{44} Ad-Dukhan / الدخان | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | الأحقاف / Al-Ahqaf {46} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Jatsiyah الجاثية (Yang Bertekuk Lutut) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 45 Tafsir ayat Ke 23.
أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَـٰهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَىٰ عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَىٰ سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَىٰ بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَنْ يَهْدِيهِ مِنْ بَعْدِ اللَّهِ ۚ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ ﴿٢٣﴾
a fa ra`aita manittakhaża ilāhahụ hawāhu wa aḍallahullāhu ‘alā ‘ilmiw wa khatama ‘alā sam’ihī wa qalbihī wa ja’ala ‘alā baṣarihī gisyāwah, fa may yahdīhi mim ba’dillāh, a fa lā tażakkarụn
QS. Al-Jatsiyah [45] : 23
Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya sesat dengan sepengetahuan-Nya, dan Allah telah mengunci pendengaran dan hatinya serta meletakkan tutup atas penglihatannya? Maka siapa yang mampu memberinya petunjuk setelah Allah (membiarkannya sesat?) Mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?
Wahai Muhammad, tidakkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhan. Jika ia menginginkan sesuatu, ia pasti melakukannya. Allah akan membiarkannya setelah ilmu sampai kepadanya dan setelah hujah ditegakkan atasnya. Ia tidak akan mau mendengar nasihat-nasihat Allah dan tidak mau mengambil ‘ibrah sehingga hatinya dikunci. Ia tidak mampu memahami sesuatu pun. Allah menjadikan hatinya tertutup sehingga tidak mampu melihat hujah Allah. Siapakah yang mampu memberinya taufik agar ia mendapatkan kebenaran dan bimbingan setelah Allah membiarkannya sesat? Wahai sekalian manusia, niscaya kalian akan mengetahui bahwa yang diperlakukan-Nya demikian selamanya tidak akan pernah mendapat petunjuk, selamanya dia tidak akan mendapat pelindung dan pembimbing. Ayat ini menjadi dasar peringatan bahwa hawa nafsu tidak boleh menjadi pendorong orang-orang beriman dalam beramal.
Kemudian Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman.
Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. (Al-Jatsiyah: 23)
Yakni sesungguhnya dia hanya diperintahkan oleh hawa nafsunya. Maka apa saja yang dipandang baik oleh hawa nafsunya, dia kerjakan; dan apa saja yang dipandang buruk oleh hawa nafsunya, dia tinggalkan. Ayat ini dapat juga dijadikan sebagai dalil untuk membantah golongan Mu’tazilah yang menjadikan nilai buruk dan baik berdasarkan kriteria rasio mereka. Menurut apa yang diriwayatkan dari Malik sehubungan dengan tafsir ayat ini, orang tersebut tidak sekali-kali menyukai sesuatu melainkan dia mengabdinya.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya. (Al-Jatsiyah: 23)
Makna ayat ini mengandung dua takwil. Pertama ialah Allah menyesatkan orang tersebut karena Allah mengetahui bahwa dia berhak untuk memperoleh kesesatan. Kedua ialah Allah menjadikannya sesat sesudah sampai kepadanya pengetahuan dan sesudah hujah ditegakkan terhadapnya. Pendapat yang kedua mengharuskan adanya pendapat yang pertama, tetapi tidak kebalikannya.
dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan pada penglihatannya? (Al-Jatsiyah: 23)
karenanya dia tidak dapat mendengar apa yang bermanfaat bagi dirinya dan tidak memahami sesuatu yang dapat dijadikannya sebagai petunjuk, dan tidak dapat melihat bukti yang jelas yang dapat dijadikan sebagai penerang hatinya. Karena itulah disebutkan dalam firman berikutnya:
Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran? (Al-Jatsiyah: 23)
Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
Barang siapa yang Allah sesatkan, maka baginya tak ada orang yang akan memberi petunjuk. Dan Allah membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan. (Al-A’raf: 186)
Allah جَلَّ جَلالُهُ berfirman, أَفَرَأَيْتَ “Maka pernahkah kamu melihat,” orang tersesat, مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ “yang menjadikan hawa nafsunya sebagai sesembahannya?” Semua yang diinginkan dilakukan tanpa peduli apakah bisa mendatangkan keridhaan Allah جَلَّ جَلالُهُ ataukah kemurkaanNya. وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَى عِلْمٍ “Dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmuNya,” yakni, dari Allah جَلَّ جَلالُهُ dan orang tersebut tidak pantas mendapatkan hidayah dan tidak bisa dibersihkan hatinya di atas hidayah, وَخَتَمَ عَلَى سَمْعِهِ “dan Allah telah mengunci mati pendengaran,” sehingga tidak bisa mendengar hal-hal yang berguna, وَقَلْبِهِ “dan hatinya,” sehingga tidak bisa mencerna kebaikan, وَجَعَلَ عَلَى بَصَرِهِ غِشَاوَةً “dan meletakkan tutupan atas penglihatannya,” yang menghalanginya untuk melihat kebenaran. فَمَنْ يَهْدِيهِ مِنْ بَعْدِ اللَّهِ “Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat).” Artinya, tidak ada seorang pun yang bisa memberinya petunjuk, karena Allah جَلَّ جَلالُهُ telah menutup baginya semua pintu hidayah dan membuka pintu kesesatan untuknya.
Allah جَلَّ جَلالُهُ tidak menzhaliminya, tapi dia sendirilah yang menzhalimi dirinya dan yang melakukan berbagai hal yang mencegah rahmat Allah جَلَّ جَلالُهُ. أَفَلا تَذَكَّرُونَ “Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran,” yang berguna bagimu sehingga bisa kalian kerjakan dan pelajaran yang membahayakan kalian sehingga bisa kalian hindari.
Maka pernahkah kamu, wahai nabi Muhammad, melihat dan menyaksikan orang yang menyimpang dari fitrahnya dengan menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, dengan mengikuti dan menurutinya dan Allah membiarkannya sesat dan larut dalam kesesatannya itu dengan sepengetahuan-Nya, yakni ilmu Allah yang mahaluas, dan Allah telah mengunci pendengaran sehingga mereka tidak dapat mendengar kebenaran dan mengunci hatinya sehingga dia enggan meyakini kebenaran serta meletakkan tutup atas penglihatannya sehingga tidak dapat melihat bukti-bukti ke-esaan Allah di muka bumi ini’ maka siapakah yang mampu memberinya petunjuk setelah Allah berpaling dan membiarkannya sesat’ mengapa kamu, wahai kaum musyrik atau siapa pun juga, tidak meng-ambil pelajaran dari apa yang terjadi pada orang-orang yang sesat itu’24. Dan mereka, orang-orang musyrik dan yang mengingkari kebangkitan, berkata, ‘ia, yakni kehidupan ini, tidak lain hanyalah kehidupan dunia kita saja, tidak ada kehidupan akhirat, sebahagian kita mati karena sampai ajalnya dan sebahagian kita hidup, yakni lahir lagi dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa, yakni akhir dari kehidupan kita. ‘ tetapi mereka tidak mempunyai ilmu, yakni pengetahuan yang pasti, tentang itu, mereka hanyalah menduga-duga saja.
Al-Jatsiyah Ayat 23 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Jatsiyah Ayat 23, Makna Al-Jatsiyah Ayat 23, Terjemahan Tafsir Al-Jatsiyah Ayat 23, Al-Jatsiyah Ayat 23 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Jatsiyah Ayat 23
Tafsir Surat Al-Jatsiyah Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37