilah ke jalan memaafkan, karena sesungguhnya pintu memaafkan itu sangat luas. Dan barang siapa yang memaafkan serta berbuat baik, maka pahalanya ditanggung oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى Orang yang memaaf tidur dengan tenang di pelaminannya di malam hari, sedangkan orang yang membela dirinya membalikkan permasalahan’.”
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya (yakni Ibnu Sa’id Al-Qattan), dari Ibnu Ajlan, telah menceritakan kepada kami Sa’id ibnu Abu Sa’id, dari Abu Hurairah r.a. yang menceritakan bahwa pernah ada seorang lelaki mencaci sahabat Abu Bakar r.a, sedangkan Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ saat itu duduk, lalu Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ hanya tersenyum dan merasa kagum. Tetapi ketika Abu Bakar r.a. membalas sebagian cacian yang ditujukan terhadap dirinya, Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ kelihatan marah, lalu bangkit. Maka Abu Bakar menyusulnya dan bertanya kepadanya, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya ketika dia mencaciku engkau tetap dalam keadaan duduk, Tetapi ketika aku membalas caciannya, engkau kelihatan marah dan meninggalkan tempat duduk.” Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab: Sesungguhnya pada mulanya ada malaikat yang bersamamu membela dirimu. Tetapi ketika engkau membalas terhadapnya sebagian dari caciannya (malaikat itu pergi) dan datanglah setan, maka aku tidak mau duduk bersama setan. Kemudian beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda pula: Hai Abu Bakar, ada tiga perkara yang semuanya benar, yaitu tidak sekali-kali seseorang hamba dianiaya dengan suatu penganiayaan, lalu ia menahan dirinya karena Allah, melainkan Allah akan memuliakannya dan menolongnya. Dan tidak sekali-kali seorang lelaki membuka pintu pemberian dengan mengharapkan silaturahim, melainkan Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى makin menambah banyak (hartanya). Dan tidak sekali-kali seorang lelaki membuka pintu meminta-minta karena ingin memperbanyak (hartanya), melainkan Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى makin menambah sedikit (hartanya).
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Abu Daud, Abdul A’la ibnu Hammad, dari Sufyan ibnu Uyaynah; Abu Daud mengatakan bahwa hadis ini diriwayatkan pula oleh Safwan ibnu Isa yang keduanya (Sufyan dan Safwan) meriwayatkannya dari Muhammad ibnu Ajlan. Abu Daud telah meriwayatkan pula hadis ini melalui jalur Al-Laits, dari Sa’id Al-Maqbari, dari Basyir ibnul Muharrar, dari Sa’id ibnul Musayyab secara mursal.
Hadis ini sangat baik maknanya dan sesuai dengan akhlak As-Siddiq r.a.
Tafsir Ayat:
وَلَمَنْ صَبَرَ ِ “Tetapi orang yang bersabar” dalam menghadapi apa yang dia rasakan dari gangguan orang lain, وَغَفَرَ “dan memaafkan” mereka dengan memaafkan perbuatan yang mereka lakukan terhadapnya, إِنَّ ذَلِكَ لَمِنْ عَزْمِ الأمُور “sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan,” artinya, termasuk perkara-perkara yang dianjurkan dan ditekankan oleh Allah dan Allah mengabarkan bahwa ia tidak akan dilakukan kecuali oleh orang-orang yang penyabar yang memperoleh keutamaan yang sangat besar, dan ia termasuk perkara yang tidak bisa dilakukan kecuali oleh orang-orang yang memiliki tekad dan kemauan keras dan orang-orang yang memiliki pikiran dan nurani. Sebab, sesungguhnya tidak melakukan pembelaan diri dengan ucapan atau perbuatan adalah merupakan sesuatu yang sangat berat bagi jiwa, dan sabar atas gangguan, memaafkan, mengampuni dan membalasnya dengan kebaikan adalah lebih berat dan lebih berat lagi. Namun, itu semua ringan bagi orang yang diringankan oleh Allah dan berjihad melawan nafsunya untuk bisa bersikap demikian serta memohon pertolongan kepada Allah جَلَّ جَلالُهُ untuk itu. Kemudian apabila seorang hamba merasakan manisnya sabar dan menemukan pengaruh-pengaruhnya, maka ia akan menghadapi semua itu dengan lapang dada, akhlak mulia, dan menikmatinya.
Akan tetapi, barang siapa bersabar terhadap kezaliman dengan tidak melakukan pembalasan atas kezaliman itu dan memaafkannya, sungguh yang demikian itu termasuk perbuatan yang mulia. 44. Dan barang siapa dibiarkan sesat oleh Allah akibat kecenderungan dan keinginan hatinya untuk sesat, maka tidak ada baginya pelindung yang dapat melindunginya dari kesesatan itu sesudahnya, sesudah Allah memperlakukannya dengan perlakuan itu. Kamu, wahai nabi Muhammad dan orang-orang beriman, akan melihat orang-orang zalim ketika mereka melihat azab yang akan di terimanya di akhirat kelak berkata, ‘adakah kiranya jalan yang dapat mengantarkan kami untuk kembali ke alam dunia”.
Asy-Syura Ayat 43 Arab-Latin, Terjemah Arti Asy-Syura Ayat 43, Makna Asy-Syura Ayat 43, Terjemahan Tafsir Asy-Syura Ayat 43, Asy-Syura Ayat 43 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Asy-Syura Ayat 43
Tafsir Surat Asy-Syura Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)
Jazakumullahu Khayran