{46} Al-Ahqaf / الأحقاف | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | الفتح / Al-Fath {48} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Muhammad محمد (Muhammad) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 47 Tafsir ayat Ke 21.
طَاعَةٌ وَقَوْلٌ مَعْرُوفٌ ۚ فَإِذَا عَزَمَ الْأَمْرُ فَلَوْ صَدَقُوا اللَّهَ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ ﴿٢١﴾
ṭā’atuw wa qaulum ma’rụf, fa iżā ‘azamal-amr, falau ṣadaqullāha lakāna khairal lahum
QS. Muhammad [47] : 21
(Yang lebih baik bagi mereka adalah) taat (kepada Allah) dan bertutur kata yang baik. Sebab apabila perintah (perang) ditetapkan (mereka tidak menyukainya). Padahal jika mereka benar-benar (beriman) kepada Allah, niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka.
Dan berkata orang beriman kepada Allah dan Rasulnya, “Apakah tidak ada satu surah yang turun dari Allah untuk memerangi orang kafir?” Apabila turun surah yang jelas menerangkan hukum dan disebutkan wajibnya berjihad, maka kamu akan melihat orang yang ada keraguan dan kemunafikan di dalam hati mereka terhadap agama Allah. Mereka melihat kepadamu Muhammad seperti penglihatan orang yang mau pingsan karena takut kematian. Maka yang lebih pantas bagi mereka yang dihatinya ada penyakit adalah taat kepada Allah dan berkata sesuai denga apa yang diajarkan. Apabila diwajibkan kepada mereka untuk berperang maka orang munafik itu tidak menyukainya. Kalaulah mereka membenarkan Allah dengan keimanan dan amalnya, pasti itu lebih baik bagi mereka dari pada berbuat maksiat dan menyalahi aturan.
Kemudian dalam firman berikutnya disebutkan memberi semangat kepada mereka:
alangkah haiknya bagi mereka taat dan mengucapkan perkataan yang baik. (Muhammad: 20-21)
Sebenarnya lebih baik bagi mereka bila mereka mendengar dan taat saat itu.
Apabila telah ditetapkan perintah perang. (Muhammad: 21)
Yakni bilamana keadaannya menjadi sungguhan dan genderang perang telah dibunyikan.
sekiranya saja mereka membenarkan imannya kepada Allah. (Muhammad: 21)
Maksudnya, mengikhlaskan niat mereka hanya karena Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى
niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka. (Muhammad-21)
Selanjutnya Allah جَلَّ جَلالُهُ mengajak mereka kepada apa yang lebih sesuai dengan kondisi mereka seraya berfirman, {فَأَوْلَى لَهُمْ طَاعَةٌ وَقَوْلٌ مَعْرُوفٌ} “Dan lebih utama bagi mereka, taat dan mengucapkan perkataan yang baik.” Artinya, lebih baik mereka mengerjakan perintah yang ada, yang harus dikerjakan oleh mereka serta memusatkan perhatian mereka untuk melaksanakannya dan jangan terburu-buru mengharapkan sesuatu yang berat, supaya mereka merasa senang dengan keselamatan dan ampunan yang diberikan Allah جَلَّ جَلالُهُ.
{فَإِذَا عَزَمَ الأمْرُ} “Apabila telah tetap perintah,” yakni, perintah serius dan mengharuskan, maka dalam kondisi seperti ini, فَلَوْ صَدَقُوا اللَّهَ “mereka benar (imannya) terhadap Allah,” dengan meminta pertolongan kepadaNya serta mencurahkan segenap tenaga untuk menunaikannya, {لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ} “niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka,” daripada kondisi sebelumnya karena beberapa hal, di antaranya adalah: Pertama, seorang hamba yang kurang di berbagai halnya tidak memiliki kemampuan apa pun kecuali jika Allah جَلَّ جَلالُهُ memberinya pertolongan, karena itulah jangan meminta lebih dari perintah yang ada. Kedua, seorang hamba jika jiwanya bergantung pada sesuatu yang akan datang, maka amalnya akan lemah dan tidak mampu menunaikan tugasnya yang ada karena memikirkan tugas yang akan datang, sebab –dalam kaitannya dengan tugas yang ada– idealismenya telah berpindah pada yang lain di mana aktivitas seseorang itu mengikuti idealismenya.
Sedangkan berkaitan dengan yang akan datang, tidaklah perintah datang melainkan idealismenya telah menurun dan lemah untuk mengerjakannya sehingga tidak bisa ditolong. Ketiga, orang yang banyak memiliki berbagai angan untuk masa mendatang, padahal malas untuk mengerjakan tugas yang ada sama seperti pemimpi yang bertekad untuk mengerjakan semua tugas yang akan dihadapi pada waktu yang akan datang, sehingga orang seperti ini patut dicela karena tidak mau menunaikan tugas yang dikiranya bisa ditunaikan. Sepatutnya seorang hamba mengonsentrasikan idealisme, pikiran dan kegiatannya untuk menghadapi tugas yang ada dan menunaikan tugasnya berdasarkan kemampuan, setiap kali waktu tiba selalu dihadapi dengan semangat, idealisme tinggi yang terkonsentrasi dan tidak tercerai berai, disertai dengan meminta pertolongan para Rabbnya dalam menghadapi semua itu. Dan orang seperti ini layak mendapatkan pertolongan di berbagai halnya.
Sesungguhnya yang lebih baik bagi orang yang beriman adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya dan bertutur kata yang baik sebagai bukti dari keimanan mereka. Sebab apabila perintah perang ditetapkan mereka tidak menyukainya. Padahal jika benar-benar beriman kepada Allah, pastilah mereka ikut berperang di jalan Allah, dan niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka. 22. Allah mengecam sifat orang munafik yang enggan melaksanakan perintah-Nya dalam bentuk pertanyaan yang disertai ancaman, maka apakah sekiranya kamu berkuasa, atau jika kamu berpaling dari iman, kamu akan berbuat kerusakan di bumi, menumpahkan darah, dan memutuskan hubungan kekeluargaan sehingga kamu saling membenci satu sama lain’ ayat ini mencela kaum munafik yang selalu mengejar ke-senangan hidup di dunia. Seandainya orang munafik berkuasa pastilah mereka berbuat aniaya dengan menumpahkan darah, merampas harta dan memutuskan hubungan silaturahmi.
Muhammad Ayat 21 Arab-Latin, Terjemah Arti Muhammad Ayat 21, Makna Muhammad Ayat 21, Terjemahan Tafsir Muhammad Ayat 21, Muhammad Ayat 21 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Muhammad Ayat 21
Tafsir Surat Muhammad Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)
Jazakumullahu Khayran