{44} Ad-Dukhan / الدخان | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | الأحقاف / Al-Ahqaf {46} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Jatsiyah الجاثية (Yang Bertekuk Lutut) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 45 Tafsir ayat Ke 24.
وَقَالُوا مَا هِيَ إِلَّا حَيَاتُنَا الدُّنْيَا نَمُوتُ وَنَحْيَا وَمَا يُهْلِكُنَا إِلَّا الدَّهْرُ ۚ وَمَا لَهُمْ بِذَٰلِكَ مِنْ عِلْمٍ ۖ إِنْ هُمْ إِلَّا يَظُنُّونَ ﴿٢٤﴾
wa qālụ mā hiya illā ḥayātunad-dun-yā namụtu wa naḥyā wa mā yuhlikunā illad-dahr, wa mā lahum biżālika min ‘ilm, in hum illā yaẓunnụn
QS. Al-Jatsiyah [45] : 24
Dan mereka berkata, “Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup, dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa.” Tetapi mereka tidak mempunyai ilmu tentang itu, mereka hanyalah menduga-duga saja.
Orang-orang musyrik itu berkata, “Kehidupan itu adalah kehidupan kita di dunia yang tengah dijalani sekarang. Tidak ada kehidupan selain ini yang membinasakan kita kecuali karena berlalunya hari-hari dan umur kita.” Pernyataan ini adalah bentuk pengingkaran yang dilakukan mereka terhadap adanya kebangkitan setelah kematian dan bentuk pengingkaran bahwa Tuhan yang akan melenyapkan dan membinasakan mereka itu tidak ada. Padahal, tidaklah mereka mempunyai pengetahuan tentang itu. Mereka hanya mengucapkan sangkaan, perkiraan, dan khayalan.
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menceritakan tentang perkataan aliran Dahriyyah dari kalangan orang-orang kafir dan orang-orang yang sependapat dengan mereka dari kalangan orang-orang musyrik Arab yang ingkar kepada hari kemudian.
Dan mereka berkata, “kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup.” (Al-Jatsiyah: 24)
Yakni tiada kehidupan kecuali kehidupan di dunia ini; suatu kaum mati, sedangkan yang lainnya hidup; dan tiada hari kemudian serta tiada pula yang namanya hari kiamat. Hal ini dikatakan oleh orang-orang musyrik Arab yang ingkar kepada hari berbangkit, dan dikatakan pula oleh sebagian para filosuf ateis; mereka mengingkari adanya permulaan kejadian dan hari kembali. Dan dikatakan pula oleh para filosuf aliran Dahriyyah yang ingkar kepada adanya pencipta, yang meyakini bahwa setiap tiga puluh enam ribu tahun segala sesuatu akan kembali seperti semula. Dan mereka menduga bahwa hal ini telah terjadi berulang-ulang tanpa batas. Mereka membesarkan akal dan mendustakan dalil manqul, karena itulah mereka mengatakan seperti yang disitir oleh firman-Nya:
dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa. (Al-Jatsiyah: 24)
Adapun firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja. (Al-Jatsiyah: 24)
Mereka mengatakan demikian hanya semata-mata berdasarkan dugaan dan ilusi mereka sendiri.
Adapun mengenai sebuah hadis yang diketengahkan oleh pemilik kedua kitab sahih (Imam Bukhari dan Imam Muslim) serta Abu Daud dan Imam Nasai melalui Sufyan ibnu Uyaynah, dari Az-Zuhri, dari Sa’id ibnul Musayyab, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda:
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى telah berfirman, “Anak Adam menyakiti-Ku, dia mencaci masa, padahal Akulah (yang menciptakan) masa; di tangan kekuasaan-Ku urusan itu, Akulah Yang menggilirkan malam dan siang harinya.”
Yang menurut riwayat lain disebutkan pula:
Janganlah kamu mencaci masa, karena sesungguhnya Allah-lah (yang menciptakan) masa itu.
Selanjutnya Ibnu Abu Hatim meriwayatkan dari Yunus, dari Ibnu Wahb, dari Az-Zuhri, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda:
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman.”Anak Adam mencaci masa, padahal Akulah (yang menciptakan) masa, di (tangan kekuasaan)-Kulah (perputaran) malam dan siang hari.”
Pemilik kitab Sahihain dan Imam Nasai telah mengetengahkan hadis ini melalui Yunus ibnu Yazid dengan sanad yang sama.
Muhammad ibnu lshaq telah meriwayatkan dari Al-A’la ibnu Abdur Rahman, dari ayahnya, dari Abu Hurairah r.a, bahwa rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda:
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman, “Aku meminjam kepada hamba-Ku, tetapi dia tidak memberi-Ku; dan hamba-Ku mencaci-Ku seraya mengatakan, “Celakalah masa ini” Padahal Akulah (yang menciptakan) masa.
Imam Syafii dan Abu Ubaidah serta selain keduanya dari kalangan para imam mengatakan sehubungan dengan makna sabda Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang mengatakan:
Janganlah kamu mencaci masa, karena sesungguhnya Allah-lah (yang menciptakan) masa itu.
Bahwa dahulu orang-orang Arab di masa Jahiliahnya apabila tertimpa paceklik atau malapetaka atau musibah, mereka selalu mengatakan, “Celakalah masa ini.” Mereka menyandarkan kejadian tersebut kepada masa dan mencaci makinya. Padahal sesungguhnya yang melakukan hal tersebut hanyalah Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى Seakan-akan secara tidak langsung mereka mencaci maki Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى Seakan-akan secara tidak langsung mereka mencaci maki Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى karena sesungguhnya Dialah yang melakukannya secara hakiki. Oleh karena itulah maka Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ melarang masa dicaci berdasarkan pertimbangan ini. Sebab pada hakikatnya Allah-lah (yang menciptakan) masa itu yang mereka caci maki dan mereka sandarkan kepadanya kejadian-kejadian tersebut.
Ini merupakan pendapat yang terbaik dari apa yang dikemukakan sehubungan dengan tafsir pengertian ini, dan pendapat inilah yang paling mirip dengan makna yang dimaksud, hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Ibnu Hazm dan orang-orang yang mengikuti metodenya dari kalangan aliran Zahiriyah telah keliru karena mereka menganggap Ad-Dahr adalah salah satu dari Asma’ul Husna, karena berdasarkan hadis ini.
Tafsir Ayat:
وَقَالُوا “Dan mereka berkata,” yakni, mereka yang mengingkari hari kebangkitan, مَا هِيَ إِلا حَيَاتُنَا الدُّنْيَا نَمُوتُ وَنَحْيَا وَمَا يُهْلِكُنَا إِلا الدَّهْرُ “Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa.” Kehidupan ini tidak lain hanyalah kebiasaan rutin setiap hari dan setiap malam. Ada orang yang hidup dan ada orang yang mati dan orang yang sudah mati tidak akan kembali kepada Allah جَلَّ جَلالُهُ dan amal perbuatannya tidak akan diberi balasan. Perkataan yang mereka ucapkan ini tidak didasari ilmu, إِنْ هُمْ إِلا يَظُنُّونَ “mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja,” sehingga mereka pun mengingkari kebangkitan dan mendustakan para rasul tanpa didasari bukti dan dalil selain hanya didasarkan pada dugaan dan khayalan yang jauh dari kebenaran.
Dan mereka, orang-orang musyrik dan yang mengingkari kebangkitan, berkata, ‘ia, yakni kehidupan ini, tidak lain hanyalah kehidupan dunia kita saja, tidak ada kehidupan akhirat, sebahagian kita mati karena sampai ajalnya dan sebahagian kita hidup, yakni lahir lagi dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa, yakni akhir dari kehidupan kita. ‘ tetapi mereka tidak mempunyai ilmu, yakni pengetahuan yang pasti, tentang itu, mereka hanyalah menduga-duga saja. 25. Dan apabila kepada mereka dibacakan ayat-ayat kami yang sangat jelas pembuktiannya, yaitu ayat-ayat Al-Qur’an atau tanda-tanda keesaan dan kekuasaan Allah di alam ini, tidak ada bantahan mereka terhadap ayat-ayat itu selain mengatakan, ‘datangkanlah atau hidupkanlah kembali, wahai para pembaca ayat-ayat itu, nenek moyang kami yang sudah mati, jika kamu orang yang benar meyakini bahwa di akhirat nanti ada kebangkitan. ‘.
Al-Jatsiyah Ayat 24 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Jatsiyah Ayat 24, Makna Al-Jatsiyah Ayat 24, Terjemahan Tafsir Al-Jatsiyah Ayat 24, Al-Jatsiyah Ayat 24 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Jatsiyah Ayat 24
Tafsir Surat Al-Jatsiyah Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)
Jazakumullahu Khayran