{41} Fussilat / فصلت | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | الزخرف / Az-Zukhruf {43} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Asy-Syura الشورى (Musyawarah) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 42 Tafsir ayat Ke 51.
۞ وَمَا كَانَ لِبَشَرٍ أَنْ يُكَلِّمَهُ اللَّهُ إِلَّا وَحْيًا أَوْ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ أَوْ يُرْسِلَ رَسُولًا فَيُوحِيَ بِإِذْنِهِ مَا يَشَاءُ ۚ إِنَّهُ عَلِيٌّ حَكِيمٌ ﴿٥١﴾
wa mā kāna libasyarin ay yukallimahullāhu illā waḥyan au miw warā`i ḥijābin au yursila rasụlan fa yụḥiya bi`iżnihī mā yasyā`, innahụ ‘aliyyun ḥakīm
QS. Asy-Syura [42] : 51
Dan tidaklah patut bagi seorang manusia bahwa Allah akan berbicara kepadanya kecuali dengan perantaraan wahyu atau dari belakang tabir atau dengan mengutus utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan izin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sungguh, Dia Mahatinggi, Mahabijaksana.
Tidaklah layak bagi manusia keturunan Adam untuk diajak-Nya bicara kecuali melalui wahyu yang diturunkan-Nya, atau diajak bicara di belakang hijab sebagaimana Allah berbicara dengan Musa عَلَيْهِ السَلاَمُ, atau mengutus seorang rasul yang turun seperti halnya Jibril عَلَيْهِ السَلاَمُ, dia menurunkan wahyu berdasar izin Tuhan dan bukan semata-mata karena hawa nafsu. Sesungguhnya Allah Mahatinggi Zat, nama, sifat, dan perbuatan-Nya. Segala sesuatu sudah ditundukkan dan segenap makhluk sudah didekatkan, Mahabijaksana dalam mengatur segala urusan makhluk. Ayat ini meneguhkan sifat Al-Kalam bagi Allah dalam bentuk yang layak disematkan, sesuai dengan kemahagagahan dan keagungan kekuasaan-Nya.
Ayat-ayat ini menerangkan tentang tingkatan-tingkatan wahyu bila dikaitkan dengan Zat Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى Yaitu adakalanya Dia melemparkan sesuatu ke dalam diri Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang tidak diragukan oleh Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bahwa hal itu berasal dari Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى Sebagaimana yang disebutkan di dalam kitab Sahih Ibnu Hibban dari Rasulullah Saw, bahwa beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda:
Sesungguhnya ruhul quds (Jibril) telah membisikkan ke dalam diriku bahwa sesungguhnya seseorang itu tidak akan mati sebelum rezeki dan ajalnya disempurnakannya. Karena itu, bertakwalah kamu kepada Allah dan berbaik-baiklah dalam meminta.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
atau di belakang tabir. (Asy-Syura: 51)
Sebagaimana saat Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berkata-kata kepada Musa a.s, lalu Musa meminta kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى agar dapat melihat Zat Allah sesudah pembicaraan itu, tetapi pandangan Musa terhalang tabir dan tidak dapat melihat-Nya.
Di dalam kitab sahih disebutkan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda kepada sahabat Jabir ibnu Abdullah r.a.:
Tidak sekali-kali Allah berkata kepada seseorang melainkan dari balik tabir, tetapi sesungguhnya Dia berbicara kepada ayahmu secara terang-terangan.
Demikianlah bunyi teks hadis ini, dan perlu diketahui bahwa ayah sahabat Jabir telah gugur di medan Perang Uhud, dan apa yang diceritakan dalam hadis ini terjadinya di alam barzakh, sedangkan ayat ini hanya menceritakan keadaan di dunia.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat), lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki. (Asy-Syura: 51)
Sebagaimana Dia telah menurunkan Malaikat Jibril a.s. dan malaikat lainnya kepada para nabi.
Sesungguhnya Dia Mahatinggi lagi Mahabijaksana. (Asy-Syura: 51)
Allah Mahatinggi, Maha Mengetahui, Mahaperiksa, lagi Maha Bijaksana.
Setelah orang-orang yang mendustakan para utusan Allah, yang kafir kepada Allah itu berkata,
لَوْلا يُكَلِّمُنَا اللَّهُ أَوْ تَأْتِينَا آيَةٌ
“Kenapa Allah tidak langsung berbicara kepada kami atau datang kepada kami bukti.” (QS. Al-Baqarah: 118), karena kesombongan dan kecongkakan mereka, maka Allah menjawab (membantah) mereka dengan ayat suci ini. (Dan Dia jelaskan) bahwa Dia hanya berkata-kata langsung kepada manusia tertentu, yaitu para nabi yang diutus dan manusia pilihanNya. Dan pembicaraan itu terjadi melalui beberapa cara: Berbicara kepadanya melalui wahyu, Dia tiupkan wahyu tersebut ke dalam hati seorang rasul tanpa perantara seorang malaikat atau tanpa pembicaraan langsung dengan rasul itu, أَوْ “atau” Dia berbicara kepadanya secara langsung akan tetapi مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ “dari belakang tabir” sebagaimana terjadi pada Nabi Musa bin Imran (yang dijuluki:) Kalim ar-Rahman, أَوْ “atau” Allah berbicara kepadanya dengan perantara utusan dari kalangan malaikat, يُرْسِلَ رَسُولا “dengan mengutus seorang utusan,” seperti malaikat Jibril atau malaikat-malaikat lainnya. فَيُوحِيَ بِإِذْنِهِ “Lalu diwahyukan kepadanya dengan seizinNya,” maksudnya, seizin Tuhannya, tidak berdasarkan kemauannya sendiri.
Sesungguhnya Allah جَلَّ جَلالُهُ Mahatinggi DzatNya, Mahatinggi sifat-sifatNya, lagi Mahaagung, lagi Mahatinggi perbuatan-perbuatanNya. Dia telah mengalahkan segala sesuatu, seluruh makhluk tunduk kepadaNya, حَكِيمٌ “lagi Mahabijaksana” di dalam penempatan segala sesuatu dari berbagai makhluk dan ketetapan hukum masing-masing pada tempatnya.
Ayat-ayat yang lalu berbicara tentang kekuasaan Allah atas makhluk-makhluk-Nya. Ayat ini menjelaskan tentang wahyu Allah yang diturunkan kepada rasul. Dan tidaklah patut, yaitu tidak mungkin terjadi, bagi seorang manusia bahwa Allah akan berbicara secara langsung kepadanya kecuali berupa wahyu yang di turunkan kepadanya atau pembicaraan yang disampaikannya dari belakang tabir, seperti yang di alami oleh nabi musa di tur sina atau dengan mengutus utusan, yakni malaikat jibril lalu di wahyukan kepadanya dengan izin-Nya apa yang dia kehendaki. Sungguh, dia mahatinggi, mahasuci dari sifat-sifat yang dimiliki makhluk-Nya dan mahabijaksana dalam menempatkan sesuatu secara proporsional sesuai dengan hikmah-Nya. 52. Dan demikianlah kami wahyukan kepadamu, wahai nabi Muhammad, ruh, yaitu Al-Qur’an yang di turunkan dengan perantaraan jibril dengan perintah kami. Sebelumnya, yaitu sebelum Al-Qur’an itu di turunkan kepadamu, engkau tidaklah mengetahui apakah al-kitab itu, yaitu Al-Qur’an dan apakah pula iman itu. Akan tetapi, kami menjadikannya, yaitu Al-Qur’an itu, cahaya yang dapat menerangi dan menunjukkan jalan yang benar kepadamu. Dengan Al-Qur’an itu pula kami memberi petunjuk siapa yang kami kehendaki untuk mendapat petunjuk di antara hamba-hamba kami. Dan sungguh, engkau, wahai nabi Muhammad, benar-benar membimbing manusia kepada jalan yang lurus, jalan yang kami ridai.
Asy-Syura Ayat 51 Arab-Latin, Terjemah Arti Asy-Syura Ayat 51, Makna Asy-Syura Ayat 51, Terjemahan Tafsir Asy-Syura Ayat 51, Asy-Syura Ayat 51 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Asy-Syura Ayat 51
Tafsir Surat Asy-Syura Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)