{42} Asy-Syura / الشورى | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | الدخان / Ad-Dukhan {44} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Az-Zukhruf الزخرف (Perhiasan) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 43 Tafsir ayat Ke 81.
قُلْ إِنْ كَانَ لِلرَّحْمَـٰنِ وَلَدٌ فَأَنَا أَوَّلُ الْعَابِدِينَ ﴿٨١﴾
qul ing kāna lir-raḥmāni waladun fa ana awwalul-‘ābidīn
QS. Az-Zukhruf [43] : 81
Katakanlah (Muhammad), “Jika benar Tuhan Yang Maha Pengasih mempunyai anak, maka akulah orang yang mula-mula memuliakan (anak itu).
Wahai Muhammad, katakanlah kepada orang-orang musyrik kaummu yang meyakini bahwa malaikat adalah anak perempuan Allah, “Jika Allah yang Maha Pengasih ini mempunyai anak sebagaimana kalian tuduhkan, akulah orang pertama yang akan menyembah anak ini. Akan tetapi, ini tidak terjadi dan tidak akan pernah terjadi. Mahasuci Allah dari persekutuan dan anak.”
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Katakanlah, (hai Muhammad), jika benar Tuhan Yang Maha Pemurah mempunyai anak, maka akulah (Muhammad) orang yang mula-mula memuliakan anak itu. (Az-Zukhruf: 81)
Yakni seandainya hal ini dihipotesiskan, tentulah aku akan menyembahnya karena hal tersebut, sebab aku adalah salah seorang dari hamba-Nya yang selalu taat kepada semua yang diperintahkan-Nya kepadaku. Dalam diriku sama sekali tidak ada rasa takabur, tidak ada pula rasa menolak untuk menyembahnya. Hal ini diumpamakan seandainya hal tersebut benar ada, tetapi hal tersebut mustahil bagi hak Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى Dan kalau yang namanya ‘seandainya’ bukan berarti merupakan suatu keharusan terjadinya subjek yang dimaksud, bukan pula merupakan suatu hal yang mungkin terjadi. Sebagaimana yang disebutkan oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dalam ayat lain melalui firman-Nya:
Kalau sekiranya Allah hendak mengambil anak, tentu Dia akan memilih apa yang dikehendaki-Nya di antara ciptaan-ciptaan yang telah diciptakan-Nya. Mahasuci Allah. Dialah Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan. (Az-Zumar: 4)
Sebagian ulama tafsir mengatakan sehubungan dengan makna firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى: maka akulah mula-mula orang yang memuliakan (anak itu). (Az-Zukhruf: 81) Yakni orang yang pertama paling menolak.
Di antara mereka yang mengatakan pendapat ini adalah Sufyan As-Sauri. Dan Imam Bukhari telah meriwayatkan hal tersebut. Untuk itu ia mengatakan bahwa Sufyan As-Sauri telah mengatakan, “Menurut suatu pendapat, makna ayat ialah akulah orang yang mula-mula mengingkarinya, diambil dari kata ‘abida ya’badu.
Ibnu Jarir telah menuturkan pendapat ini berikut syawahid yang menguatkannya. Antara lain ialah apa yang telah diriwayatkannya dari Yunus ibnu Abdul A’la, dari Ibnu Wahb, telah mnceritakan kepadaku Ibnu Abu Zi-b, dari Abu Qasit, dari Ba’jah ibnu Badr Al-Juhani, bahwa pernah ada seorang wanita dari kalangan Al-Juhani bercampur dengan suaminya yang juga dari kalangan mereka. Ternyata wanita itu melahirkan anak dalam masa enam bulan.
Maka suaminya menceritakan hal itu kepada Usman ibnu Affan r.a. Kemudian Usman memerintahkan agar wanita itu di hukum rajam. Tetapi sebelum hukuman rajam dilaksanakan, sahabat Ali ibnu AbuTalib r.a. masuk menemui Klalifah Usman r.a, lalu mengatakan kepadanya bahwa sesungguhnya Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى telah berfirman di dalam Kitab-Nya: Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan. (Al-Ahqaf: 15) Dan Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى telah berfirman: dan menyapihnya dalam dua tahun. (Luqman: 14)
Ba’jah ibnu Badr Al-Juhani mengatakan, “Demi Allah, tidaklah Khalifah Usman r.a. menolak untuk mengirimkan utusan agar wanita itu dipulangkan ke rumahnya.”
Yunus mengatakan, Ibnu Wahb telah mengatakan bahwa ‘abida artinya menolak. Dan seorang penyair telah mengatakan dalam salah satu bait syairnya:
Manakala seorang kekasih berkeinginan untuk memutuskan kekasihnya dan menolak berhubungan lagi dengannya, berarti dia adalah orang yang berbuat aniaya.
Tetapi pendapat ini masih diragukan, karena maknanya tidak selaras dengan syarat, sehingga pengertian lengkapnya adalah seperti berikut, bahwa jika hal itu benar, maka akulah orang yang menolaknya. Dan hal ini jelas tidak dapat diterima, harap direnungkan! Kecuali jika dikatakan bahwa huruf in di sini bukan in syartiyyah, melainkan in nafiyah. Seperti yang dikatakan oleh Ali ibnu Abu Talhah dari Ibnu Abbas r.a. sehubungan dengan makna firman-Nya: Katakanlah, tiadalah Tuhan Yang Maha Pemurah beranak. (Az-Zukhruf: 81) Yaitu bahwa tiadalah Tuhan Yang Maha Pemurah itu beranak, dan aku adalah orang yang mula-mula menyaksikannya.
Qatadah mengatakan bahwa ungkapan ini biasa dipakai oleh orang-orang arab, yaitu: Jika Tuhan Yang Maha Pemurah mempunyai anak, maka akulah orang yang mula-mula memuliakannya. (Az-Zukhruf: 81) Yakni hal itu tidak mungkin terjadi, dan tidak layak bagi-Nya beranak.
Abu Sakhr mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Katakanlah, jika benar Tuhan Yang Maha Pemurah mempunyai anak, maka akulah orang yang mula-mula menyembahnya). (Az-Zukhruf: 81) Yaitu akulah orang yang mula-mula menyembah Allah dengan keyakinan bahwa Dia tidak beranak, dan akulah orang yang mula-mula mengesakan-Nya. Hal yang sama telah dikatakan oleh Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam.
Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: maka akulah orang yang mula-mula menyembahnya). (Az-Zukhruf: 81) Yakni orang yang mula-mula menyembah-Nya, mengesakan-Nya, serta mendustakan kalian.
Imam Bukhari mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: maka akulah orang yang mula-mula menyembahnya. (Az-Zukhruf: 81) Yakni orang yang mula-mula menolaknya, lafaz ‘abidin mempunyai dua makna. Yang pertama bermakna menyembah, sedangkan yang kedua bermakna menolak. Makna yang pertamalah yang lebih dekat kepada kebenaran, yakni yang menganggapnya sebagai syarat dan jawab, tetapi pengertian ini tidak mungkin terjadi.
As-Saddi mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Katakanlah, jika benar Tuhan Yang Maha Pemurah mempuyai anak, maka akulah orang yang mula-mula memuliakan (anak itu). (Az-Zukhruf: 81) Seandainya Allah beranak, tentulah aku menjadi orang yang mula-mula meyakini bahwa Dia mempunyai anak, tetapi kenyataanya Dia tidak beranak. Pendapat inilah yang dipilih oleh Ibnu Jarir. Dan Ibnu Jarir menjawab pendapat orang yang menduga bahwa huruf in di sini bermakna nafi.
Maksudnya, katakanlah wahai Rasul yang mulia kepada orang-orang yang menganggap Allah جَلَّ جَلالُهُ mempunyai anak, padahal Dia adalah Masa Esa dan Tunggal, hanya Dia tempat bergantung segala sesuatu yang tidak memiliki pendamping dan tidak juga anak, Dia tidak memiliki sekutu satu pun, قُلْ إِنْ كَانَ لِلرَّحْمَنِ وَلَدٌ فَأَنَا أَوَّلُ الْعَابِدِين “Katakanlah, ‘Jika benar (Rabb) Yang Maha Pemurah mempunyai anak, maka akulah (Muhammad) orang pertama yang menyembah’,” yakni anak itu, karena anak adalah bagian dari ayahnya. Aku adalah makhluk yang paling berhak tunduk pada perintah-perintah yang dicintai Allah جَلَّ جَلالُهُ tapi aku adalah orang pertama yang memungkiri hal itu dan paling menafikannya. Dengan demikian, kebatilan anggapan mereka diketahui. Ini adalah hujjah yang agung bagi orang yang mengetahui kondisi para Rasul, dan bahwasanya bila diketahui bahwa Muhammad صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ adalah makhluk paling sempurna, maka dialah orang pertama yang terlebih dahulu mengetahui kebaikan dan menyempurnakannya, dan dialah orang pertama yang terlebih dahulu mengetahui keburukan dan meninggalkan serta mengingkarinya, serta jauh darinya. Andai Allah جَلَّ جَلالُهُ memiliki anak, pasti Muhammad bin Abdullah, rasul terbaik, adalah rasul pertama yang menyembahnya dan tidak didahului oleh orang-orang musyrik.
Kemungkinan makna lain ayat ini: Andaikan Allah جَلَّ جَلالُهُ memiliki anak, aku adalah orang pertama yang menyembahnya untuk Allah جَلَّ جَلالُهُ. Termasuk ibadahku kepada Allah جَلَّ جَلالُهُ adalah menetapkan apa pun yang telah ditetapkanNya dan menafikan apa pun yang dinafikanNya. Inilah ibadah yang bersifat ucapan dan I’tiqadiyah (keyakinan) (yang merupakan ibadah lisan dan hati). Sebagai keharusan atas hal ini, bila memang anggapan orang-orang musyrik benar, tentu aku adalah orang pertama yang menetapkannya. Dengan demikian diketahui kebatilan klaim orang-orang musyrik itu serta rusaknya secara logika dan naqli.
Pada ayat-ayat yang lalu, Allah menggambarkan pengingkaran orang-orang kafir mekah terhadap kebenaran yang di bawa oleh nabi Muhammad. Pada ayat ini, Allah menggambarkan bantahan terhadap kepercayaan mereka bahwa tuhan mempunyai anak. ‘katakanlah, wahai Muhammad, “jika benar dan terbukti bahwa tuhan yang maha pengasih mempunyai anak, seperti yang kamu duga, maka akulah orang yang mula-Mula memuliakan anak itu. ” akan tetapi, ternyata apa yang mereka duga itu tidak terbukti. 82. Mahasuci tuhan pemelihara langit dan bumi, tuhan pemilik ‘arsy, dari segala kekurangan, mahasuci Allah yang maha esa dari apa yang mereka sifatkan itu.
Az-Zukhruf Ayat 81 Arab-Latin, Terjemah Arti Az-Zukhruf Ayat 81, Makna Az-Zukhruf Ayat 81, Terjemahan Tafsir Az-Zukhruf Ayat 81, Az-Zukhruf Ayat 81 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Az-Zukhruf Ayat 81
Tafsir Surat Az-Zukhruf Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)