{45} Al-Jatsiyah / الجاثية | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | محمد / Muhammad {47} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Ahqaf الأحقاف (Bukit-Bukit Pasir) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 46 Tafsir ayat Ke 29.
وَإِذْ صَرَفْنَا إِلَيْكَ نَفَرًا مِنَ الْجِنِّ يَسْتَمِعُونَ الْقُرْآنَ فَلَمَّا حَضَرُوهُ قَالُوا أَنْصِتُوا ۖ فَلَمَّا قُضِيَ وَلَّوْا إِلَىٰ قَوْمِهِمْ مُنْذِرِينَ ﴿٢٩﴾
wa iż ṣarafnā ilaika nafaram minal-jinni yastami’ụnal-qur`ān, fa lammā ḥaḍarụhu qālū anṣitụ, fa lammā quḍiya wallau ilā qaumihim munżirīn
QS. Al-Ahqaf [46] : 29
Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan kepadamu (Muhammad) serombongan jin yang mendengarkan (bacaan) Al-Qur’an, maka ketika mereka menghadiri (pembacaan)nya mereka berkata, “Diamlah kamu (untuk mendengarkannya)!” Maka ketika telah selesai mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan.
Wahai Rasul, ingatlah ketika Kami mengutus beberapa kelompok jin kepadamu untuk mendengarkan bacaan Al-Qur’an. Ketika mereka menghadiri dan Rasulullah sedang membacakannya, berkata sebagian mereka kepada sebagian yang lain, “Diamlah supaya kita bisa mendengar bacaan Al-Qur’an ini.” Ketika Rasulullah selesai dari bacaannya, mereka telah memahami dan terpengaruh dengannya sehingga mereka kembali kepada kaumnya seraya memberi peringatan dan ancaman akan datangnya siksa Allah jika mereka tidak mau beriman.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sufyan, telah menceritakan kepada kami Amr, bahwa ia pernah mendengar Iknmah menceritakan hadis berikut dari Az-Zubair sehubungan dengan firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى: Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan Al-Qur’an. (Al-Ahqaf: 29) Az-Zubair mengatakan bahwa kejadian ini di Nakhlah saat Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ sedang membaca Al-Qur’an dalam salat Isyanya. hampir saja jin-jin itu desak-mendesak mengerumuninya. (Al-Jin: 19) Sufyan mengatakan bahwa sebagian dari jin-jin itu berdesakan dengan sebagian yang lainnya.
Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad secara munfarid. Nanti akan disebutkan melalui riwayat Ibnu Jarir, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas r.a., bahwa mereka terdiri dari tujuh jin dari jin penduduk Nasibin.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Attan, telah menceritakan kepada kami Abu Uwwanah, dan telah menceritakan kepada kami Imam Al-Hafiz Abu Bakar Al-Baihaqi di dalam kitabnya yang berjudul Dalailun Nubuwwah, bahwa telah menceritakan kepada kami Abul Hasan Ali ibnu Ahmad ibnu Abdan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Ubaid As-Saffar, telah menceritakan kepada kami Ismail Al-Qadi, telah menceritakan kepada kami Musaddad, telah menceritakan kepada kami Abu Uwwanah, dari Abu Bisyr, dari Sa’id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ tidak pernah membacakan Al-Qur’an kepada jin dan tidak pula beliau melihat mereka. Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ berangkat bersama segolongan sahabatnya menuju pasar Ukaz. Dan saat itu antara setan dan berita dari langit telah dihalang-halangi, karena langit telah dijaga oleh bintang-bintang yang menyala nyala yang melempari setan yang hendak mencuri-curi dengar dari berita langit, maka setan-setan pun kembali kepada kaumnya. Maka kaumnya bertanya, “Mengapa kalian?” Setan-setan itu menjawab, “Telah dihalang-halangi antara kami dan berita dari langit, dan dikirimkan bintang yang menyala-nyala mengejar kami.” Kaumnya berkata, “Tiada yang menjadi penyebab kalian dihalang-halangi dari berita langit, melainkan telah terjadi sesuatu peristiwa. Maka berangkatlah kalian ke belahan timur dan barat bumi, lalu carilah penyebab yang menghalang-halangi kalian dari berita langit itu!” Maka berangkatlah mereka menjelajahi belahan timur dan barat bumi untuk mencari orang yang menjadi penyebab yang menghalang-halangi mereka dari berita langit. Serombongan jin berangkat menuju ke arah Tihamah yang saat itu Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ sedang berada di Nakhlah dalam perjalanannya menuju pasar ‘Ukaz. Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ sedang melakukan salat Subuh mengimami para sahabatnya. Ketika jin-jin itu mendengar bacaan Al-Qur’an, maka mereka mendengarkannya, lalu mengatakan, “Demi Allah, inilah yang menjadi penyebab kalian dihalang-halangi dari berita langit.” Dan ketika rombongan jin itu kembali kepada kaumnya, mereka berkata kepada kaumnya: Sesungguhnya kami telah mendengarkan Al-Qur’an yang menakjubkan (yang) memberi petunjuk kepada jalan yang benar, lalu kami beriman kepadanya. Dan kami sekali-kali tidak akan mempersekutukan seorang pun dengan Tuhan kami (Al-Jin: 1-2) Dan Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menurunkan firman-Nya: Katakanlah (hai Muhammad), “Telah diwahyukan kepadaku bahwasanya sekumpulan jin telah mendengarkan (Al-Qur’an) ” (Al-Jin: 1) Dan sesungguhnya yang diwahyukan kepada Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ hanyalah menceritakan tentang ucapan jin kepada kaumnya.
Imam Bukhari telah meriwayatkan hadis ini dari Musaddad dengan lafaz yang semisal. Imam Muslim meriwayatkannya melalui Syaiban ibnu Farukh, dari Abu Uwwanah dengan sanad yang sama. Imam Turmuzi dan Imam Nasai telah meriwayatkannya di dalam kitab tafsir melalui hadis Abu Uwwanah.
Imam Ahmad mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Abu Ahmad, telah menceritakan kepada kami Israil, dari Abu Ishaq, dari Sa’id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa dahulu jin dapat mendengarkan wahyu (mencuri-curi dengar dari berita langit), maka mereka mendengarkan satu kalimat, lalu mereka membubuhinya dengan sepuluh kalimat. Maka apa yang mereka dengar itu adalah benar dan apa yang mereka tambahkan itu adalah batil. Dan pada masa itu bintang-bintang masih belum dilemparkan kepada mereka. Tetapi ketika Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ diutus, maka tidak sekali-kali seseorang dari mereka menempati tempat kedudukannya (di pengintaian), melainkan dilempar dengan panah yang berapi (bintang yang menyala-nyala) yang membakar semua yang dikenainya. Lalu mereka melapor kepada pemimpin mereka, yaitu Iblis. Maka Iblis berkata, “Ini tidak lain hanyalah karena ada sesuatu perkara yang terjadi.” Lalu iblis menyebarkan bala tentaranya, dan tiba-tiba bala tentara iblis bersua dengan Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang sedang salat di antara kedua Bukit Nakhlah. Lalu mereka mendatanginya, dan sepulang dari itu mereka menceritakan hal itu kepada iblis, lalu iblis berkata, “Itulah yang dimaksud dengan kejadian di bumi.”
Imam Turmuzi dan Imam Nasai di dalam kitab tafsir masing-masing, bagian dari kitab sunnah masing-masing, telah meriwayatkan hadis ini melalui Israil dengan sanad yang sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ayyub, dari Sa’id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas r.a. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Al-Aufi, dari Ibnu Abbas r.a.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Al-Hasan Al-Basri, bahwa sesungguhnya Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ tidak merasakan keberadaan mereka (jin-jin yang mendengarkan bacaannya) sebelum Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menurunkan wahyu kepadanya yang menceritakan perihal mereka.
Muhammad ibnu Ishaq telah meriwayatkan dari Yazid ibnu Ruman dan Muhammad ibnu Ka’b Al-Qurazi kisah keberangkatan Nabi Saw ke Taif, seruan Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ kepada mereka untuk menyembah Allah dan penolakan mereka terhadap seruannya. Lalu disebutkan kisah ini dengan panjang lebar, antara lain disebutkan sebuah doa yang baik yang dipanjatkan oleh Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, yaitu:
Ya Allah, sesungguhnya aku mengadu kepada Engkau lemahnya kekuatanku dan minimnya upayaku serta kecilnya diriku di mata orang lain (musyrik Mekah). Wahai Yang Maha Pemurah di antara para pemurah, Engkaulah Tuhannya orang-orang yang lemah, Engkaulah Tuhanku, lalu kepada siapakah Engkau serahkan diriku? Apakah kepada musuh yang jauh yang kelak akan menghinaku ataukah kepada teman yang dekat yang Engkau serahkan urusanku kepadanya? Jika Engkau tidak murka kepadaku, aku tidak peduli tetapi pemaafan-Mu lebih luas bagiku. Aku berlindung kepada cahaya Zat-Mu yang menerangi semua kegelapan dan dapat memperbaiki urusan dunia dan akhirat, Janganlah Engkau turunkan murka-Mu kepadaku atau Engkau timpakan kepadaku murka-Mu, dan hanya kepada Engkaulah memohon rida hingga Engkau rida, tidak ada daya dan tidak ada kekuatan kecuali dengan pertolongan-Mu.
Muhammad ibnu Ka’b Al-Qurazi melanjutkan kisahnya, bahwa setelah Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ meninggalkan Taif, beliau menginap di Nakhlah, lalu membaca sebagian dari Al-Qur’an di malam itu, dan jin dari penduduk Nasibin mendengarkan bacaannya ini memang benar, tetapi perkataan Muhammad ibnu Ka’b dalam kisahnya ini yang menyebutkan bahwa sesungguhnya pendengaran bacaan Al-Qur’an yang dilakukan oleh jin adalah malam itu, masih perlu dipertimbangkan kebenarannya. Karena sesungguhnya pendengaran yang dilakukan oleh jin adalah pada permulaan wahyu sebagaimana yang disimpulkan dari hadis Ibnu Abbas r.a. yang telah disebutkan di atas, sedangkan keberangkatan Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ke Taif adalah sesudah pamannya meninggal dunia, yaitu satu atau dua tahun sebelum hijrah, seperti yang telah ditetapkan oleh Ibnu Ishaq dan lain-lainnya. Hanya Allah-Iah Yang Maha Mengetahui.
Abu Bakar ibnu Abu Syaibah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Ahmad Az-Zubairi, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Asim, dari Zur, dari Abdullah ibnu Mas’ud r.a. yang mengatakan bahwajin-jin itu turun menemui Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang saat itu sedang membaca Al-Qur’an di Lembah Nakhlah. Ketika mereka mendengar bacaannya, mereka mendengarkan dengan penuh perhatian dan mengatakan kepada teman-temannya, “Diamlah!” Jumlah mereka adalah sembilan jin, yang salah satu dari mereka berupa zauba’ah (angin puyuh). Maka Allah menurunkan firman-Nya: Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan Al-Qur’an, maka tatkala mereka menghadiri pembacaan (nya), lalu mereka berkata, ‘Diamlah kamu (untuk mendengarkannya).” Ketika pembacaan telah selesai, mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan. (Al-Ahqaf: 29) sampai dengan firman-Nya: Mereka itu dalam kesesatan yang nyata. (Al-Ahqaf: 32)
Riwayat ini beserta riwayat yang pertama yang diceritakan oleh Ibnu Abbas r.a. menunjukkan pengertian bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ tidak merasakan kehadiran jin-jin itu dalam pertemuan kali itu. Sesungguhnya mereka (jin-jin itu) hanya mendengarkan bacaannya saja, lalu mereka kembali kepada kaumnya. Dan sesudah itu mereka mengirimkan delegasi mereka kepada Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ serombongan demi serombongan dan delegasi demi delegasi, sebagaimana yang akan diceritakan oleh sebagian dari riwayat dan atsar yang akan kami kemukakan kemudian.
Adapun mengenai hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim secara berbarengan dari Abu Qudamah alias Ubaidillah ibnu Sa’id As-Sarkhasi, dari Abu Umamah Hammad ibnu Usamah, dari Mis’ar ibnu Kidam, dari Ma’an ibnu Abdur Rahman yang menceritakan bahwa ia pernah mendengar ayahnya menceritakan kepadanya bahwa ia pernah bertanya kepada Masruq, “Siapakah yang memberitahukan kepada Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ kehadiran jin di malam mereka mendengarkan bacaan Al-Qur’an (Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ)?” Masruq menjawab, “Aku telah mendengar ayahmu (yakni Ibnu Mas’ud r.a.) mengatakan bahwa yang memberitahukan kepada beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ tentang kehadiran mereka (serombongan jin itu) adalah sebuah pohon (kurma).” Barangkali hal ini pada kejadian yang pertama, tetapi pada mulanya beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ tidak merasakan kehadiran mereka hingga pohonlah yang memberitahukan kepada beliau tentang kehadiran mereka. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Dan barangkali hal ini terjadi pada sebagian pertemuan yang terakhir, hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Imam Baihaqi mengatakan bahwa apa yang telah diceritakan oleh Ibnu Abbas r.a., tiada lain permulaan jin mendengar bacaan Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dan mereka baru mengetahui keadaannya. Pada kali itu beliau tidak membacakan Al-Qur’an kepada mereka dan tidak melihat mereka. Sesudah itu datanglah undangan jin kepadanya, maka barulah beliau membacakan kepada mereka Al-Qur’an dan menyeru mereka kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى sebagaimana yang disebutkan dalam riwayat Abdullah ibnu Mas’ud r.a.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Daud, dari Asy-Sya’bi dan Ibnu Abu Zaidah, telah menceritakan kepada kami Daud, dari Asy-Sya’bi, dari ‘Alqamah yang mengatakan bahwa aku bertanya kepada Abdullah ibnu Mas’ud r.a., “Apakah Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ membawa seseorang dari kalian di malam jin?” Ibnu Mas’ud r.a. menjawab, “Tiada seorang pun dari kami yang menemaninya, tetapi kami merasa kehilangan beliau di suatu malam di Mekah, maka kami mengatakan, ‘Beliau diculik.’ Aku merasa curiga, dan kami tidak dapat memikirkan apa yang harus kami perbuat.”
Ibnu Mas’ud melanjutkan kisahnya, bahwa malam itu kami jalani dengan perasaan tidak menentu. Dan ketika malam menjelang Subuh atau di waktu sahur, tiba-tiba kami melihat beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dalam kegelapan datang dari arah Hira. Lalu kami berseru, “Wahai Rasulullah!” Kemudian kami menceritakan kepadanya perihal kecemasan kami terhadap beliau selama beliau tidak bersama kami. Maka beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab:
Sesungguhnya telah datang kepadaku utusan dari jin, maka aku temui mereka dan kubacakan (Al-Qur’an) kepada mereka.
Kemudian Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pergi dan memperlihatkan kepada kami bekas perapian mereka dan jejak-jejak mereka.
Asy-Sya’bi mengatakan bahwa para sahabat menanyakan kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ mengenai makanan yang dikonsumsi jin. Amir mengatakan bahwa mereka menanyakannya kepada Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ di Mekah, dan para jin itu berasal dari jin yang ada di Jazirah Arabia. Maka Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab:
Setiap tulang (hewan) yang disebutkan nama Allah (saat menyembelihnya) yang dibuang dari tangan kalian dalam keadaan masih ada dagingnya, dan setiap kotoran atau tahi ternak kalian. Lalu dalam sabda selanjutnya disebutkan: Maka janganlah kamu bersuci memakai keduanya (tulang dan kotoran hewan yang telah kering), karena sesungguhnya keduanya itu adalah makanan saudara-saudara kalian dari makhluk jin.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Muslim di dalam kitab sahihnya, dari Ali ibnu Hajar, dari Ismail ibnu Aliyyah dengan sanad yang semisal.
Imam Muslim mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Musanna, telah menceritakan kepada kami Abdul A’la, telah menceritakan kepada kami Daud alias ibnu Abu Hindun, dari Amir yang menceritakan bahwa ia pernah bertanya kepada Ibnu Mas’ud r.a., “Apakah ada seseorang dari kalian (para sahabat) yang menemani Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ di malam jin?” Ibnu Mas’ud r.a. menjawab, “Tidak ada seorang pun dari kami yang menemaninya.”
Ibnu Mas’ud r.a. melanjutkan bahwa pada mulanya kami bersama Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ di suatu malam. Tiba-tiba kami merasa kehilangan beliau, maka kami mencarinya di lembah-lembah dan lereng-lereng sekitar kami berada, hingga ada yang mengatakan bahwa beliau dibawa terbang dan ada pula yang mengatakan diculik. Malam itu kami jalani dengan penuh kecemasan, dan pada pagi harinya tiba-tiba muncullah beliau dari arah Hira.
Maka kami berkata, “Wahai Rasulullah, kami merasa kehilangan engkau, dan kami telah mencari engkau kemana-mana, tetapi kami tidak menjumpai engkau. Akhirnya kami jalani malam ini dengan penuh kegelisahan yang pernah dialami oleh suatu kaum.” Beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda:
Telah datang kepadaku undangan dari jin, maka aku berangkat bersama mereka dan aku bacakan kepada mereka Al-Qur’an.
Maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ membawa serta kami dan memperlihatkan kepada kami jejak mereka dan bekas perapian mereka. Para sahabat bertanya kepada beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ tentang makanan yang dikonsumsi oleh jin, maka beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab:
Semua tulang hewan yang disebutkan nama Allah (saat menyembelihnya) yang berada di tangan kalian dalam keadaan masih ada dagingnya, dan semua kotoran atau tahi hewan ternak kalian. Kemudian Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Maka janganlah kalian beristinja (bersuci) dengan memakai keduanya, karena sesungguhnya keduanya adalah makanan saudara kalian.
Jalur lain diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud r.a.
Abu Ja’far ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ahmad ibnu Abdur Rahman, telah menceritakan kepadaku pamanku, telah menceritakan kepadaku Yunus, dari Az-Zuhri, dari Ubaidillah yang mengatakan bahwa sesungguhnya Abdullah ibnu Mas’ud r.a. pernah mengatakan bahwa ia telah mendengar Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda:
Tadi malam aku semalamam membacakan Al-Qur’an kepada jin sambil berdiri di Al-Hujun.
Jalur lain, menyebutkan bahwa Abdullah ibnu Mas’ud ra di malam yang lain ikut bersama Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ di malam pertemuannya dengan jin.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ahmad ibnu Abdur Rahman ibnu Wahb, telah menceritakan kepada kami pamanku Abdullah ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Yunus dari Ibnu Syihab, dari Abu Usman ibnu Syabbah Al-Khuza’i, salah seorang ulama penduduk Syam yang telah menceritakan bahwa sesungguhnya Abdullah ibnu Mas’ud r.a. pernah menceritakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda kepada para sahabatnya ketika masih di Mekah:
Barang siapa di antara kalian yang ingin menghadiri urusan dengan jin malam ini, ia dapat ikut.
Maka tiada seorang pun dari mereka yang datang selain diriku (Ibnu Mas ud).
Ibnu Mas’ud melanjutkan kisahnya, “Lalu kami berangkat Ketika kami sampai di dataran yang palingtinggi di Mekah, maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ membuat garis dengan kakinya dan memerintahkan kepadaku untuk duduk di garis itu.
Kemudian Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjauh dariku dan mulai membaca Al-Qur’an Maka beliau dikerumuni oleh makhluk yang banyak sekali jumlahnya sehingga menghalang-halangi pandanganku untuk dapat melihat beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dan aku pun tidak dapat mendengar lagi suaranya. Kemudian mereka bubar bagaikan kumpulan awan yang bergerak pergi sehingga hanya segolongan dari mereka (jin) yang masih ada bersama beliau.
Tetapi Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ terkejut dengan tibanya waktu fajar, lalu beliau pergi buang air di tempat yang lapang, setelah itu beliau mendatangiku dan bertanya kepadaku, ‘Kemanakah rombongan jin itu?’ Aku menjawab ‘Itulah mereka, wahai Rasulullah,’ lalu Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ memberi mereka tulang dan kotoran hewan yang telah kering sebagai bekal mereka Kemudian beliau melarang seseorang bersuci dengan memakai kotoran hewan yang telah kering atau tulang.”
Ibnu Jarir meriwayatkan pula hadis ini dari Muhammad ibnu Abdullah ibnu Abdul Hakam, dari Abu Zar’ah dan Wahb ibnu Rasyid, dari Yunus ibnu Yazid Al-Aili dengan sanad yang sama.
Imam Baihaqi telah meriwayatkan hadis ini di dalam kitab Dala’il-nya melalui hadis Abdullah ibnu Saleh juru tulis Al-Lais, dari Yunus dengan sanad yang sama. Ishaq ibnu Rahawaih telah meriwayatkan hal yang sama dengan hadis di atas, dari Jarir, dari Qabus ibnu Zabyan, dan ayahnya, dari Ibnu Mas’ud r.a., lalu disebutkan hal yang semisal dengan hadis di atas Al-Hafiz AbuNa’im telah meriwayatkannya melalui jalur Musa ibnu Ubaidah, dari Sa’id ibnul Haris, dari Abul Ma’la, dari Ibnu Mas’ud r.a., lalu disebutkan hal yang semisal dengan hadis di atas.
Jalur lain. Abu Na’im mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar ibnu Malik, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Ahmad ibnu Hambal, telah menceritakan kepadaku ayahku yang mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Affan dan Iknmah, keduanya mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Mu’tamir, bahwa ayahnya menceritakan kepadanya bahwa telah menceritakan kepadaku Abu Tamimah, dari Amr, barangkali dia mengatakan Al-Bakkali Amr menceritakan kepadanya dari Abdullah ibnu Mas’ud r.a. yang mengatakan, “Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah membawaku serta pergi, hingga sampailah kami di suatu tempat, lalu beliau membuat sebuah garis di tanah sebagai pembatas untukku seraya bersabda:
‘Tetaplah engkau berada di luar garis ini, janganlah engkau keluar darinya; karena sesungguhnya jika engkau keluar darinya, niscaya engkau akan binasa (mati)’.
Lalu disebutkan hadis dengan panjang lebar yang di dalamnya terdapat hal yang sangat aneh.
Jalur lain. Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abdul Ala, telah menceritakan kepada kami Ibnu Saur, dari Ma’mar, dari Yahya ibnu Abu Kasir, dari Abdullah ibnu Amr ibnu Gailan As-Saqafi bahwa ia pernah bertanya kepada Abdullah ibnu Mas’ud r.a., “Aku mendengar berita bahwa engkau bersama Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ di malam delegasi jin.” Ibnu Mas’ud menjawab, “Benar.” Abdullah ibnu Amr ibnu Gailan bertanya, “Bagaimanakah ceritanya?” Maka Abdullah ibnu Mas’ud menceritakan hadis ini dan menyebutkan bahwa Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ membuat pembatas untuknya berupa sebuah garis seraya bersabda:
Jangan kamu tinggalkan tempat ini!
Lalu ibnu Mas’ud r.a. menyebutkan bahwa ia melihat sekumpulan debu yang berwarna hitam, lalu menutupi diri Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dan kumpulan debu itu disingkirkannya sebanyak tiga kali. Ketika waktu sudah dekat fajar, Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ mendatanginya dan bertanya, “Apakah engkau tidur?” Aku menjawab, “Tidak, demi Allah, sesungguhnya aku berkali-kali berniat akan meminta tolong kepada orang lain, hingga aku mendengar engkau memukul mereka dengan tongkatmu seraya berkata, “Duduklah kalian!” Maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda:
Seandainya kamu keluar dari garis ini, aku tidak dapat menjamin keselamatanmu bila ada sebagian dari mereka yang menyambarmu.
Kemudian Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bertanya, “Apakah engkau melihat sesuatu?” Aku menjawab, “Ya, aku melihat banyak kaum lelaki yang hitam mengenakan pakaian yang putih-putih.” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda:
Mereka adalah jin dari Nasibin, mereka meminta kepadaku perbekalan, maka aku beri mereka bekal dengan tulang yang menghalang-halangi (jalan) atau kotoran (kambing) atau kotoran (unta).
Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah itu dapat mencukupi kebutuhan mereka?” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab:
Sesungguhnya mereka tidaklah menemukan tulang, melainkan mereka menemukan daging padanya saat memakannya; dan tidaklah pula kotoran hewan, melainkan mereka menemukan padanya biji-bijian sebagaimana yang dimakan oleh hewan itu. Maka jangan sekali-kali kalian bersuci saat selesai dari membuang air dengan tulang atau dengan kotoran (kambing yang sudah kering), atau dengan tahi (unta yang sudah kering).
Jalur lain. Al-Hafiz Abu Bakar Al-Baihaqi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Abdur Rahman As-Sulami dan Abu Nasr ibnu Qatadah, bahwa telah menceritakan kepada kami Abu Muhammad alias Yahya ibnu Mansur Al-Qadi, telah menceritakan kepada kami Abu Abdullah alias Muhammad ibnu Ibrahim Al-Busyanji, telah menceritakan kepada kami Rauh ibnu Saleh, telah menceritakan kepada kami Musa ibnu Ali ibnu Rabah, dari ayahnya Abdullah ibnu Mas’ud r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ membawaku pergi, lalu bersabda:
Sesungguhnya segolongan jin berjumlah lima belas jin, mereka adalah anak-anak saudara dan anak-anak sepaman (di kalangan mereka) telah datang kepadaku tadi malam (meminta) agar aku mengajarkan Al-Qur’an kepada mereka.
Maka aku berangkat bersama beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ke suatu tempat yang dituju, lalu beliau membuat sebuah garis untukku dan menyuruhku duduk di dalam garis itu serta bersabda:
Janganlah kamu keluar dari garis ini.
Aku semalaman di dalam garis itu hingga Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ datang menemuiku bersamaan dengan datangnya waktu sahur, sedangkan di tangan beliau terdapat tulang yang masih terbungkus daging dan kotoran ternak yang telah kering, serta arang. Lalu beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda:
Apabila kamu pergi ke tempat buang air, janganlah kamu bersuci dengan memakai sesuatu pun dari benda-benda tadi.
Dan pada pagi harinya aku berkata, “Aku benar-benar akan memeriksa tempat Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ tadi malam, lalu aku pergi ke tempat itu dan kulihat padanya bekas tempat mendekamnya enam puluh ekor unta.
Jalur lain. Imam Baihaqi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Abdullah Al-Hafiz, telah menceritakan kepada kami Abul Abbas Al-Asam, telah menceritakan kepada kami Al-Abbas ibnu Muhammad Ad-Dauri, telah menceritakan kepada kami Usman ibnu Umar, dari Asy-Syamir ibnur Rayyan, dari Abul Jauza, dari Abdullah ibnu Mas’ud r.a. yang telah menceritakan bahwa ia pergi bersama Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ di malam pertemuannya dengan jin. Hingga ketika sampai di Al-Hujun, beliau membuat garis untukku sebagai pembatas. Kemudian beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ maju menemui mereka (para jin), maka mereka pun berdesak-desakan mengerumuni Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ Lalu pemimpin mereka yang dikenal dengan nama Wazdan berkata, “Aku akan membubarkan mereka darimu.” Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, “Sesungguhnya aku tiada seorang pun yang dapat melindungiku dari Allah.”
Jalur lain.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Abu Fazzarah Al-Absi, telah menceritakan kepada kami Abu Zaid maula Amr ibnu Hurayyis, dari Ibnu Mas’ud r.a. yang mengatakan bahwa di malam pertemuan dengan jin, Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda kepadanya: “Apakah kamu membawa air?” Aku menjawab, “Aku tidak punya air, tetapi aku membawa wadah yang berisikan minuman perasan anggur.” Maka Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, “Itu adalah buah yang baik dan air yang suci.”
Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Abu Daud dan Imam Turmuzi serta Imam Ibnu Majah melalui Ibnu Zaid dengan sanad yang sama.
Jalur lain.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Ishaq, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lalai’ah, dari Qais ibnul Hajjaj, dari Hanasy As-San’ani, dari Ibnu Abbas, dari Abdullah ibnu Mas’ud r.a. yang mengatakan bahwa ia bersama Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ di malam pertemuannya dengan jin. Lalu Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bertanya, “Hai Abdullah, apakah engkau membawa air?” Abdullah ibnu Mas’ud r.a. menjawab, “Aku hanya membawa minuman perasan anggur di dalam wadahku.” Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, “tuangkanlah kepadaku,” lalu beliau berwudu dengannya. Setelah itu Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Hai Abdullah, ini adalah minuman dan penyuci.
Imam Ahmad meriwayatkan hadis ini secara munfarid(sendirian) melalui jalur ini; Imam Daruqutni telah meriwayatkan hadis ini melalui jalur lain dari Ibnu Mas’ud r.a. dengan lafaz yang sama.
Jalur lain.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepadaku ayahku dari Maina, dari Abdullah r.a. yang mengatakan bahwa ia bersama Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ di malam pertemuannya dengan delegasi jin. Setelah pulang, Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bernapas lega. Maka aku bertanya, “Mengapa engkau?” Beliau menjawab, “Telah diucapkan belasungkawa atas diriku, hai Ibnu Mas’ud.”
Demikianlah yang kulihat di dalam kitab Al-Musnad secara ringkas. Tetapi Al-Hafiz Abu Na’im telah meriwayatkannya di dalam kitab Dala’ilun Nubuwwah; untuk itu ia mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Ahmad ibnu Ayyub, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Ibrahim dan telah menceritakan kepada kami Abu Bakar ibnu Malik, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Ahmad ibnu Hambal, telah menceritakan kepada kami ayahku, keduanya mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, dari ayahnya, dari Maina, dari Ibnu Mas’ud r.a. yang mengatakan bahwa aku bersama Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ di malam delegasi jin, lalu beliau bernapas, maka aku bertanya, “Mengapa engkau, ya Rasulullah?” Beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab: Telah diucapkan belasungkawa terhadap diriku, hai Ibnu Mas’ud. Ibnu Mas’ud berkata, “Angkatlah seorang khalifah pengganti.” Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bertanya, “Siapa yang pantas?’ Ibnu Mas’ud menjawab, “Abu Bakar.” Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ diam, kemudian meneruskan perjalanan sesaat, lalu menarik napas lagi, dan aku bertanya, “Demi ayah dan ibuku yang menjadi tebusanmu, mengapa engkau, ya Rasulullah?’ Beliau menjawab, “Telah diucapkan belasungkawa terhadap diriku, hai Ibnu Mas’ud.” Aku berkata, “Kalau begitu, angkatlah seorang khalifah pengganti.” Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bertanya,’ “Siapa?” Aku menjawab, “Umar.” Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ diam dan melanjutkan perjalanannya sesaat, lalu menarik napas lagi, maka aku bertanya “Mengapa engkau?” Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab, “Telah diucapkan belasungkawa terhadap diriku.” Aku berkata, “Kalau begitu, angkatlah khalifah pengganti.” Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bertanya, “Siapa?” Aku menjawab, “Ali ibnu Abu Talib.” Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda:
Ingatlah, demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam kekuasaanNya; sesungguhnya jika kalian menaatinya, niscaya kalian semua benar-benar akan masuk surga.
Hadis ini garib sekali dan sudah selayaknya bila tidak dikenal; dan bila diumpamakan bahwa hadis ini sahih, maka pengertian lahiriahnya menunjukkan bahwa peristiwa ini terjadi sesudah kedatangan mereka di Madinah kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, seperti yang akan kami jelaskan kemudian. Karena sesungguhnya di masa itulah akhir dari urusan ini, yaitu setelah Mekah ditaklukkan dan manusia serta jin masuk ke dalam agama Allah dengan berbondong-bondong, dan turunlah firman-Nya:
Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima tobat. (An-Nasr: 1-3)
Surat inilah yang memberitahukan akan dekatnya masa kewafatan beliau, seperti yang disebutkan oleh Ibnu Abbas r.a. dalam pendapatnya, lalu disetujui oleh khalifah Umar r.a. Sehubungan dengan peristiwa ini ada sebuah hadis yang menerangkannya, yang akan kami sebutkan dalam tafsir surat yang bersangkutan. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Abu Na’im telah meriwayatkan pula hadis ini dari At-Tabrani, dari Muhammad ibnu Abdullah Al-Hadrami, dari Ali ibnul Husain ibnu Abu Burdah, dari Yahya ibnu Sa’id Al-Aslami, dari Harb ibnu Sabih, dari Sa’id ibnu Salamah, dari Abu Murrah As-San’ani, dari Abu Abdullah Al-Jadali, dari Ibnu Mas’ud r.a. Di dalam riwayat ini disebutkan kisah tentang pengangkatan khalifah; sanad hadis ini garib dan teksnya aneh.
Jalur lain. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa’ id, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah,dari Ali ibnu Zaid, dari Abu Rafi’, dari Ibnu Mas’ud, bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ membuat lingkaran garis disekitarnya, dan tersebutlah bahwa seseorang dari jin itu besarnya sama dengan bayangan sebuah pohon kurma. Lalu Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda kepadanya: Janganlah kamu tinggalkan tempat ini dan ajarilah mereka (jin-jin) itu Kitabullah. Ketika Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ melihat sekumpulan ternak, yang menurut Ibnu Mas’ud seakan-akan itu adalah mereka (jin), dan Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, “Apakah kamu membawa air?” Aku menjawab, “Tidak.” Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bertanya, “Apakah kamu membawa perasan anggur?” Aku menjawab, “Ya.” lalu beliau berwudu dengannya.
Jalur lain yang mursal.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Abdullah At-Tabrani, telah menceritakan kepada kami Hafs ibnu Umar Al-Adni, telah menceritakan kepada kami Al-Hakam ibnu Aban, dari Ikrimah sehubungan dengan makna firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى: Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu. (Al-Ahqaf: 29) Ikrimah mengatakan bahwa mereka berjumlah dua belas ribu jin, yang datang dari Al-Mausul. Maka Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda kepada Ibnu Mas’ud r.a., “Tunggulah aku hingga aku datang kepadamu,” lalu beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ membuat lingkaran garis dan bersabda, “Janganlah kamu tinggalkan tempat ini hingga aku kembali kepadamu.” Ketika Ibnu Mas’ud r.a. merasa takut dengan mereka, hampir saja ia beranjak dari tempat itu kalau tidak ingat akan pesan Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ Akhirnya ia menahan diri dan tidak meninggalkan tempat yang bergaris itu. Dan seusainya Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda kepadanya: Seandainya engkau pergi, niscaya kita tidak akan bersua lagi sampai hari kiamat.
Jalur lain yang juga berpredikat mursal.
Sa’id ibnu Abu Arubah telah meriwayatkan dari Qatadah sehubungan dengan firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى: Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan Al-Qur’an. (Al-Ahqaf: 29) Telah diceritakan kepada kami bahwa mereka (jin) itu diberangkatkan untuk menemui Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dari Nainawi. Dan Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda (kepada para sahabatnya): Sesungguhnya aku diperintahkan untuk membacakan Al-Qur’an kepada jin, maka siapakah di antara kalian yang mau ikut denganku? Mereka menundukkan kepalanya, lalu Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menawari mereka dan mereka hanya menundukkan kepalanya, kemudian ketiga kalinya Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menawari mereka tetapi mereka menundukkan kepalanya. Maka seorang lelaki berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya orang itu (Ibnu Mas’ud) mau menemanimu,” Maka Ibnu Mas’ud r.a. saudara Huzail mengikutinya. Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ sampai di sebuah lereng yang dikenal dengan nama Lereng Al-Hujun, lalu membuat garis lingkaran sekitar Ibnu Mas’ud r.a. agar Ibnu Mas’ud tetap berada di dalamnya. Ibnu Mas’ud r.a. mengatakan bahwa lalu ia merasa takut dan melihat bayangan seperti burung elang berjalan (dalam jumlah yang banyak), dan ia mendengar suara kegaduhan yang keras, hingga ia merasa khawatir dengan keselamatan Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, kemudian Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ terdengar membaca Al-Qur’an. Ketika Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ kembali kepadanya, ia bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah suara ribut-ribut yang kudengar tadi?” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab: Mereka bersengketa sehubungan dengan kasus pembunuhan, maka diputuskan di antara mereka dengan benar (adil).
Hadis ini diriwayatkan pula oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abu Hatim.
Semua jalur yang telah disebutkan di atas menunjukkan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pergi menemui jin dengan sengaja, lalu membacakan (mengajarkan) Al-Qur’an kepada mereka, dan menyeru mereka untuk menyembah Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى Dan Allah mensyariatkan bagi mereka melalui lisan Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ semua ketentuan hukum yang diperlukan oleh mereka pada masa itu.
Dapat pula ditakwilkan bahwa pada permulaan kejadiannya mereka mendengar bacaan Al-Qur’an yang dilakukan oleh Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, sedangkan beliau sendiri tidak menyadari kehadiran mereka, seperti yang disebutkan di dalam riwayat Ibnu Abbas r.a. Kemudian sesudah itu mereka mengirimkan delegasinya kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, seperti yang disebutkan di dalam riwayat Ibnu Mas’ud r.a.
Adapun sahabat Ibnu Mas’ud r.a. tidaklah bersama Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ saat beliau berbicara dengan jin dan menyeru mereka untuk menyembah Allah, melainkan ia berada jauh dari Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ Dan tiada seorang pun yang menemani Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ selain dia sendiri, sekalipun demikian ia tidak menyaksikan saat pembicaraan Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dengan mereka . Demikianlah menurut analisis yang dikemukakan oleh Imam Baihaqi.
Dapat pula ditakwilkan bahwa pada permulaannya beliau berangkat menemui mereka tanpa ditemani oleh seorang pun, baik Ibnu Mas’ud maupun yang lainnya, seperti yang tertangkap dari makna lahiriah hadis yang disebutkan dalam riwayat pertama melalui Imam Ahmad dan ada pada Imam Muslim. Kemudian sesudah itu beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ keluar bersama Ibnu Mas’ud di malam yang lain, seperti yang disebutkan dalam riwayat Ibnu Abu Hatim pada tafsir firman-Nya: Katakanlah (hai Muhammad), “Telah diwahyukan kepadaku ” (Al-Jin: 1) Melalui hadis Ibnu Juraij, hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Ibnu Juraij mengatakan, Abdul Aziz ibnu Umar telah mengatakan bahwa adapun jin yang menemui Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ di Nakhlah, maka mereka dari Nainewi, dan jin yang menemui beliau di Mekah (Al-Hujun) berasal dari Nasibin. Lalu ditakwilkan oleh Imam Baihaqi bahwa Abdul Aziz ibnu Umar mengatakan, “Maka kami jalani malam ini dengan perasaan yang tidak menentu yang pernah dialami oleh suatu kaum (karena merasa kehilangan Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ).” Berlainan dengan apa yang disebutkan oleh Ibnu Mas’ud r.a. dan yang lainnya yang mengetahui keluarnya Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ untuk menemui jin; tetapi takwil ini jauh dari kenyataan, hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Al-Hafiz Abu Bakar Al-Baihaqi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Amr ibnu Abdullah Al-Adib, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar Al-Ismaili, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu Sufyan, telah menceritakan kepadaku Suwaid ibnu Sa’id, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Yahya, dari kakeknya (yakni Sa’id ibnu Amr) yang telah mengatakan bahwa Abu Hurairah r.a. pernah mengikuti Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ seraya membawa wadah untuk air wudunya dan keperluannya. Dan pada suatu hari Abu Hurairah r.a. menyusul Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, lalu bertanya, “Siapa Anda?” Abu Hurairah menjawab, “Saya Abu Hurairah.” Maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, “Berikanlah kepadaku beberapa buah batu untuk dipakai istinja (bersuci), tetapi jangan kamu berikan kepadaku tulang dan jangan pula kotoran unta yang telah kering.” Abu Hurairah mengatakan bahwa lalu ia mencari batu-batuan, kemudian dimasukkan ke dalam kainnya dan ia letakkan batu-batuan itu di dekat Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ Setelah Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ selesai dari bersucinya dan bangkit, maka aku (Abu Hurairah) mengikutinya, lalu aku bertanya, “Wahai Rasulullah, mengapa dengan tulang dan kotoran hewan yang sudah kering (tidak boleh dipakai untuk beristinja)?” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda:
Telah datang kepadaku utusan jin dari Nasibin. mereka meminta bekal kepadaku, maka aku berdoa kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى Untuk mereka, bahwa semoga tidak sekali-kali mereka menjumpai kotoran hewan dan tidak pula tulang hewan melainkan mereka menjumpai makanan padanya.
Imam Bukhari mengetengahkan hadis ini di dalam kitab sahihnya dari Musa ibnu Ismail, dari Amr ibnu Yahya berikut sanadnya mirip dengan hadis di atas. Hal ini menunjukkan di samping hadis yang di atas, bahwa mereka (jin) mengirimkan delegasi sesudah itu kepada Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ Dan nanti akan kami kemukakan hal-hal yang menunjukkan tentang adanya delegasi jin yang berkali-kali menemui beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Telah diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. selain riwayatnya yang telah disebutkan di atas melalui berbagai jalur yang baik. Untuk itu Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami Abdul Hamid Al-Hammani, telah menceritakan kepada kami An-Nadr ibnu Arabi, dari Ikrimah, dari ibnu Abbas r.a. sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan kepadamu serombongan jin. (Al-Ahqaf: 29), hingga akhir ayat.
Ibnu Abbas mengatakan bahwa jumlah mereka ada tujuh jin dari penduduk Nasibin, lalu Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ mengangkat mereka menjadi utusannya kepada kaum masing-masing. Hal ini menunjukkan bahwa Ibnu Abbas r.a. telah meriwayatkan dua kisah yang berlainan kejadiannya.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami Suwaid ibnu Abdul Aziz, telah menceritakan kepada kami seorang lelaki yang senama dengannya, dari Ibnu Juraij, dari Mujahid sehubungan dengan firman-Nya: Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan kepadamu serombongan jin. (Al-Ahqaf: 29), hingga akhir ayat. Mujahid mengatakan bahwa mereka terdiri dari tujuh jin; tiga jin di antara mereka dari Harran, dan empat jin dari mereka dari Nasibin. Nama mereka adalah Hissi, Hasa, Mansa, Sasir, Nasir, Al-Ardubian, dan Al-Ahtam.
Abu Hamzah As-Samali menyebutkan bahwa rombongan jin ini dikenal dengan sebutan Bani Syisban, mereka adalah jin yang paling banyak bilangannya dan paling terhormat nasabnya; bala tentara iblis sebagian besarnya terdiri dari kalangan mereka.
Sufyan Asu-Sauri telah meriwayatkan dari Asim, dariZar, dari Ibnu Mas’ud r.a., bahwa mereka terdiri dari sembilan jin, yang salah satunya adalah (berupa) Zauba ‘ah (angin puyuh) yang mendatangi Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dari pohon kurma.
Dalam riwayat terdahulu telah disebutkan bahwa mereka berjumlah lima belas jin. Menurut riwayat yang lainnya, jumlah mereka enam puluh jin yang berkendaraan unta. Dalam riwayat terdahulu telah disebutkan bahwa nama pemimpin mereka adalah Wardan. Menurut pendapat yang lainnya lagi mereka terdiri dari tiga ratus jin. Dan dalam riwayat yang lalu dari Ikrimah dikatakan bahwa jumlah mereka adalah dua belas ribu jin. Barangkali perbedaan riwayat ini menunjukkan adanya kejadian yang berulang-ulang dalam pengiriman delegasi mereka kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Hal yang menunjukkan adanya pengulangan tersebut adalah apa yang dikatakan oleh Imam Bukhari di dalam kitab sahihnya, bahwa telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Sulaiman, telah menceritakan kepadaku Ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Umar ibnu Muhammad yang mengatakan bahwa Salim pernah bercerita kepadanya dari Abdullah ibnu Umar r.a. yang mengatakan, “Tidak sekali-kali aku mendengar Umar r.a. (ayahnya) mengatakan sesuatu yang menurut dugaanku berpendapat lain kecuali keadaan hal itu sesuai dengan apa yang dikatakannya.” Ketika Umar r.a. sedang duduk, tiba-tiba lewatlah seorang lelaki yang tampan, lalu Umar berkata, “Kalau tidak salah, lelaki ini dahulu di masa Jahiliah memeluk Islam atau dia adalah tukang tenung (peramal) mereka. Panggillah lelaki itu untuk menghadap kepadaku!”
Maka lelaki itu dipanggil ke hadapannya dan mengatakan perihal dirinya di masa silam, lalu berkata, “Aku belum pernah merasa bahagia seperti sekarang sebagai seorang muslim.” Umar berkata, “Aku akan menahanmu kecuali jika engkau bercerita kepadaku tentang masa lalumu.”
Lelaki itu bercerita, “Aku dahulu di masa Jahiliah menjadi tukang tenung mereka.” Umar bertanya, “Apakah hal yang sangat menakjub-kanmu yang didatangkan oleh jin yang menjadi temanmu?” Lelaki itu menjawab, “Ketika aku sedang berada di pasar di suatu hari, tiba-tiba jin datang kepadaku dengan roman muka yang ketakutan, lalu berkata: ‘Tidakkah engkau melihat kejahatan dan keputusasaan jin setelah dijungkirkan ia lari terbirit-birit memacu unta kendaraannya’?”
Umar berkata, “Dia benar.” (Lelaki itu melanjutkan), “Ketika aku sedang tidur di dekat berhala-berhala mereka, tiba-tiba datanglah seorang lelaki membawa anak sapi, lalu ia menyembelihnya (sebagai kurban berhala-berhala mereka), dan terdengarlah suarajeritan dari anak sapi itu, jeritan sangat keras yang belum pernah kudengar sebelumnya. Jeritan itu mengatakan, ‘Hai Julaih, suatu perkara yang hebat telah terjadi, yaitu seorang lelaki yang fasih mengucapkan kalimat tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah’.”
Maka kaum yang ada bangkit, dan aku sendiri berkata, “Aku tidak akan pergi sebelum mengetahui dengan jelas hal yang melatarbelakangi kejadian ini.” Kemudian terdengar lagi seruan yang mengatakan, “Hai Julaih, suatu urusan besar terjadi.” Seorang lelaki fasih mengatakan , “Tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah.” Maka tidak lama kemudian dikatakan bahwa telah ada seorang nabi. Demikianlah menurut teks hadis yang diketengahkan oleh Imam Bukhari.
Imam Baihaqi meriwayatkan hadis ini melalui Ibnu Wahb dengan lafaz yang semisal. Kemudian Imam Baihaqi mengatakan bahwa riwayat ini mengandung takwil bahwa Umar sendirilah yang mendengar suara jeritan dari anak lembu itu yang disembelih. Hal yang sama disebutkan pula dengan jelas di dalam suatu riwayat yang bersumber dari Umar r.a. Tetapi kebanyakan riwayat menyebutkan bahwa si tukang tenunglah yang menceritakan hal tersebut mengenai kisah mimpinya dan apa yang didengarnya; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Analisis yang dikemukakan oleh Imam Baihaqi ini cukup beralasan, dan lelaki tersebut adalah Sawad ibnu Qarib. Saya telah menyebutkan perihalnya di dalam Sirah Umar r.a. Bagi yang menginginkan keterangan yang lebih lengkap dipersilahkan untuk merujuk ke kitab tersebut.
Al-Hafiz Abu Na’im telah meriwayatkannya melalui hadis Baqiyyah ibnul Walid. lelah menceritakan kepadaku Narrtir ibnu Zaid Al-Qanbur, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Quhafah ibnu Rabi’ah, telah menceritakan kepadaku Az-Zubair ibnul Awwam r.a. yang menceritakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjadi imam kami dalam salat Subuh di masjid Madinah. Setelah selesai, beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bertanya, “Siapakah di antara kalian yang ikut denganku menemui delegasi jin malam ini?” Semua kaum yang hadir diam. Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ mengulangi perkataannya sebanyak tiga kali. Akhirnya beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ berlalu di hadapanku dan memegang tanganku. Maka aku berjalan bersamanya hingga sampailah kami di daerah pegunungan Madinah, lalu kami menempuh jalan yang lapang. Tiba-tiba bersualah kami dengan banyak kaum lelaki yang tinggi-tinggi seakan-akan tinggi mereka seperti tombak, sedangkan kain yang mereka pakai dililitkan ke belakang melalui kedua kaki mereka. Ketika aku melihat mereka, tubuhku bergetar karena takut. Kemudian disebutkan hal yang semisal dengan hadis Ibnu Mas’ud yang telah disebutkan di atas. Dan hadis ini garib, hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Abu Na’im mengatakan bahwa As-Sauri telah meriwayatkan dari Abu Ishaq, dari Asy-Sya’bi, dari seorang lelaki dari Saqif hal yang semisal dengan hadis di atas. Dan Abdullah ibnu Ahmad serta Az-Zahrani telah meriwayatkan dari Safwan ibnul Mu’attal, dialah yang turun dan yang mengubur ular tersebut di antara para sahabat. Mereka mengatakan bahwa ular itu adalah salah satu jin di antara sembilan jin yang pernah datang kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ mendengarkan bacaan Al-Qur’annya.
Abu Na’im telah meriwayatkan melalui hadis Al-Lais ibnu Sa’d, dari Abdul Aziz ibnu Abu Salamah Al-Majisyun, dari pamannya, dari Mu’az ibnu Abdullah ibnu Ma’mar yang telah menceritakan bahwa ketika ia berada di hadapan Usman ibnu Affan r.a., datanglah seorang lelaki menemuinya, lalu mengatakan, “Hai AmiruI Mu’minin, sesungguhnya ketika aku berada di padang sahara.” Lalu ia menyebutkan bahwa ia melihat dua ekor ular berkelahi, kemudian salah seekornya membunuh yang lainnya. Ia melanjutkan bahwa lalu ia pergi melihat ke tempat perkelahian kedua ular itu. Ternyata ia menjumpai banyak ular yang terbunuh. Dan dari salah seekornya tercium bau minyak kesturi, lalu ia menciumnya seekor demi seekor sehingga menjumpai ular kuning yang merupakan sumber dari bau kesturi itu. Ularnya agak kecil, lalu ular itu dibungkusnya dengan kain serbannya dan ia kubur.
Lelaki itu melanjutkan kisahnya, bahwa ketika ia melanjutkan perjalanannya dengan jalan kaki, tiba-tiba ia mendengar suara yang menyerukan, “Hai Abdullah, sesungguhnya engkau telah bertindak benar, ular-ular tadi adalah jin dari Bani Syu’aiban dan Bani Qais. Mereka berperang, dan di antara yang terbunuh adalah seperti yang kamu lihat sendiri. Salah seekor darinya yang kamu kubur adalah yang mati syahid, dia adalah salah satu jin yang pernah mendengar wahyu dari Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ”
Maka Usman berkata kepada lelaki itu, “Jika kamu benar dalam kisahmu itu, maka sesungguhnya engkau telah menyaksikan peristiwa yang ajaib. Dan jika engkau dusta, maka kemudaratan dustamu menimpa dirimu.”
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan kepadamu serombongan jin yang mendengarkan Al-Qur’an; maka tatkala mereka menghadiri pembacaan (nya), lalu mereka berkata, “Diamlah kamu (untuk mendengarkannya).” (Al-Ahqaf: 29)
Yakni dengarkanlah bacaan ini dengan penuh perhatian, ini menggambarkan etika dan sopan santun mereka kepada apa yang didengarnya.
Al-Hafiz Imam Baihaqi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Imam Abut Tayyib Sahl ibnu Muhammad ibnu Sulaiman, telah menceritakan kepada kami Abul Hasan Muhammad ibnu Abdullah Ad-Daqqaq, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ibrahim Al-Busyanji, telah menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Ammar Ad-Dimasyqi, telah menceritakan kepada kami Al-Walid ibnu Muslim, dari Zuhair ibnu Muhammad Al-Munkadir, dari Jabir ibnu Abdullah r.a. yang menceritakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ membaca surat Ar-Rahman hingga selesai, kemudian beliau bersabda: Mengapa aku lihat kalian diam, sungguh jin lebih baik daripada kalian dalam hal jawabannya, karena tidak sekali-kali aku bacakan kepada mereka ayat ini, yaitu firman-Nya, “Maka nikmat Tuhan yang manakah yang kamu dustakan?” Melainkan mereka menjawab, “Tiada sesuatu pun dari tanda kebesaran atau nikmat-Mu yang kami dustakan, wahai Tuhan kami, segala puji bagi Engkau.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Ketika pembacaan telah selesai. (Al-Ahqaf: 29)
Yakni telah rampung dan selesai, semakna dengan pengertian yang terdapat di dalam firman-Nya:
Apabila telah ditunaikan (diselesaikan) salat itu. (Al-Jumu’ah: 10)
Maka Dia menyelesaikannya menjadi tujuh langit dalam dua masa. (Fushshilat: 12)
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah hajimu. (Al-Baqarah: 200)
Adapun firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
{وَلَّوْا إِلَى قَوْمِهِمْ مُنْذِرِينَ}
mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan. (Al-Ahqaf: 29)
Yakni mereka kembali kepada kaumnya dan memberikan peringatan kepada mereka sesuai dengan apa yang mereka dengar dari bacaan Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Pengertian ini semakna dengan apa yang disebutkan di dalam firman-Nya:
{لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ}
agar mereka memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. (At-Taubah: 122)
Tersimpulkan dari makna surat Al-Ahqaf ayat 29 ini bahwa di kalangan makhluk jin hanya terdapat pemberi peringatan, tetapi tidak ada rasul dari kalangan mereka. Dan memang tidak diragukan bahwa Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى tidak pernah mengirimkan seorang rasul pun kepada jin dan kalangan mereka sendiri, karena ada firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى yang mengatakan:
{وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ إِلا رِجَالا نُوحِي إِلَيْهِمْ مِنْ أَهْلِ الْقُرَى}
Kami tidak mengutus sebelum kamu, melainkan seorang laki-laki yang Kami berikan wahyu kepadanya di antara penduduk negeri. (Yusuf: 109)
{وَمَا أَرْسَلْنَا قَبْلَكَ مِنَ الْمُرْسَلِينَ إِلا إِنَّهُمْ لَيَأْكُلُونَ الطَّعَامَ وَيَمْشُونَ فِي الأسْوَاقِ}
Dan Kami tidak mengutus rasul-rasul sebelummu, melainkan mereka sungguh memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar. (Al-Furqan: 20)
Dan firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى tentang Al-Khalil Nabi Ibrahim a.s.:
{وَجَعَلْنَا فِي ذُرِّيَّتِهِ النُّبُوَّةَ وَالْكِتَابَ}
dan Kami jadikan kenabian dan Al-Kitab pada keturunannya (Al-Ankabut: 27)
Setiap nabi yang diutus oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى sesudah Ibrahim a.s. adalah dari keturunannya. Adapun mengenai firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى yang disebutkan di dalam surat Al-An’am, yaitu:
{يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ وَالإنْسِ أَلَمْ يَأْتِكُمْ رُسُلٌ مِنْكُمْ}
Hai golongan jin dan manusia, apakah belum datang kepadamu rasul-rasul dari golongan kamu sendiri? (Al-An’am: 130)
Makna yang dimaksud ialah keseluruhan dari kedua makhluk itu, yang pengertiannya ditujukan kepada salah satu dari kedua jenis tersebut, yaitu manusia. Seperti yang terdapat di dalam firman-Nya:
{يَخْرُجُ مِنْهُمَا اللُّؤْلُؤُ وَالْمَرْجَانُ}
Dari keduanya keluar mutiara dan marjan. (Ar-Rahman: 22)
Yakni salah satunya.
Allah جَلَّ جَلالُهُ mengutus RasulNya, Muhammad صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, untuk semua makhluk, baik manusia maupun jin, untuk itu Muhammad صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ harus menyampaikan seruan kenabian dan risalah kepada seluruhnya. Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَsecara leluasa bisa menyeru dan memberi peringatan kepada manusia, sedangkan jin, dihadapkan oleh Allah جَلَّ جَلالُهُ berdasarkan kekuasaanNya dan Allah mengutus kepada Muhammad صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, {نَفَرًا مِنَ الْجِنِّ يَسْتَمِعُونَ الْقُرْآنَ فَلَمَّا حَضَرُوهُ قَالُوا أَنْصِتُوا} “serombongan jin yang mendengarkan al-Qur`an, maka tatkala mereka menghadiri pembacaan(nya), mereka berkata, ‘Diamlah kamu (untuk mendengarkannya)’.” Artinya, satu sama lain memerintahkan seperti itu. {فَلَمَّا قُضِي} “Ketika pembacaan telah selesai,” dan mereka telah memahaminya dan bacaan itu berpengaruh pada mereka, {وَلَّوْا إِلَى قَوْمِهِمْ مُنْذِرِينَ} “mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan.” Yakni, mereka memberi nasihat kepada kaumnya dan menegakkan hujjah Allah جَلَّ جَلالُهُ kepada mereka. Dan itu adalah pertolongan Allah جَلَّ جَلالُهُuntuk RasulNya a dalam menyebarkan dakwah pada golongan jin.
Kelompok ayat yang lalu menjelaskan seruan nabi Muhammad yang ditujukan kepada umat manusia, khususnya kepada penduduk negeri mekah, dan menjelaskan bahwa di antara mereka ada yang beriman dan ada pula yang kafir. Ayat ini menjelaskan bahwa nabi Muhammad tidak hanya diutus kepada umat manusia saja, tetapi juga diutus kepada golongan jin. Di antara golongan jin itu ada yang beriman dan dengan tekun mendengarkan perkataan nabi, dan ingatlah ketika kami hadapkan kepadamu, wahai nabi Muhammad, serombongan jin, yang berjumlah tujuh atau sembilan, yang mendengarkan dengan tekun bacaan Al-Qur’an, maka ketika mereka menghadiri pembacaannya mereka berkata, satu sama lain, ‘diamlah kamu untuk mendengarkannya!’ maka ketika telah selesai mendengar pembacaan itu dan memahami pesan-pesan yang terkandung di dalamnya mereka kembali kepada kaumnya untuk memberi peringatan. 30. Kemudian Allah menerangkan lebih lanjut apa yang dikatakan oleh kelompok jin kepada kaumnya dalam memberi peringatan kepada mereka. Mereka berkata, ‘wahai kaum kami! sungguh, kami telah mende-ngarkan pembacaan kitab yang agung yaitu Al-Qur’an yang diturunkan oleh Allah setelah kitab nabi musa, yang membenarkan kitab-kitab yang datang sebelumnya, yang membimbing siapa yang mengikuti tuntunannya kepada kebenaran dan menunjukkan mereka kepada jalan yang lurus.
Al-Ahqaf Ayat 29 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Ahqaf Ayat 29, Makna Al-Ahqaf Ayat 29, Terjemahan Tafsir Al-Ahqaf Ayat 29, Al-Ahqaf Ayat 29 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Ahqaf Ayat 29
Tafsir Surat Al-Ahqaf Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)