{55} Ar-Rahman / الرحمن | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | الحديد / Al-Hadid {57} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Waqi’ah الواقعة (Hari Kiamat) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 56 Tafsir ayat Ke 14.
وَقَلِيلٌ مِنَ الْآخِرِينَ ﴿١٤﴾
wa qalīlum minal-ākhirīn
QS. Al-Waqi’ah [56] : 14
dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian.
Sekelompok besar umat-umat terdahulu memasukinya berserta umat lainnya, sedangkan sedikit dari umat ini yang datang kemudian, mereka menempati dipan yang bertahtakan emas, bertelekan di atasnya sambil saling berhadapan.
Sehubungan dengan tafsir firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Segolongan besar dari orang- orang yang terdahulu dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian. (Al-Waqi’ah: 13-14)
amatlah baik bila diketengahkan sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Al-Hafiz Abu Bakar Al-Baihaqi di dalam kitabnya yang berjudul Dala’ilun Nubuwwah:
telah menceritakan kepada kami Abu Nasr ibnu Qatadah, telah menceritakan kepada kami Abu Amr ibnu Matar, telah menceritakan kepada kami Ja’far ibnu Muhammad ibnul Mustafad Al-Faryabi, telah menceritakan kepadaku Abu Wahab alias Al-Walid ibnu Abdul Malik ibnu Abdullah ibnu Masrah Al-Harrani, telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Ata Al-Qurasyi Al-Harrani, dari Muslim ibnu Abdullah Al-Juhani, dari pamannya (yaitu Abu Misyja’ah ibnu Rib’i), dari Abu Zamil Al-Juhani r.a. yang menceritakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ apabila usai dari salat Subuhnya, beliau mengucapkan doa berikut seraya melipatkan kedua kakinya: Mahasuci Allah dan dengan memuji kepada-Nya aku memohon ampun kepada Allah, sesungguhnya Allah adalah Maha Penerima tobat. sebanyak tujuh puluh kali. Setelah selesai, beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Tujuh puluh kali dengan imbalan (pahala) tujuh ratus kali. Tiada baiknya bagi orang yang dosa-dosanya dalam satu hari lebih banyak daripada tujuh ratus kali. Beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ mengucapkan sabdanya ini sebanyak dua kali, lalu menghadapkan mukanya kepada orang-orang (para makmum). Dan RasulullalrSaw. adalah seorang yang suka mendengar kisah mimpi yang baik, untuk itu beliau selalu bertanya, “Apakah ada seseorang di antara kalian yang melihat sesuatu dalam mimpinya (tadi malam)?” Abu Zamil menjawab, “Aku telah bermimpi tadi malam, wahai Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ” Maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Mudah-mudahan kebaikanlah yang kamu jumpai dan terhindar dari keburukan yang tidak kamu inginkan. Dan semoga menjadi kebaikan bagi kita dan menjadi keburukan bagi musuh-musuh kita; segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Sekarang ceritakanlah mimpimu itu. Maka aku menjawab, “Aku bermimpi melihat semua manusia berada pada suatu jalan yang sangat luas, datar, lagi jelas, dan mereka berada di tengah jalan dalam keadaan bergerak maju. Ketika mereka sedang dalam keadaan demikian, tiba-tiba jalan itu sampai kepada suatu lahan penggembalaan yang belum pernah kulihat tempat penggembalaan seperti itu; tetumbuhannya tumbuh dengan segarnya memukau pandangan mata. dan air hujan yang turun padanya menumbuhkan berbagai macam tetumbuhan yang hijau segar. Gelombang pertama dari manusia itu ketika sampai di lahan penggembalaan itu bertakbir, kemudian memacu kendaraan mereka meneruskan perjalanannya tanpa menoleh ke arah kanan maupun ke arah kiri. Dan aku melihat seakan-akan rombongan itu berjalan dengan cepatnya meneruskan perjalanannya. Kemudian datanglah gelombang manusia yang kedua, jumlah mereka berkali-kali lipat jumlah gelombang yang pertama. Ketika sampai di lahan itu mereka bertakbir, kemudian melanjutkan perjalanannya dengan memacu kendaraan mereka. Di antara mereka ada yang melepaskan hewan kendaraan mereka di lahan itu, ada pula yang hanya mengambil bekal secukupnya, lalu meneruskan perjalanannya. Kemudian datanglah gelombang manusia yang paling besar. Ketika sampai di lahan penggembalaan itu mereka bertakbir (karena kagum), dan mereka mengatakan, ‘Ini adalah sebaik-baik tempat tinggal.” Seakan-akan aku melihat mereka bergerak ke arah kanan dan ke arah kiri (jalan). Aku melihat semua kejadian itu, sedangkan aku tetap berada pada jalan tersebut dan meneruskan perjalananku hingga sampai di penghujung lahan itu. Tiba-tiba aku bersua dengan engkau, wahai Rasulullah, sedang berada di atas mimbar yang tangga naik menuju ke atasnya terdiri dari tujuh susun tangga naik dan engkau berada di tangga yang paling atas. Dan tiba-tiba kulihat di sebelah kanan engkau terdapat seorang lelaki yang berkulit hitam manis, bertubuh gempal, lagi berperawakan tinggi; apabila berbicara, maka suaranya dapat didengar oleh semua orang. Tiba-tiba di sebelah kiri engkau terdapat seorang lelaki berperawakan sedang dengan wajah yang kelihatan agak murung, sedangkan rambutnya seakan-akan baru dibasuh dengan air; apabila dia berbicara, maka engkau diam karena menghormatinya. Dan tiba-tiba di hadapan lelaki itu terdapat seorang lelaki berusia lanjut yang rupanya sangat mirip dengan engkau, baik perawakan maupun wajahnya, dan kamu semua bermakmum kepadanya dan menginginkannya. Tiba-tiba di hadapan orang tua itu terdapat seekor unta betina yang kurus lagi sudah tua sekali. Dan tiba-tiba engkau, ya Rasulullah, seakan-akan engkau menggiring unta itu.” Maka berubahlah wajah Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ Sesaat setelah itu biasa kembali, lalu beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, “Adapun mengenai jalan yang kamu lihat rata, luas, lagi jelas, maka itu merupakan gambaran tentang hidayah yang aku bawa kepada kalian dan kalian berada padanya. Sedangkan lahan penggembalaan yang kamu lihat itu merupakan gambaran tentang dunia dan kehidupannya yang memperdaya, aku dan para sahabatku menempuh kehidupan ini tanpa bergantung kepada sesuatu pun darinya, dan dunia pun tidak bergantung kepada kami, kami tidak menginginkannya sebagaimana dunia pun tidak menginginkan kami. Kemudian datanglah rombongan kedua sesudah kami, mereka berjumlah lebih banyak daripada kami dengan lipatan yang banyak; di antara mereka ada yang menggembalakan hewan kendaraannya, ada pula yang hanya mengambil bekal secukupnya, kemudian mereka dengan begitu tetap selamat. Kemudian datanglah manusia yang sangat besar jumlahnya, lalu mereka menyerbu lahan penggembalaan itu, ada yang ke arah kanan dan ada pula yang ke arah kiri (jalan). Inna lillahi wa inna ilaihi rdji’un (sesungguhnya kita adalah milik Allah dan sesungguhnya kita hanya kepada-Nya dikembalikan). Mengenai dirimu itu, berarti engkau berada pada jalan yang baik, dan kamu tetap dalam keadaan seperti itu hingga bersua denganku. Sedangkan takwil mimbar yang kamu lihat mempunyai tujuh buah tangga naik dan aku berada di tangga yang paling atas, artinya dunia ini berusia tujuh ribu tahun dan aku berada di seribu tahun yang terakhir. Mengenai lelaki yang kamu lihat berada di sebelah kananku yang berkulit hitam manis berperawakan gempal, dia adalah Musa a.s. Apabila berbicara, maka suaranya mengalahkan semua kaum lelaki berkat ia pernah diajak bicara langsung oleh Allah. Dan orang yang kamu lihat berada di sebelah kiriku yang berperawakan sedang, berwajah murung, seakan-akan rambut kepalanya dibasahi dengan air, dia adalah Isa putra Maryam, kami menghormatinya karena Allah menghormatinya. Adapun mengenai unta betina yang kamu lihat dan kamu saksikan dalam mimpimu itu aku membangunkannya, maka itu adalah hari kiamat. Hari kiamat akan dialami oleh kita; tiada nabi sesudahku dan tiada umat sesudah umatku.”
Abu Zamil r.a. melanjutkan kisahnya, bahwa setelah itu Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ tidak lagi menanyakan (kepada sahabatnya) tentang mimpi, terkecuali bila yang bersangkutan sendiri yang menceritakan kepada beliau tentang mimpi yang dialaminya dengan suka rela.
10-14. “Dan orang-orang yang paling dahulu beriman. Mereka itulah orang yang didekatkan (kepada Allah),” maksudnya adalah bahwa orang-orang yang ketika di dunia paling dahulu kepada kebaikan (keimanan), mereka di akhirat adalah orang-orang yang paling dahulu masuk surga. Mereka itulah yang memiliki sifat didekatkan kepada Allah, “berada dalam surga-surga kenikmatan,” di tempat yang paling tinggi, di tempat tertinggi yang tidak ada tempat lagi di atasnya. Dan mereka yang disebutkan adalah “segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu,” maksudnya, jumlah golongan besar orang-orang terdahulu dari umat ini secara umum daripada umat yang datang selanjutnya, karena orang-orang yang didekatkan (kepada Allah) dari golongan pertama lebih banyak daripada golongan orang-orang yang kemudian. Dan orang-orang yang didekatkan kepada Allah adalah manusia-manusia istimewa.
13-16. Ayat-ayat ini menerangkan kenikmatan yang akan mereka terima di surga tersebut. Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu beriman kepada Allah dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian yang tetap teguh dalam ketaatan dan tauhid akan mendapat balasan yang dia janjikan. Mereka berada di atas dipan yang kukuh dan indah karena bertahta emas dan permata, seraya bertelekan di atasnya berhadap-hadapan sambil mensyukuri nikmat yang mereka terima
Al-Waqi’ah Ayat 14 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Waqi’ah Ayat 14, Makna Al-Waqi’ah Ayat 14, Terjemahan Tafsir Al-Waqi’ah Ayat 14, Al-Waqi’ah Ayat 14 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Waqi’ah Ayat 14
Tafsir Surat Al-Waqi’ah Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)