{55} Ar-Rahman / الرحمن | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | الحديد / Al-Hadid {57} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Waqi’ah الواقعة (Hari Kiamat) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 56 Tafsir ayat Ke 13.
ثُلَّةٌ مِنَ الْأَوَّلِينَ ﴿١٣﴾
ṡullatum minal-awwalīn
QS. Al-Waqi’ah [56] : 13
segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu,
Sekelompok besar umat-umat terdahulu memasukinya berserta umat lainnya, sedangkan sedikit dari umat ini yang datang kemudian, mereka menempati dipan yang bertahtakan emas, bertelekan di atasnya sambil saling berhadapan.
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman, menceritakan perihal orang-orang yang paling dahulu yang didekatkan kepada Allah, bahwa mereka:
Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian. (Al-Waqi’ah: 13-14)”
Ulama tafsir berbeda pendapat sehubungan dengan makna yang dimaksud oleh firman-Nya,’ “Al-awwalin” dan “Al-akhirin.” Menurut suatu pendapat, yang dimaksud dengan yang pertama ialah umat-umat terdahulu, sedangkan yang terakhir adalah umat ini (umat Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ). Ini dikatakan oleh Mujahid dan Al-Hasan Al-Basri menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim, dan pendapat inilah yang dipilih oleh Ibnu Jarir dengan alasan ada sabda Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang mengatakan:
Kita adalah umat yang terakhir, tetapi yang paling dahulu kelak di hari kiamat.
Tetapi tidak ada seorang pun yang meriwayatkannya selain dia dan tiada seorang pun yang menisbatkannya kepada seseorang (selain dia). Dan di antara alasan lain bagi pendapat ini ialah adanya hadis yang diriwayatkan oleh Abu Muhammad ibnu Abu Hatim, dia mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Isa Ibnu Tabba”, telah menceritakan kepada kami Syarik ibnu Muhammad ibnu Abdur Rahman, dari ayahnya, dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa ketika ayat ini diturunkan, yaitu firman-Nya: Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu, dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian. (Al-Waqi’ah: 13-14) Maka hal ini terasa berat bagi sahabat-sahabat Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, lalu turunlah firman-Nya: (yaitu) segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu, dan segolongan besar pula dari orang-orang yang kemudian. (Al-Waqi’ah: 39-40) Lalu Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda:
Sesungguhnya aku berharap semoga kalian adalah seperempat penghuni surga, sepertiga penduduk surga, bahkan kalian adalah setengah atau separo penduduk surga, sedangkan yang separo lainnya diperebutkan oleh mereka.
Imam Ahmad meriwayatkannya melalui Aswad ibnu Amir, dari Syarik, dari Muhammad ibnu Bayya’ Al-Mala, dari ayahnya, dari Abu Hurairah, lalu disebutkan hal yang semisal dengan hadis di atas.
Imam Ahmad telah meriwayatkannya pula melalui hadis Jabir dengan lafaz yang semisal.
Al-Hafiz Ibnu Asakir telah meriwayatkannya melalui Hisyam ibnu Imarah, telah menceritakan kepada kami Abdu Rabbihi ibnu Saleh, dari Urwah ibnu Ruwayyim, dari Jabir ibnu Abdullah, dari Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ Disebutkan bahwa ketika diturunkan surat Al-Waqi’ah yang di dalamnya disebutkan, “Segolongan besar dari orang-orang terdahulu dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian,” maka Umar berkata, “Wahai Rasulullah, itu berarti segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu dan segolongan kecil dari kalangan kita.” Maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ diam dari wahyu terhenti selama satu tahun, kemudian turunlah firman-Nya: (yaitu) segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu dan segolongan yang besar dari orang-orang yang kemudian. (Al-Waqi’ah: 39-40); Maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda:
Hai Umar, kemarilah, dengarkanlah apa yang telah diturunkan oleh Allah, “(Yaitu) segolongan yang besar dari orang-orang yang terdahulu dan segolongan yang besar pula dari orang-orang yang kemudian” (Al-Waqi’ah: 39-40). Ingatlah, sesungguhnya dari Adam sampai masaku adalah satu golongan, dan umatku adalah golongan lainnya. Dan bilangan kita masih belum mencapai dua pertiga (dari yang dijanjikan) hingga kita meminta bantuan dengan orang-orang yang berkulit hitam para penggembala unta dari kalangan orang-orang yang telah bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya..
Demikianlah menurut apa yang telah diriwayatkan oleh Ibnu Asakir dalam biografi Urwah ibnu Ruwayyim sanad dan matannya, tetapi dalam sanadnya masih ada hal yang harus diteliti ulang. Hanya saja telah disebutkan melalui berbagai jalur hadis Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang mengatakan:
Sesungguhnya aku berharap semoga kalian adalah seperempat ahli surga.
hingga akhir hadis, dan hadis ini merupakan hadis tunggal dalam Bab “Sifatul Jannah.” Dan pendapat yang dipilih oleh Ibnu Jarir dalam hal ini perlu diteliti ulang—bahkan dinilai lemah—karena umat ini adalah umat yang terbaik didukung oleh nas Al-Qur’an, sehingga jauh dari kemungkinan bila dikatakan bahwa golongan muqarribin ada pada selainnya dalam jumlah yang lebih banyak daripada apa yang ada pada umat ini, terkecuali bila mereka semua digabungkan menjadi satu untuk mengimbangi umat ini.
Makna lahiriahnya menunjukkan bahwa muqarribin (orang-orang yang didekatkan kepada Allah) dari kalangan mereka jauh lebih banyak daripada apa yang ada di kalangan umat-umat yang lain.
Dalam masalah ini pendapat yang kedualah yang lebih kuat, yaitu yang mengartikan firman-Nya: segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu. (Al-Waqi’ah: 13) Yaitu dari kalangan permulaan umat ini. dan segolongan yang kecil dari orang-orang yang kemudian. (Al-Waqi’ah: 14) Yakni dari kalangan generasi selanjutnya dari umat ini.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu Muhammad ibnus Sabbah, telah menceritakan kepada kami Affan, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Bakar Al-Muzani, bahwa ia pernah mendengar Al-Hasan membaca Al-Qur’an sampai pada ayat berikut, yaitu firman-Nya: Dan orang-orang yang paling dahulu beriman, merekalah yang paling dulu (masuk surga). Mereka itulah orang yang didekatkan (kepada Allah). (Al-Waqi’ah: 10-11) Lalu Al-Hasan mengatakan bahwa adapun orang-orang yang paling dahulu beriman, maka sesungguhnya mereka telah pergi. Tetapi kita memohon kepada Allah semoga Dia menjadikan kita termasuk golongan kanan (Ashabul yamin).
Kemudian Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abul Walid, telah menceritakan kepada kami As-Sirri ibnu Yahya yang mengatakan bahwa Al-Hasan membaca firman-Nya: Dan orang-orang yang paling dahulu beriman, merekalah yang paling dulu (masuk surga). Mereka itulah orang yang didekatkan (kepada Allah). Berada dalam surga kenikmatan. Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu. (Al-Waqi’ah: 10-13) Lalu ia mengatakan bahwa yang dimaksud ialah segolongan dari umat ini yang telah pergi.
Ibnu Abu Hatim mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abdul Aziz ibnul Mugirah Al-Minqari. telah menceritakan kepada kami Abu Hilal, dari Muhammad ibnu Sirin, bahwa ia telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu, dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian. (Al-Waqi’ah: 13-14) Bahwa dahulu mereka mengatakan atau berharap semoga semuanya itu dari kalangan umat ini.
Demikianlah pendapat yang dikatakan oleh Al-Hasan dan Ibnu Sirin, yaitu bahwa semuanya dari kalangan umat ini. Dan tidak diragukan lagi bahwa permulaan dari tiap-tiap umat lebih baik daripada yang terakhirnya. Dengan demikian, berarti dapat diartikan bahwa makna ayat ini bersifat umum mencakup semua umat, yang masing-masing umat menurut persentasinya tersendiri. Karena itulah disebutkan di dalam sebuah hadis yang terdapat di dalam kitab-kitab sahih dan lain-lainnya melalui berbagai jalur, bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ telah bersabda:
Sebaik-baik generasi adalah generasiku, kemudian orang-orang yang sesudah mereka, kemudian orang-orang yang sesudah mereka. hingga akhir hadis.
Dan yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, yaitu bahwa telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman, telah menceritakan kepada kami Ziad alias Abu Umar, dari Al-Hasan,dari Ammar ibnu Yasir yang mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ telah bersabda:
Perumpamaan umatku adalah sama dengan hujan, tidak diketahui apakah yang baik itu permulaan ataukah akhirnya.
Hadis ini setelah diputuskan bahwa sanadnya sahih mengandung makna bahwa agama ini memerlukan permulaan umat yang berfungsi untuk menyampaikannya kepada generasi sesudahnya, begitu pula ia memerlukan orang-orang yang menegakkannya di masa-masa selanjutnya. Yaitu guna meneguhkan manusia agar tetap pada sunnah dan periwayatannya serta mempertahankan keberadaannya, hanya keutamaan ada pada generasi pendahulu. Demikian pula tanaman, memerlukan hujan di masa permulaannya sebagaimana ia pun memerlukan hujan di masa-masa mendatang. Akan tetapi, jasa yang terbesar adalah bagi hujan yang pertama dan kebutuhan tanaman akan yang pertama lebih kuat. Karena sesungguhnya seandainya tidak ada hujan yang pertama, tentulah bumi tidak dapat menumbuhkan tetumbuhannya dan akarnya pun tidak dapat hidup padanya. Karena itulah maka Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda:
Ada segolongan dari umatku yang terus-menerus berjuang membela kebenaran, tidak membahayakan mereka orang-orang yang menghina mereka dan tidak pula orang-orang yang menentang mereka, sampai hari kiamat terjadi.
Menurut lafaz yang lain disebutkan:
hingga tibalah saatnya perintah Allah (hari kiamat), sedangkan mereka dalam keadaan demikian (memperjuangkan perkara yang liak).
Maksud pengutaraan kesemuanya ini adalah untuk menunjukkan bahwa umat ini adalah umat yang paling mulia di antara semua umat, dan orang-orang yang didekatkan kepada Allah dari kalangannya jauh lebih banyak jumlahnya daripada yang lainnya, serta lebih tinggi kedudukannya daripada umat-umat lainnya. Demikian itu berkat kemuliaan agamanya dan kebesaran nabinya.
Di dalam sebuah hadis yang diriwayatkan secara mutawatir dari Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ telah disebutkan bahwa beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah memberitakan bahwa di kalangan umat ini terdapat tujuh puluh ribu orang yang masuk surga tanpa hisab. Dan menurut lafaz yang lain, tiap-tiap seribu orang dari mereka membawa tujuh puluh ribu orang. Menurut lafaz yang lainnya lagi, tiap-tiap orang dari mereka membawa tujuh puluh ribu orang.
Al-Hafiz Abul Qasim At-Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Yazid At-Tabrani, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ismail ibnu Iyasy, telah menceritakan kepadaku ayahku telah menceritakan kepadaku Damdam ibnu Zur’ah, dari Syuraih ibnu Ubaid, dari Abu Malik yang mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda, “Ingatlah, demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman-Nya, sesungguhnya benar-benar akan dibangkitkan dari kalian kelak di hari kiamat sejumlah orang yang banyaknya seperti malam yang pekat karena semuanya menutupi bumi ini. Para malaikat merasa kagum melihat umat yang datang bersama Muhammad صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dalam jumlah yang lebih besar daripada apa yang dibawa oleh para nabi lainnya.”
10-14. “Dan orang-orang yang paling dahulu beriman. Mereka itulah orang yang didekatkan (kepada Allah),” maksudnya adalah bahwa orang-orang yang ketika di dunia paling dahulu kepada kebaikan (keimanan), mereka di akhirat adalah orang-orang yang paling dahulu masuk surga. Mereka itulah yang memiliki sifat didekatkan kepada Allah, “berada dalam surga-surga kenikmatan,” di tempat yang paling tinggi, di tempat tertinggi yang tidak ada tempat lagi di atasnya. Dan mereka yang disebutkan adalah “segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu,” maksudnya, jumlah golongan besar orang-orang terdahulu dari umat ini secara umum daripada umat yang datang selanjutnya, karena orang-orang yang didekatkan (kepada Allah) dari golongan pertama lebih banyak daripada golongan orang-orang yang kemudian. Dan orang-orang yang didekatkan kepada Allah adalah manusia-manusia istimewa.
13-16. Ayat-ayat ini menerangkan kenikmatan yang akan mereka terima di surga tersebut. Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu beriman kepada Allah dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian yang tetap teguh dalam ketaatan dan tauhid akan mendapat balasan yang dia janjikan. Mereka berada di atas dipan yang kukuh dan indah karena bertahta emas dan permata, seraya bertelekan di atasnya berhadap-hadapan sambil mensyukuri nikmat yang mereka terima
Al-Waqi’ah Ayat 13 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Waqi’ah Ayat 13, Makna Al-Waqi’ah Ayat 13, Terjemahan Tafsir Al-Waqi’ah Ayat 13, Al-Waqi’ah Ayat 13 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Waqi’ah Ayat 13
Tafsir Surat Al-Waqi’ah Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)