{52} At-Thur / الطور | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | القمر / Al-Qamar {54} |
Tafsir Al-Qur’an Surat An-Najm النجم (Bintang) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 53 Tafsir ayat Ke 12.
أَفَتُمَارُونَهُ عَلَىٰ مَا يَرَىٰ ﴿١٢﴾
a fa tumārụnahụ ‘alā mā yarā
QS. An-Najm [53] : 12
Maka apakah kamu (musyrikin Mekah) hendak membantahnya tentang apa yang dilihatnya itu?
Maka apakah kalian, kaum musyrik Mekah, hendak mendustakan Muhammad sallallahu alaihi wa sallam kemudian menentangnya atas ayat-ayat Tuhan yang dilihat dan disaksikannya? Sesungguhnya, Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, yaitu di Sidratul Muntaha, di atas langit yang ke tujuh. Di dekatnya ada surga tempat tinggal yang telah dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa. (Muhammad melihat Jibril) ketika di Sidratul Muntaha diliputi oleh sesuatu yang besar, dengan izin Allah, tidak ada yang mengetahui sifatnya kecuali Allah. Nabi Muhammad mempunyai sifat yang mulia, yaitu teguh pendirian dan taat. Penglihatan Muhammad tidak berpaling ke kanan dan ke kiri dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampaui yang diperintahkan. Sesungguhnya, Muhammad telah melihat pada malam Mi’raj sebagian tanda-tanda kekuasaan dan keagungan Tuhannya yang paling besar, yaitu surga, neraka, dan sebagainya.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa’id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Abu Khalid, dari Musa ibnu Ubaidah, dari Muhammad ibnu Ka’b yang mengatakan bahwa para sahabat pernah bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah Engkau pernah melihat Tuhanmu?” Maka beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab: Aku melihat-Nya dengan pandangan hatiku sebanyak dua kali. Kemudian Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ membaca firman-Nya: Hatinya tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya. (An-Najm: 11)
Ibnu Jarir meriwayatkan hadis ini dari Ibnu Humaid, dari Mahran, dari Musa ibnu Ubaidah, dari Muhammad ibnu Ka’b, dari sebagian sahabat Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang menceritakan bahwa kami bertanya, “Wahai Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, apakah engkau pernah melihat Tuhanmu?” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab: Aku tidak melihat-Nya dengan mataku, tetapi aku melihat-Nya dengan mata hatiku sebanyak dua kali. Kemudian beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ membaca firman-Nya: Kemudian dia mendekat, lalu bertambah dekat (lagi). (An-Najm: 8)
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan pula kepada kami Al-Hasan ibnu Muhammad ibnus Sabah, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdullah Al-Ansari, telah menceritakan kepadaku Abbad ibnu Mansur yang mengatakan bahwa ia pernah bertanya kepada Ikrimah tentang makna firman-Nya: Hatinya tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya. (An-Najm: 11) Maka Ikrimah menjawab, “Apakah engkau ingin agar aku menceritakan kepadamu bahwa beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah melihat-Nya?” Aku menjawab, “Ya.” Ikrimah berkata, “Benar, beliau telah melihat-Nya, kemudian melihat-Nya lagi.” Abbad ibnu Mansur mengatakan bahwa lalu ia bertanya kepada Al-Hasan tentang masalah ini. Maka Al-Hasan menjawab, bahwa Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah melihat Keagungan, Kebesaran, dan Kemuliaan-Nya.
Telah menceritakan pula kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Mujahid, telah menceritakan kepada kami Abu Amir Al-Aqdi, telah menceritakan kepada kami Abu Khaldah, dari Abul Aliyah yang mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah ditanya, “Apakah engkau pernah melihat Tuhanmu?” Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab: Aku melihat sungai, dan aku melihat di balik sungai ada hijab, dan aku melihat di balik hijab ada nur (cahaya); aku tidak melihat selain itu.
Hadis ini garib sekali.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Aswad ibnu Amir, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, dari Qatadah, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda: Aku telah melihat Tuhanku.
Maka sesungguhnya hadis ini sanadnya dengan syarat sahih, tetapi hadis ini merupakan ringkasan dari hadis Manam (mimpi Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ), seperti yang juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad; disebutkan bahwa:
telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Ma’mar dari Ayyub dari Abu Qilabah, dari Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ telah bersabda: bahwa Tuhannya datang kepadanya dalam penampilan yang terbaik —yakni dalam mimpinya—. Lalu Tuhan berfirman, “Hai Muhammad, tahukah kamu mengapa mala’ul a’la (para malaikat penghuni langit) berselisih?” Aku (Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) menjawab, “Tidak.” Lalu Allah meletakkan tangan -Nya di antara kedua tulang belikatku, hingga aku merasakan kesejukannya menembus sampai kepada kedua susuku, atau leherku, maka sejak itu aku mengetahui semua yang ada di langit dan semua yang ada di bumi. Kemudian Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman, “Hai Muhammad, tahukah kamu, apakah yang diperselisihkan oleh al-mala’ul a’la? Aku menjawab, “Ya, mereka berselisih tentang kifarat-kifarat dan derajat-derajat.” Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman, “Hai Muhammad, apakah kifarat itu?” Aku menjawab, “Diam di masjid seusai menunaikan tiap-tiap salat (fardu), berjalan melangkahkan kaki menuju ke tempat-tempat salat berjamaah, dan menyempurnakan wudu di saat-saat yang tidak disukai. Barang siapa yang mengerjakan hal tersebut, niscaya hidup dengan baik dan mati dengan baik, sedangkan mengenai dosa-dosanya (diampuni hingga) seperti pada hari ia dilahirkan oleh ibunya.” Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman, “Hai Muhammad, apabila engkau salat, ucapkanlah doa ini, ‘Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada Engkau kekuatan untuk mengerjakan amal-amal kebaikan dan menghindari kemungkaran-kemungkaran dan menyukai orang-orang miskin. Dan apabila Engkau hendak menimpakan cobaan kepada hamba-hamba-Mu, cabutlah aku kembali ke sisi-Mu dalam keadaan tidak terkena cobaan’.” Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, “Dan derajat-derajat itu ialah memberi makan (kaum fakir miskin), menyebarkan salam, dan mengerjakan salat di malam hari di saat manusia tenggelam dalam tidurnya.”
Hal yang semisal telah diriwayatkan dari Mu’az dalam tafsir surat Sad.
Ibnu Jarir meriwayatkan hadis ini melalui jalur lain dari Ibnu Abbas dengan teks yang berbeda dan disertai tambahan yang garib. Untuk itu Ibnu Jarir mengatakan:
telah menceritakan kepadaku Ahmad ibnu Isa At-Tamimi, telah menceritakan kepadaku Sulaiman ibnu Umar Ibnu Sayyar, telah menceritakan kepadaku ayahku, dari Sa’id ibnu Zurabi, dari Umar ibnu Sulaiman, dari Ata, dari Ibnu Abbas yang menceritakan bahwa Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda, “Aku pernah melihat Tuhanku dalam penampilan yang terbaik, lalu Dia berfirman kepadaku, ‘Hai Muhammad, tahukah kamu apakah yang diperselisihkan oleh al-mala’ul a’la? Aku menjawab, ‘Tidak, wahai Tuhanku,’ lalu Dia meletakkan tangan -Nya di antara kedua tulang belikatku, maka aku merasakan kesejukannya menembus sampai ke susuku (dadaku), dan aku mengetahui semua yang terjadi di langit dan yang di bumi. Lalu aku berkata, ‘Ya Tuhanku, mereka berselisih tentang derajat-derajat dan kifarat-kifarat; melangkahkan kaki menuju ke salat Jumat, dan menunggu datangnya waktu salat lain sesudah menunaikan salat.’ Aku berkata, ‘Ya Tuhanku, sesungguhnya Engkau telah menjadikan Ibrahim sebagai khalil (kekasih)-Mu, dan Engkau telah berbicara langsung kepada Musa, dan Engkau telah melakukan anu dan anu.’ Maka Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menjawab, ‘Bukankah Aku telah melapangkan dadamu, bukankah Aku telah menghapus semua dosamu, dan bukankah Aku telah melakukan anu untukmu dan bukankah Aku telah melakukan anu untukmu?’ Lalu Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى membukakan bagiku banyak hal yang Dia tidak memberi izin kepadaku menceritakannya kepada kalian.”
Ibnu Abbas mengatakan bahwa itulah yang dimaksud oleh firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dalam Kitab-Nya yang mengatakan: Kemudian dia mendekat, lalu bertambah dekat lagi, maka jadilah dia dekat (pada Muhammad sejarak) dua ujung busur panah atau lebih dekat (lagi). Lalu dia menyampaikan kepada hamba-Nya (Muhammad) apa yang telah Allah wahyukan. Hatinya tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya. (An-Najm: 8-11)
Maka Dia menjadikan cahaya penglihatanku ke dalam hatiku, dan aku melihat-Nya dengan hatiku.
Tetapi hadis ini daif.
Al-Hafiz ibnu Asakir telah meriwayatkan berikut sanadnya sampai kepada Hubar ibnul Aswad r.a., bahwa Atabah ibnu Abu Lahab ketika berangkat menuju negeri Syam dalam misi dagangnya, sebelumnya ia mengatakan kepada penduduk Mekah, “Ketahuilah, bahwa aku tidak percaya dengan malaikat yang mendekat, lalu bertambah dekat lagi.” Kemudian perkataannya itu sampai terdengar oleh Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, maka beliau bersabda, “Allah akan melepaskan salah seekor dari singa-singaNya untuk menyerangnya.” Hubar mengatakan bahwa ia ada bersama kafilah yang menuju ke negeri Syam itu, lalu kami beristirahat di suatu tempat yang terkenal banyak singanya. Hubar menceritakan bahwa ia benar-benar melihat ada seekor singa yang datang, kemudian singa itu mengendus kepala tiap-tiap orang dari kaum seorang demi seorang, hingga sampailah pada Atabah, lalu ia langsung menyambar kepalanya di antara mereka.
Ibnu Ishaq dan lain-lainnya menyebutkan di dalam kitab Sirah, bahwa peristiwa itu terjadi di Az-Zarqa, dan menurut pendapat yang lain di As-Surrah. Disebutkan bahwa malam itu Atabah dicekam oleh rasa takut, lalu mereka menempatkan Atabah di tengah-tengah di antara mereka; mereka tidur di sekelilingnya. Lalu datanglah seekor singa dan mengaum, kemudian melangkahi mereka semua menuju ke tempat Atabah dan langsung menyambar kepalanya.
11-12. “Hatinya tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya,” yakni, hati dan pandangan Rasulullah sepakat terhadap wahyu yang disampaikan oleh Allah kepadanya. Pendengaran, penglihatan, dan hati Rasulullah sama. Dan ini menunjukkan sempurnanya wahyu yang disampaikan Allah kepadaNya. Rasulullah menerimanya secara langsung, yang tidak ada keraguan dan syubhat di dalamnya. Hati Rasulullah tidak mendustakan yang dilihat oleh matanya dan Rasulullah tidak meragukan hal itu.
Kemungkinan lain maksud yang dilihat Rasulullah itu adalah peristiwa yang dilihat pada malam Isra’ berupa tanda-tanda kebesaran Allah yang agung. Rasulullah meyakini secara benar dengan hati dan penglihatannya. Inilah penafsiran yang benar dalam ayat ini.
Ada yang mengatakan bahwa yang dimaksud adalah Rasulullah melihat Rabbnya pada malam Isra’ serta berbicara denganNya. Ini adalah penafsiran yang dipilih oleh banyak ulama. Atas dalil ini mereka menegaskan bahwa Rasulullah pernah melihat Rabbnya pada saat di dunia. Namun pendapat yang benar adalah pendapat pertama, yaitu yang dimaksud adalah Jibril, sebagaimana ditunjukkan oleh konteks ayat, Muhammad melihat Jibril dalam wujud aslinya, di mana Rasulullah pernah dua kali melihat dalam wujud asli, pertama pada saat di ufuk tinggi dan kedua di atas langit ketujuh pada saat malam Isra’ bersama Rasulullah.
Maka, wahai kaum musyrik, apakah kamu dan orang yang meragukannya hendak membantahnya tentang apa, yaitu jibril, yang telah dilihatnya itu’13-14. Dan sungguh, dia, yaitu nabi Muhammad, telah melihatnya, yakni jibril, dalam rupanya yang asli pada waktu yang lain, yaitu di sidratul muntah’ saat mikraj.
An-Najm Ayat 12 Arab-Latin, Terjemah Arti An-Najm Ayat 12, Makna An-Najm Ayat 12, Terjemahan Tafsir An-Najm Ayat 12, An-Najm Ayat 12 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan An-Najm Ayat 12
Tafsir Surat An-Najm Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)