{45} Al-Jatsiyah / الجاثية | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | محمد / Muhammad {47} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Ahqaf الأحقاف (Bukit-Bukit Pasir) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 46 Tafsir ayat Ke 25.
تُدَمِّرُ كُلَّ شَيْءٍ بِأَمْرِ رَبِّهَا فَأَصْبَحُوا لَا يُرَىٰ إِلَّا مَسَاكِنُهُمْ ۚ كَذَٰلِكَ نَجْزِي الْقَوْمَ الْمُجْرِمِينَ ﴿٢٥﴾
tudammiru kulla syai`im bi`amri rabbihā fa`aṣbaḥụ lā yurā illā masākinuhum, każālika najzil-qaumal-mujrimīn
QS. Al-Ahqaf [46] : 25
yang menghancurkan segala sesuatu dengan perintah Tuhannya, sehingga mereka (kaum ‘Ad) menjadi tidak tampak lagi (di bumi) kecuali hanya (bekas-bekas) tempat tinggal mereka. Demikianlah Kami memberi balasan kepada kaum yang berdosa.
Azab itu membinasakan segala sesuatu yang dilewatinya atas perintah dan kehendak Tuhan sehingga tidak ada lagi sesuatu pun terlihat di negeri mereka kecuali rumah-rumah yang mereka diami sebelumnya. Seperti itulah balasan yang kami berikan kepada orang-orang yang berbuat dosa, disebabkan dosa dan kesesatan mereka.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
(Bukan), bahkan itulah azab yang kamu minta supaya datang dengan segera (yaitu) angin yang mengandung azab yang pedih. (Al-Ahqaf: 24)
Itu adalah azab yang kalian inginkan melalui perkataan kalian, “Datangkanlah azab itu kepada kami jika kamu termasuk orang-orang yang benar.”
yang menghancurkan segala sesuatu. (Al-Ahqaf: 25)
Yakni azab tersebut akan menghancurkan segala sesuatu yang ada di negeri mereka yang berhak untuk dihancurkan.
dengan perintah Tuhannya. (Al-Ahqaf: 25)
yang dengan seizin Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى untuk menghancurkan negeri mereka, semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat yang lain:
angin itu tidak membiarkan satu pun yang dilandanya, melainkan dijadikannya seperti serbuk. (Adz-Dzariyat: 42)
Yaitu seperti sesuatu yang lapuk. Karena itulah disebutkan dalam firman berikutnya:
maka jadilah mereka tidak ada yang kelihatan lagi kecuali (bekas-bekas) tempat tinggal mereka. (Al-Ahqaf: 25)
karena semuanya telah binasa, tanpa ada seorang pun dari mereka yang hidup.
Demikianlah Kami memberi balasan kepada kaum yang berdosa. (Al-Ahqaf: 25)
Yakni demikianlah hukuman Kami terhadap orang yang mendustakan rasul-rasul Kami dan menentang perintah Kami.
Dalam sebuah hadis disebutkan kisah mereka, hadisnya garib sekali dan termasuk salah satu hadis yang berpredikat garib lagi tersendiri.
Imam Ahmad mengatakan telah menceritakan kepada kami Zaid ibnul Habbab, telah menceritakan kepadaku Abul Munzir alias Salam ibnu Sulaiman An-Nahwi yang mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Asim ibnu Abun Nujud, dari Abu Wa’il, dari Al-Haris Al-Bakri yang menceritakan bahwa ia pergi untuk mengadu kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ tentang Al-Ala ibnul Hadrami. Dalam perjalanannya ia bersua dengan seorang nenek-nenek dan kalangan Bani Tamim, yaitu Rabzah. Nenek-nenek itu tidak mampu lagi meneruskan perjalanannya. Maka ia berkata kepadaku (Al-Haris Al-Bakri), “Hai hamba Allah, sesungguhnya aku mempunyai suatu keperluan dengan Rasulullah Saw, maka sudikah engkau menyampaikannya kepada beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ?” Maka aku menaikkannya ke unta kendaraanku dan kuantarkan ia ke Madinah, yang saat itu Masjid Nabawi kelihatan penuh dengan banyak orang. Tiba-tiba kelihatan sebuah panji berwarna hitam berkibar lalu kelihatan sahabat Bilal r.a. menyandang pedangnya berada di hadapan Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ Lalu aku bertanya, “Ada apa dengan orang-orang banyak ini?” Mereka menjawab, “Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ akan mengirimkan Amr ibnul As r.a. bersama pasukan kaum muslim ke suatu tujuan.”
Al-Haris melanjutkan kisahnya, bahwa lalu ia masuk ke dalam rumah atau kemah Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ Sebelumnya ia meminta izin untuk bersua dengan beliau, kemudian diberi izin. Lalu masuklah ia dan mengucapkan salam. Maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bertanya, “Apakah antara kamu dan Bani Tamim terdapat sesuatu (permusuhan)?” Aku (Al-Haris) menjawab, “Ya, dan kami beroleh kemenangan atas mereka. Dan di tengah jalan saya bersua dengan seorang nenek-nenek dari Bani Tamim yang tidak mampu meneruskan perjalanannya, lalu ia meminta kepadaku untuk membawanya ke hadapan engkau, sekarang dia berada di depan pintu.” Lalu nenek-nenek itu diizinkan untuk masuk, maka masuklah nenek-nenek itu.
Lalu aku berkata, “Wahai Rasulullah, sudilah kiranya engkau membuatkan pembatas antara kami dan Bani Tamim. Jika engkau berkehendak, maka buatkanlah padang sahara sebagai pembatasnya.” Maka dengan serta merta nenek-nenek itu emosi dan bangkit seraya berkata, “Wahai Rasulullah, apakah yang diinginkan oleh orang yang memintamu dengan mendesak ini?”
Al-Haris melanjutkan kisahnya, maka aku menjawab, “Sesungguhnya nasibku sekarang adalah yang seperti dikatakan oleh pepatah masa dahulu, ‘serigala berbulu domba.’ Sesungguhnya aku membawa nenek-nenek ini tanpa menyadari bahwa dia adalah musuhku, kukira dia temanku, aku berlindung kepada Allah dan rasul-Nya bila nasibku menjadi seperti utusan kaum ‘Ad.”
Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bertanya kepadaku, “Bagaimanakah kisah utusan kaum ‘Ad itu?” Padahal beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ lebih mengetahui kisah tersebut daripada dia, tetapi beliau mendesaknya agar menceritakan kisah itu. Maka ia menjawab, bahwa sesungguhnya kaum ‘Ad mengalami musim paceklik yang berkepanjangan, lalu mereka mengirimkan seorang utusan yang dikenal dengan nama Qil. Qil dalam perjalanannya bersua dengan Mu’awiyah ibnu Bakar, lalu Qil tinggal padanya selama satu bulan. Mu’awiyah memberinya minuman Khamr dan menghiburnya dengan dua orang penyanyi yang dikenal dengan julukan Jarradatain.
Setelah berlalu masa satu bulan, Qil berangkat menuju Bukit Mahrah, lalu berdoa, “Ya Allah, sesungguhnya Engkau mengetahui bahwa aku datang bukan kepada orang sakit yang memerlukan pengobatan dariku, tidak pula kepada tawanan yang perlu aku tebus. Ya Allah, berilah kaum ‘Ad hujan selama Engkau akan memberi mereka hujan.”
Maka berlalulah iringan awan hitam, lalu ada suara yang berseru dari dalam awan tersebut, “Pilihlah!” Maka Qil mengisyaratkan tangannya ke arah suatu kumpulan awan yang berwarna hitam pekat. Kemudian diseru dari arah awan, “Terimalah awan ini dalam rupa debu dan angin yang sangat kuat, yang tiada menyisakan seorang manusia pun dari kaum ‘Ad dapat hidup.”
Perawi melanjutkan kisahnya, bahwa menurut berita yang sampai kepadaku tiadalah kadar angin yang dikirimkan kepada mereka melainkan sebesar lubang cincinku, dan mereka semuanya binasa.
Abu Wa’il mengatakan bahwa lalu Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ membenarkan kisah tersebut. Dan tersebutlah apabila mereka mengirimkan delegasi yang terdiri dari seorang wanita dan seorang laki-laki, mereka mengatakan, “Janganlah kamu seperti delegasi (utusan) kaum ‘Ad.”
Hadis ini diriwayatkan pula oleh Imam Turmuzi, Imam Nasai, dan Imam ibnu Majah, sebagaimana yang telah disebutkan di dalam tafsir surat Al-A’raf.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Harun ibnu Ma’ruf, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepada kami Amr, bahwa Abun Nadr pernah menceritakan hadis berikut dari Sulaiman ibnu Yasar, dari Aisyah r.a. yang mengatakan bahwa ia belum pernah melihat Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bilamana tertawa kelihatan langit-langitnya, sesungguhnya tertawa beliau hanyalah tersenyum. Siti Aisyah r.a. mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ apabila melihat mendung atau angin yang besar, maka terlihat ada perubahan pada roman muka beliau. Lalu Siti Aisyah bertanya, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya orang-orang merasa gembira bila mereka melihat awan karena adanya harapan akan turun hujan. Tetapi aku amati apabila engkau melihatnya, ada perasaan kurang senang di wajahmu.” Maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab:
Hai Aisyah, saya merasa khawatir bila di dalam awan itu terdapat azab, karena ada suatu kaum yang telah diazab melalui angin yang besar (awan), kaum itu melihat kedatangan azab tersebut, lalu mereka mengatakan, ‘Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami.”
Imam Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkan hadis ini melalui Ibnu Wahb.,
Jalur lain. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman, dari Sufyan, dari Al-Miqdam ibnu Syuraih, dan ayahnya, dari Aisyah r.a. yang mengatakan bahwa sesungguhnya Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ apabila melihat awan muncul di cakrawala langit dan arah mana pun, beliau meninggalkan pekerjaannya. Dan jika beliau berada di dalam salatnya, mengucapkan doa berikut:
Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari keburukan yang terkandung di dalam awan ini.
Dan jika ternyata awan itu hilang, maka beliau memuji kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى Jika hujan turun, maka beliau membaca doa:
Ya Allah, (jadikanlah hujan ini) hujan yang bermanfaat.
Jalur lain. Imam Muslim di dalam kitab sahihnya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar At-Tahir, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Ibnu Juraij menceritakan hadis berikut kepadanya dan Ata ibnu Abu Rabah, dari Aisyah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bila ada angin bertiup sangat kuat, beliau mengucapkan doa berikut:
Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kebaikannya dan kebaikan yang ada padanya serta kebaikan dari apa yang Engkau kirimkan melaluinya. Dan aku berlindung kepada Engkau dari keburukannya dan keburukan yang ada padanya serta keburukan dari apa yang Engkau kirimkan melaluinya.
Siti Aisyah r.a. melanjutkan kisahnya, bahwa apabila langit mendung, roman muka beliau berubah dan melangkah keluar dan masuk serta mondar-mandir. Dan apabila turun hujan, barulah beliau merasa tenang. Hal itu diketahui oleh Siti Aisyah r.a., lalu ia menanyakan kepada beliau tentang sikapnya itu. Maka beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab:
Hai Aisyah, barangkali hal itu seperti apa yang dikatakan oleh kaum ‘Ad, “Maka tatkala mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka, berkatalah mereka, ‘Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami’ (Al-Ahqaf: 24)
Kami telah menyebutkan kisah binasanya kaum ‘Ad dalam tafsir surat Hud secara lengkap sehingga tidak perlu diulangi lagi.
Imam Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdan Ibnu Ahmad, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Zakaria Al-Kufi, telah menceritakan kepada kami Abu Malik ibnu Muslim Al-Mala’i, dari Mujahid dan Sa’id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda: Allah tidak membukakan angin terhadap kaum ‘Ad kecuali hanya semisal dengan lubang tempat cincin. Kemudian angin itu dikirimkan menuju daerah pedalaman mereka, lalu ke daerah perkotaan mereka. Dan ketika penduduk perkotaan melihat datangnya angin itu (yang berupa awan hitam), mereka mengatakan, “Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami sedang menuju ke lembah-lembah kami.” Sedangkan penduduk pedalaman telah berada di dalam angin itu (terbawa terbang), lalu mereka ditimpakan kepada penduduk perkotaan hingga semuanya binasa. Angin itu memporak-porandakan kantung-kantung tempat mereka berada sehingga keluarlah angin itu dari celah-celah pintu-pintu tempat mereka. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
25. “(Yaitu) angin yang mengandung azab yang pedih, yang menghancurkan segala sesuatu” yang dilintasinya karena sangat kencang. Allah berfirman,
“yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus menerus; maka kamu lihat kaum ‘Aad pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk).” -Al Haqqah:7-
“Dengan perintah Rabbnya,” yakni dengan izin dan kehendakNya, “maka jadilah mereka tidak ada yang kelihatan lagi kecuali (bekas-bekas) tempat tinggal mereka.” Binatang ternak, harta, serta diri mereka binasa semua oleh angina kencang itu. “Demikianlah Kami memberi balasan kepada kaum yang berdosa,” karena kejahatan serta kezhaliman yang mereka lakukan.
24-25. Azab Allah yang dijanjikan kepada mereka itu benar terjadi. Maka ketika mereka melihat tanda-tanda azab itu datang kepada mereka yaitu berupa awan yang berjalan menuju ke lembah-lembah tempat tinggal mereka, lalu mereka berkata, ‘inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kita. “mereka mengira awan itu menandakan turunnya hujan yang sangat mereka harapkan. Nabi hud menjawab ucapan mereka, ” bukan! awan itu bukan tanda akan turun hujan, tetapi itulah azab yang kamu minta agar disegerakan datangnya, itulah angin yang sangat panas yang mengandung azab yang pedih, yang menghancurkan segala sesuatu dengan perintah tuhannya. Angin itu melanda seluruh negeri dan membinasakan segala sesuatu yang dilewatinya, baik jiwa maupun harta. Maka kaum ‘ad, hancur lebur terbakar oleh angin panas dan mereka menjadi tidak tampak lagi di muka bumi kecuali hanya bekas-bekas tempat tinggal mereka. Demikianlah kami memberi balasan kepada kaum yang berdosa, baik dahulu, sekarang maupun yang akan datang. Sebagaimana kami memberi balasan berupa azab kepada kaum ‘ad, demikian pula kami memberi memberi balasan serupa kepada mereka yang durhaka. ’26. Selanjutnya Allah menjelaskan alasan mengapa dia menjatuhkan azab setelah dihancurkannya kaum ‘ad dengan segala kekuatannya. Dan sungguh, kami telah meneguhkan kedudukan mereka dengan berlimpahnya harta dan menganugerahkan kepada mereka kekuatan fisik yang belum pernah kami berikan kepada kamu wahai penduduk mekah dan kami telah memberikan kepada mereka pendengaran, penglihatan, dan hati agar mereka mendengar, melihat dan mengambil pelajaran dari ayat-ayat Allah; tetapi pendengaran, penglihatan, dan hati mereka itu tidak berguna sedikit pun bagi mereka, karena mereka tidak menggunakannya untuk memikirkan ayat-ayat Allah. Sebaliknya mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan oleh karena itu azab yang dahulu mereka perolok-olokkan dan mereka minta agar segera datang telah mengepung mereka sehingga mereka hancur binasa. Ayat ini memberikan peringatan kepada pen-duduk mekah agar mereka takut kepada azab tuhan. Kaum ‘ad lebih kuat dari mereka dan lebih banyak jumlahnya, namun mereka tidak kuasa menolak azab tuhan yang dijatuhkan kepadanya.
Al-Ahqaf Ayat 25 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Ahqaf Ayat 25, Makna Al-Ahqaf Ayat 25, Terjemahan Tafsir Al-Ahqaf Ayat 25, Al-Ahqaf Ayat 25 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Ahqaf Ayat 25
Tafsir Surat Al-Ahqaf Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)
Jazakumullahu Khayran