{45} Al-Jatsiyah / الجاثية | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | محمد / Muhammad {47} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Ahqaf الأحقاف (Bukit-Bukit Pasir) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 46 Tafsir ayat Ke 17.
وَالَّذِي قَالَ لِوَالِدَيْهِ أُفٍّ لَكُمَا أَتَعِدَانِنِي أَنْ أُخْرَجَ وَقَدْ خَلَتِ الْقُرُونُ مِنْ قَبْلِي وَهُمَا يَسْتَغِيثَانِ اللَّهَ وَيْلَكَ آمِنْ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ فَيَقُولُ مَا هَـٰذَا إِلَّا أَسَاطِيرُ الْأَوَّلِينَ ﴿١٧﴾
wallażī qāla liwālidaihi uffil lakumā ata’idāninī an ukhraja wa qad khalatil-qurụnu ming qablī, wa humā yastagīṡānillāha wailaka āmin inna wa’dallāhi ḥaqq, fa yaqụlu mā hāżā illā asāṭīrul-awwalīn
QS. Al-Ahqaf [46] : 17
Dan orang yang berkata kepada kedua orang tuanya, “Ah.” Apakah kamu berdua memperingatkan kepadaku bahwa aku akan dibangkitkan (dari kubur), padahal beberapa umat sebelumku telah berlalu? Lalu kedua orang tuanya itu memohon pertolongan kepada Allah (seraya berkata), “Celaka kamu, berimanlah! Sesungguhnya janji Allah itu benar.” Lalu dia (anak itu) berkata, “Ini hanyalah dongeng orang-orang dahulu.”
Dan orang yang berkata kepada kedua orang tuanya ketika mereka mengajak untuk beriman kepada Allah dan menyatakan iman kepada hari dibangkitkan, “Alangkah jelek perbuatan kalian berdua. Apakah kalian memperingatkan kepadaku bahwa aku akan dibangkitkan (dari kubur), padahal telah berlalu umat-umat sebelumku, mereka semua mati dan tidak pernah ada dibangkitkan seorang pun?” Kedua orang tuanya memohon kepada Allah supaya Allah memberikan petunjuk kepadanya seraya berkata, “Celakalah kamu! Berimanlah, berlaku jujurlah, dan berbuat salehlah kamu. Sesungguhnya janji Allah akan adanya hari dibangkitkan adalah benar, tidak ada keraguan padanya.” Kemudian ia menjawab kepada kedua orang tauanya, “Tidak lain apa yang kalian ucapkan ini adalah dongeng-dongeng bohong orang zaman dulu yang tertulis di dalam kitab-kitab mereka.”
Setelah menyebutkan perihal orang-orang yang mendoakan kedua orang tuanya lagi berbakti kepada keduanya serta keberuntungan dan keselamatan yang diperoleh mereka di hari kemudian, lalu Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menyebutkan keadaan orang-orang yang celaka, yaitu orang-orang yang menyakiti kedua orang tuanya. Untuk itu Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman:
Dan orang yang berkata kepada dua orang ibu bapaknya, “Cis bagi kamu keduanya.” (Al-Ahqaf: 17)
Ini umum pengertiannya mencakup semua orang yang mengatakan demikian kepada kedua orang tuanya. Mengenai pendapat yang mengatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan Abdur Rahman ibnu Abu Bakar r.a., maka pendapatnya lemah. Karena Abdur Rahman ibnu Abu Bakar r.a. baru masuk Islam setelah ayat ini diturunkan dan berbuat baik dalam Islamnya sehingga ia termasuk orang yang terpilih di masanya.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan salah seorang putra Abu Bakar r.a. Akan tetapi, kesahihan hadis ini masih perlu diteliti kembali; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Ibnu Juraij telah meriwayatkan dari Mujahid bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan Abdullah ibnu Abu Bakar r.a. menurut apa yang dikatakan oleh Ibnu Juraij. Ulama lainnya mengatakan bahwa dia adalah Abdur Rahman ibnu Abu Bakar. Pendapat ini dikemukakan pula oleh As-Saddi. Tetapi sesungguhnya makna ayat ini bersifat umum mencakup semua orang yang menyakiti kedua orang ibu bapaknya; dan mendustakan perkara yang hak, lalu mengatakan kepada kedua orang tuanya, “Sialan kamu berdua.”
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Ala telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Abu Zaidah, dari Ismail ibnu Abu Khalid, telah menceritakan kepadaku Abdullah ibnul Madini yang mengatakan bahwa sesungguhnya ia berada di dalam masjid saat Marwan berkhotbah. Marwan antara lain mengatakan, “Sesungguhnya Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى telah memperlihatkan kepada Amirul Mu’minin perihal Yazid sebagai orang yang baik. Dan jika ia (Mu’awiyah) mengangkatnya menjadi kalifah, maka sesungguhnya Abu Bakar pun pernah mengangkat Umar sebagai khalifah penggantinya.” Maka Abdur Rahman ibnu Abu Bakar r.a. berkata, “Apakah itu cara Heraklius (kerajaan)? Sesungguhnya Abu Bakar r.a. tidak menyerahkan kekhalifahan itu pada seseorang dari kalangan anak-anaknya dan tidak pula kepada seorang ahli baitnya. Lain halnya dengan Mu’awiyah, dia tidak sekali-kali menyerahkan kekhalifahan kepada anaknya (Yazid) melainkan karena kasihan dan memuliakan anaknya.” Marwan menjawab, “Bukankah engkau adalah orang yang telah mengatakan kepada kedua ibu bapakmu, ‘Cis bagi kamu keduanya’?” Abdur Rahman r.a. menjawab, “Bukankah engkau pun adalah anak seorang yang terlaknat karena orang tuamu pernah melaknat Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ?”
Abdullah ibnul Madini melanjutkan kisahnya, bahwa perdebatan itu terdengar oleh Siti Aisyah r.a., maka ia mengatakan, “Hai Marwan, bukankah kamu pernah mengatakan anu dan anu terhadap Abdur Rahman ra Tuduhanmu itu tidak benar, ayat tersebut tidak diturunkan berkenaan dengan dia (Abdur Rahman ibnu Abu Bakar), melainkan diturunkan berkenaan dengan si Fulan bin Fulan.”
Kemudian Marwan dipilih sebagai khalifah (pengganti Yazid), lalu ia turun dari mimbar dan langsung menuju ke pintu rumah Siti Aisyah r.a., kemudian berbicara dengan Siti Aisyah r.a. dan sesudahnya ia pergi.
Imam Bukhari telah meriwayatkan atsar ini melalui sanad dan lafaz yang lain. Untuk itu ia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Musa ibnu Ismail, telah menceritakan kepada kami Abu Uwwanah, dan Abu Bisyr dari Yusuf ibnu Mahik yang menceritakan bahwa Marwan di saat menjadi amir atas kawasan Hijaz dari pihak Mu’awiyah ibnu Abu Sufyan ra pernah berkhotbah, lalu mempromosikan Yazid ibnu Mu’awiyah, dengan maksud agar Yazid dibaiat menjadi khalifah sesudah ayahnya (setelah Mu’awiyah). Maka Abdur Rahman ibnu Abu Bakar r.a. mengucapkan sesuatu dan mengatakan, “Tangkaplah dia!’ Tetapi Marwan masuk ke dalam rumah Siti Aisyah r.a., berlindung di dalamnya sehingga mereka tidak mampu menangkapnya. Lalu Marwan berkata bahwa sesungguhnya orang ini (yakni Abdur Rahman ibnu Abu Bakar) adalah yang disebutkan oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dalam firman-Nya: Dan orang yang berkata kepada dua orang ibu bapaknya, “Cis bagi kamu keduanya, apakah kamu keduanya memperingatkan kepadaku bahwa aku akan dibangkitkan, padahal sungguh telah berlalu beberapa umat sebelumku?” (Al-Ahqaf: 17) Maka Siti Aisyah r.a. menjawab dari balik tabir, “Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى tidak pernah menurunkan sesuatu dari Al-Qur’an sehubungan dengan keluarga kami, selain dari wahyu yang diturunkan Allah mengenai pembersihan namaku.”
Jalur lain. Imam Nasai mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami Umayyah ibnu Khalid, telah menceritakan kepada kami Syu’bah, dari Muhammad ibnu Ziad yang mengatakan bahwa ketika Mu’awiyah membaiat putranya, Marwan berkata, “Ini adalah sunnah Abu Bakar dan Umar.” Maka Abdur Rahman ibnu Abu Bakar r.a. menjawab, “Ini adalah kebiasaan Heraklius dan Kaisar.” Marwan berkata, “Orang ini (maksudnya Abdur Rahman ibnu Abu Bakar) lah yang disebutkan oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى di dalam firman-Nya: Dan orang yang berkata kepada dua orang ibu bapaknya, ‘Cis bagi kamu keduanya’ (Al-Ahqaf: 17), hingga akhir ayat.” Ketika hal ini terdengar oleh Siti Aisyah r.a., maka ia menjawab, “Marwan dusta, demi Allah, orang yang dimaksud bukanlah dia (Abdur Rahman), seandainya aku berkemauan untuk menyebut nama orang yang dimaksudkan dalam ayat tersebut, tentulah aku dapat menyebutkan namanya. Akan tetapi, yang jelas Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ telah melaknat ayahnya Marwan dan Marwan yang masih berada di dalam sulbinya. Maka Marwan adalah orang yang tercela karena laknat Allah.”
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
apakah kamu keduanya memperingatkan kepadaku bahwa aku akan dikeluarkan. (Al-Ahqaf: 17)
Yakni akan dibangkitkan dari kubur.
padahal sungguh telah berlalu beberapa umat sebelumku? (Al-Ahqaf: 17)
Artinya, telah banyak manusia yang telah mati dan ternyata tiada seorang pun dari mereka yang kembali.
Lalu kedua ibu bapaknya itu memohon pertolongan kepada Allah. (Al-Ahqaf: 17)
Yaitu memohon pertolongan kepada Allah agar anaknya diberi petunjuk, lalu berkata kepada anaknya:
“Celaka kamu, berimanlah! Sesungguhnya janji Allah adalah benar.” Lalu dia berkata, “Ini tidak lain hanyalah dongengan-dongengan orang-orang dahulu.” (Al-Ahqaf: 17)
Setelah Allah جَلَّ جَلالُهُ menyebutkan kondisi anak shalih yang berbakti kepada kedua orang tua, selanjutnya Allah جَلَّ جَلالُهُ menyebutkan kondisi anak durhaka dan itu adalah kondisi terburuk. Allah جَلَّ جَلالُهُ berfirman, {وَالَّذِي قَالَ لِوَالِدَيْهِ} “Dan orang yang berkata kepada dua orang ibu bapaknya,” ketika diajak untuk beriman kepada Allah جَلَّ جَلالُهُ dan Hari Akhir serta memberi kabar ancaman akan adanya pembalasan dan inilah kebaikan terbesar yang berasal dari orang tua terhadap anakanaknya yang mengajak anaknya kepada kesenangan dan keberuntungan abadi, hanya saja si anak membalasnya secara tidak baik seraya berkata, {أُفٍّ لَكُمَا} “Cih bagi kamu berdua,” artinya, celakalah kalian berdua dan apa yang kalian berdua bawa itu.
Selanjutnya Allah جَلَّ جَلالُهُ menyebutkan sebab mengapa anak memungkiri serta mengingkari ajakan orang tuanya, Allah جَلَّ جَلالُهُ berfirman, {أَتَعِدَانِنِي أَنْ أُخْرَجَ} “Apakah kamu berdua memperingatkan kepadaku bahwa aku akan dibangkitkan,” dari kuburku menuju Hari Kiamat, {وَقَدْ خَلَتِ الْقُرُونُ مِنْ قَبْلِي} “padahal sungguh telah berlalu beberapa umat sebelumku?” Mereka sebelumnya juga mendustakan dan mengingkari ajakan seperti ini, mereka adalah umat-umat yang dijadikan panutan bagi orang-orang kafir, bodoh, dan pembangkang. {يَسْتَغِيثَانِ اللَّهَ} “Lalu kedua ibu bapaknya memohon pertolongan kepada Allah جَلَّ جَلالُهُ,” atas putranya seraya mengatakan pada putranya, {وَيْلَكَ آمِنْ} “Celaka kamu, berimanlah!” Artinya, kedua orang tuanya mencurahkan segenap tenaga yang dimiliki dan berusaha keras untuk menunjukkan putranya, dengan begitu gigihnya sampaisampai kedua orang tuanya memintakan pertolongan kepada Allah جَلَّ جَلالُهُ untuk putranya layaknya orang yang hendak tenggelam ke dalam air, kedua orang tuanya meminta dan memohon kepada Allah جَلَّ جَلالُهُ dengan memelas seraya merasa perih karena anaknya dan menjelaskan kebenaran padanya, keduanya berkata, {إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ} “Sesungguhnya janji Allah itu adalah benar.”
Kemudian keduanya memaparkan Dalil-dalil semampunya, namun putranya justru semakin membantah, menjauh, dan menyombongkan diri dari kebenaran seraya menuduh kebenaran yang dibawa kedua orang tuanya, {فَيَقُولُ مَا هَذَا إِلا أَسَاطِيرُ الأوَّلِينَ} “lalu dia berkata, ‘Ini tidak lain hanyalah dongengan orang-orang yang dahulu belaka’.” Artinya, tidak lain hanyalah dinukil dari kitabkitab orang terdahulu, bukan berasal dari Allah جَلَّ جَلالُهُ dan tidak pula berasal dari wahyu yang diberikan kepada RasulNya. Semua orang tahu bahwa Muhammad صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ adalah orang yang tidak bisa membaca dan tidak bisa menulis dan tidak pernah belajar dari siapa pun, lantas dari mana dia belajar? Bagaimana manusia bisa membuat seperti al-Qur`an ini meski mereka saling membantu satu sama lain?
Selain menjelaskan tentang sikap orang-orang yang berbuat baik kepada kedua orang tua, Allah juga menjelaskan keadaan sebaliknya yaitu sikap orang-orang yang durhaka kepada kedua orang tua. Dan orang yang berkata kepada kedua orang tuanya, ketika kedua orang tuanya mengajaknya agar beriman kepada Allah, anaknya itu berkata; ‘ah. ‘ ia tidak mau mengikuti nasihat kedua orang tuanya, lalu anak itu berkata, apakah kamu berdua memperingatkan kepadaku bahwa aku akan dibangkitkan dari kubur, padahal beberapa umat sebelumku telah berlalu dan banyak dari mereka tidak mempercayai hari kebangkitan itu'” kedua orang tuanya tidak putus asa mengajak anaknya beriman kepada Allah. Lalu kedua orang tuanya itu memohon pertolongan kepada Allah seraya berkata, ‘celaka kamu, berimanlah kepada Allah! sungguh, janji Allah akan datangnya hari kebangkitan itu benar dan pasti akan terjadi. ‘ tetapi anak itu tidak percaya, lalu dia berkata kepada kedua orang tuanya, ‘ini hanyalah dongeng orang-orang dahulu. ’18. Mereka adalah orang-orang yang celaka seperti dijelaskan dalam firman-Nya ini, mereka itu orang-orang yang tidak percaya kepada hari kebangkitan dan tidak percaya kepada perhitungan amal baik dan buruk manusia kelak di akhirat telah pasti terkena ketetapan yakni ditimpakan azab atas mereka bersama umat-umat dahulu sebelum mereka, dari golongan jin dan manusia yang durhaka kepada tuhan. Mereka adalah orang-orang yang rugi yakni celaka di akhirat disebabkan azab dari tuhan karena kedurhakaannya di dunia.
Al-Ahqaf Ayat 17 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Ahqaf Ayat 17, Makna Al-Ahqaf Ayat 17, Terjemahan Tafsir Al-Ahqaf Ayat 17, Al-Ahqaf Ayat 17 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Ahqaf Ayat 17
Tafsir Surat Al-Ahqaf Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35