{55} Ar-Rahman / الرحمن | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | الحديد / Al-Hadid {57} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Waqi’ah الواقعة (Hari Kiamat) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 56 Tafsir ayat Ke 73.
نَحْنُ جَعَلْنَاهَا تَذْكِرَةً وَمَتَاعًا لِلْمُقْوِينَ ﴿٧٣﴾
naḥnu ja’alnāhā tażkirataw wa matā’al lil-muqwīn
QS. Al-Waqi’ah [56] : 73
Kami menjadikannya (api itu) untuk peringatan dan bahan yang berguna bagi musafir.
Kami menjadikan api yang kalian bisa nyalakan untuk memberi manfaat dan sebagai peringatan kepada kalian akan api neraka Jahanam.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Kami menjadikan api itu untuk peringatan. (Al-Waqi’ah: 73)
Mujahid dan Qatadah mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah untuk mengingatkan manusia akan api yang maha besar, yaitu api neraka.
Qatadah mengatakan, telah diriwayatkan kepada kami bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ telah bersabda:
Hai kaumku, api kalian ini yang kalian nyalakan merupakan satu bagian dari tujuh puluh bagian api neraka Jahanam. Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya sebagian kecil darinya saja sudah mencukupi.” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Sesungguhnya (pada mulanya) api itu dicelup sebanyak dua kali di laut agar dapat dimanfaatkan oleh manusia dan manusia dapat mendekat kepadanya.
Hadis yang di-mursal-kan oleh Qatadah ini telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad di dalam kitab musnadnya. Untuk itu ia mengatakan:
telah menceritakan kepada kami Sufyan, telah menceritakan kepada kami Abuz Zanad, dari Al-A’raj, dari Abu Hurairah. dari Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang telah bersabda: Sesungguhnya api kalian ini merupakan sepertujuh puluh dari api neraka Jahanam, lalu dicelup ke dalam laut sebanyak dua kali. Seandainya tidak dicelup terlebih dahulu, niscaya Allah tidak menjadikan manfaat pada api itu bagi seorang pun.
Imam Malik telah meriwayatkan dari Abuz Zanad, dari Al-A’raj, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ telah bersabda: Api yang digunakan oleh anak Adam merupakan sepertujuh puluh bagian dari api neraka Jahanam. Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah itu sudah mencukupi?” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Sesungguhnya api neraka Jahanam itu mempunyai kelebihan atas api dunia sebanyak enam puluh sembilan kali lipatnya.
Imam Bukhari meriwayatkan hadis ini melalui Malik, dan Imam Muslim meriwayatkannya melalui Abuz Zanad.
Imam Muslim meriwayatkannya melalui hadis Abdur Razzaq, dari Ma’mar, dari Hammam, dari Abu Hurairah r.a. dengan lafaz yang sama, dan menurut lafaz yang lain disebutkan seperti berikut: Demi Tuhan Yang jiwaku berada di dalam genggaman-Nya, sesungguhnya api neraka Jahanam itu melebihi api dunia sebanyak enam puluh sembilan kali lipatnya, yang masing-masing bagian panasnya sama.
Abul Qasim At-Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Amr Al-Khallal, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Munzir Al-Hizami, telah menceritakan kepada kami Ma’an ibnu Isa Al-Qazzaz, dari Malik, dari pamannya (yaitu Abu Sahl), dari ayahnya, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda: Tahukah kamu, seperti apakah perumpamaan neraka Jahanam itu dibandingkan dengan api kalian ini? Sesungguhnya api neraka itu jauh lebih hitam (panas) daripada api kalian sebanyak tujuh puluh kali lipatnya.
Ad-Diya Al-Maqdisi mengatakan bahwa hadis ini diriwayatkan pula oleh Abu Mus’ab, dari Malik tanpa me-rafa’-kannya. Riwayat ini menurut hemat saya dengan syarat sahih.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
dan bahan yang berguna bagi musafir di padang pasir. (Al-Waqi’ah: 73)
Ibnu Abbas, Mujahid, Qatadah, Ad-Dahhak, dan An-Nadr ibnu Arabi mengatakan bahwa yang dimaksud dengan muqwin ialah Musafirin, pendapat ini dipilih oleh Ibnu Jarir.
Ibnu Jarir mengatakan bahwa termasuk ke dalam pengertian ini ucapan mereka (orang Arab), uAqwatud dara,” artinya aku tinggalkan rumah, yakni bila dia bepergian dan meninggalkan keluarganya.
Menurut ulama lainnya, makna yang dimaksud ialah orang-orang yang berada di tengah hutan dan jauh dari keramaian.
Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan bahwa kata al-muqwi dalam ayat ini artinya orang yang lapar.
Lais ibnu Abu Sulaim telah meriwayatkan dari Mujahid sehubungan dengan makna firman-Nya: dan bahan yang berguna bagi musafir di padang pasir. (Al-Waqi’ah: 73) Yakni bagi orang yang ada di tempat dan orang yang musafir untuk memasak makanan yang diperlukan memakai api memasaknya. Hal yang semisal telah diriwayatkan oleh Sufyan, dari Jabir Al-Ju’fi, dari Mujahid.
Ibnu Abu Najih telah meriwayatkan dari Mujahid sehubungan dengan makna firman-Nya, “Al-Muqwin,” yakni bagi siapa saja yang memanfaatkannya.
Hal yang sama telah diriwayatkan dari Ikrimah. dan tafsir ini bersifat lebih umum daripada tafsir lainnya. Karena sesungguhnya baik orang yang ada di tempat maupun orang yang sedang musafir, baik yang kaya maupun yang miskin, semuanya memerlukan api untuk keperluan memasak, berdiang, dan penerangan serta keperluan lainnya yang cukup banyak. Kemudian termasuk belas kasihan Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى kepada makhluk-Nya yaitu Dia telah menyimpan api dalam batu-batu pemantik dan besi murni hingga seorang yang musafir dapat membawanya di dalam barang bawaannya dan dapat dikantongi pada kantong bajunya. Apabila suatu waktu dia memerlukannya di dalam rumahnya, maka ia tinggal mengeluarkan alat tersebut (pemantik api), lalu menyalakannya dan menggunakannya untuk keperluan masak, berdiang, dan memanggang daging serta menjadikannya sebagai penerangan dan dapat pula digunakan untuk keperluan lainnya. Karena itulah maka disebutkan dalam ayat ini secara khusus, yaitu orang-orang yang musafir, sekalipun maknanya bersifat umum mencakup semua orang, baik yang berada di tempat maupun yang berada dalam perjalanannya, mengingat orang musafir lebih memerlukannya.
Pengertian ini telah ditunjukkan oleh sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Imam Abu Daud melalui Abu Khaddasy alias Hibban ibnu Zaid Asy-Syar ubi Asy-Syami, dari seorang Muhajirin berasal dari kabilah Qarn, bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ telah bersabda:
Orang-orang muslim itu bersekutu dalam tiga perkara, yaitu api, penggembalaan, dan air.
Ibnu Majah telah meriwayatkan dengan sanad yang jayyid dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda:
Ada tiga perkara yang tidak boleh dimonopoli, yaitu air, penggembalaan, dan api.
Ibnu Majah telah meriwayatkannya pula melalui hadis Ibnu Abbas secara marfu’ dengan lafaz yang semisal, tetapi ada tambahannya, yaitu ‘dan harganya’. Akan tetapi, di dalam sanadnya terdapat Abdullah ibnu Khaddasy ibnu Hausyab. Dia orangnya daif hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
71-73. Ini adalah nikmat yang masuk kepada kategori kebutuhan pokok yang pasti dibutuhkan oleh makhluk, karena sesungguhnya manusia membutuhkan kenikmatan tersebut dalam banyak perkara dan kebutuhan mereka. Allah menyatakan kepada mereka (agar mereka mengakui), akan api yang Dia ciptakan pada pepohonan, dan bahwa makhluk tidaklah dapat menciptakannya, akan tetapi hanya Allah-lah Yang menciptakan (api itu) dari pepohonan yang hijau, kemudian ia menjadi api yang dinyalakan sesuai dengan kebutuhan para hamba, lalu apabila mereka telah selesai dari kebutuhan mereka, maka mereka memadamkan dan mematikannya.
“Kami menjadikan api itu untuk peringatan” bagi para hamba terhadap nikmat Rabb mereka, dan sebagai peringatan (bagi mereka) akan Neraka Jahanam yang telah Allah persiapkan untuk orang-orang yang bermaksiat kepadaNya, serta menjadikannya sebagai cemeti untuk menuntun hamba-hambaNya kepada surga yang penuh dengan kenikmatan, “dan bahan yang berguna bagi musafir di padang pasir.” Maksud dari kata al-Muqwin adalah orang-orang yang mengambil manfaat atau para musafir. Allah mengkhususkan para musafir adalah karena manfaat api itu bagi musafir lebih besar daripada bagi selainnya, atau bisa jadi sebabnya adalah karena dunia ini, semuanya adalah tempat melakukan safar, dan seorang hamba dari sejak dilahirkan adalah seorang musafir (orang yang melakukan perjalanan) menuju Rabbnya. Api ini telah dijadikan oleh Allah sebagai bahan yang berguna bagi musafir di dunia ini, dan sebagai peringatan bagi mereka akan negeri yang kekal (akhirat).
71-74. Bila kamu sudah memahami siapa yang menurunkan air, maka pernahkah kamu memperhatikan tentang api yang kamu nyalakan dari kayu bakar’ kamukah yang menumbuhkan pohon penghasil kayu bakar itu ataukah kami yang menumbuhkannya’ ketahuilah, kami jadikan api itu untuk peringatan dan bahan bakar yang berguna bagi musafir di padang pasir. Dengan anugerah ini, maka bertasbihlah dengan menyebut nama tuhanmu yang mahabesar. ’71-74
Al-Waqi’ah Ayat 73 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Waqi’ah Ayat 73, Makna Al-Waqi’ah Ayat 73, Terjemahan Tafsir Al-Waqi’ah Ayat 73, Al-Waqi’ah Ayat 73 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Waqi’ah Ayat 73
Tafsir Surat Al-Waqi’ah Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)