{55} Ar-Rahman / الرحمن | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | الحديد / Al-Hadid {57} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Waqi’ah الواقعة (Hari Kiamat) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 56 Tafsir ayat Ke 78.
فِي كِتَابٍ مَكْنُونٍ ﴿٧٨﴾
fī kitābim maknụn
QS. Al-Waqi’ah [56] : 78
dalam Kitab yang terpelihara (Lauh Mahfuzh),
Sesungguhnya Al-Qur’an yang diturunkan kepada Muhammad ini adalah bacaan yang sangat mulia, mengandung banyak kebaikan dan ilmu pengetahuan, berada dalam kita yang terpelihara dari pandangan segenap makhluk, yaitu kitab suci yang ada pada genggaman malaikat, tidak menyentuh Al-Qur’an ini kecuali malaikat mulia yang disucikan dari berbagai macam kotoran dan dosa, tidak juga menyentuhnya kecuali orang-orang yang sudah disucikan dari berbagai macam syirik, junub, dan hadas.
firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
sesungguhnya Al-Qur’an ini adalah bacaan yang mulia. (Al-Waqi’ah:77)
Artinya, Al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ benar-benar kitab yang besar.
pada kitab yang terpelihara (Lauh Mahfuz). (Al-Waqi’ah: 78)
Yaitu dimuliakan tersimpan di dalam kitab yang dimuliakan lagi terpelihara dan diagungkan, yaitu Lauh Mahfuz.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Musa ibnu Ismail, telah menceritakan kepada kami Syarik, dari Hakim ibnu Jubair, dari Sa’id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: tidak menyentuhnya kecuali hamba-hamba yang disucikan. (Al-Waqi’ah:79) Yakni Kitab yang ada di langit.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: tidak menyentuhnya kecuali hamba-hamba yang disucikan. (Al-Waqi’ah: 79) Yaitu para malaikat.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Anas, Mujahid. Ikrimah, Sa’id ibnu Jubair, Ad-Dahhak, Abusy Sya’sa, Jabir ibnu Zaid. Abu Nuhaik, As-Saddi, Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam, dan lain-lainnya.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abdul Ala, telah menceritakan kepada kami IbnuSaur, telah menceritakan kepada kami Ma’mar, dari Qatadah sehubungan dengan makna firman-Nya: tidak menyentuhnya kecuali hamba-hamba yang disucikan. (Al-Waqi’ah: 79) Yakni tidak ada yang menyentuhnya di sisi Allah kecuali hamba-hamba yang disucikan. Adapun di dunia, maka sesungguhnya Al-Qur’an itu dapat dipegang oleh orang Majusi yang najis dan orang munafik yang kotor.
Ibnu Jarir mengatakan bahwa ayat ini menurut qiraat Ibnu Mas’ud disebutkan mayamassuhii illal mutahharun, memakai ma.
Abul Aliyah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: tidak menyentuhnya kecuali hamba-hamba yang disucikan. (Al-Waqi’ah: 79) Bukan kamu orang-orang yang berdosa.
Ibnu Zaid mengatakan bahwa orang-orang Quraisy mempunyai dugaan bahwa Al-Qur’an ini diturunkan oleh setan. Maka Allah menerangkan bahwa Al-Qur’an ini tidak dapat disentuh kecuali oleh hamba-hamba yang disucikan, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
Dan Al-Qur’an itu bukanlah dibawa turun oleh setan-setan. Dan tidaklah patut mereka membawa turun Al-Qur’an itu, dan mereka pun tidak akan kuasa. Sesungguhnya mereka benar-benar dijauhkan dari mendengar Al-Qur’an itu. (Asy-Syu’ara: 210-212)
Pendapat ini cukup baik dan tidak menyimpang dari pendapat-pendapat yang sebelumnya.
Al-Farra mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah tidak dapat merasakan makna dan manfaat Al-Qur’an kecuali orang-orang yang beriman kepadanya.
Ulama lainnya mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: tidak menyentuhnya kecuali hamba-hamba yang disucikan. (Al-Waqi’ah: 79) Yakni yang suci dari jinabah dan hadas.
Mereka mengatakan bahwa lafaz ayat merupakan kalimat berita, tetapi makna yang dimaksud ialah perintah. Dan mereka mengatakan bahwa yang dimaksud dengan Al-Qur’an adalah mushaf, sebagaimana yang disebutkan di dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim melalui Ibnu Umar, bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ telah melarang bepergian membawa Al-Qur’an ke negeri musuh karena dikhawatirkan Al-Qur’an itu dirampas oleh musuh. Dan mereka menguatkan pendapatnya dengan hadis yang diriwayatkan oleh Imam Malik di dalam kitab Muwatta’-nya dari Abdullah ibnu Abu Bakar ibnu Muhammad ibnu Amr ibnu Hazm sehubungan dengan surat yang dikirim oleh Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ditujukan kepada Amr ibnu Hazm, bahwa tidak boleh menyentuh Al-Qur’an kecuali orang yang suci.
Abu Daud telah meriwayatkan di dalam himpunan hadis-hadis mursal-nya melalui Az-Zuhri yang mengatakan bahwa aku telah membaca lembaran yang ada pada Abdu Abu Bakar ibnu Muhammad ibnu Amr ibnu Hazm, bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ telah bersabda:
Tidak boleh menyentuh Al-Qur’an kecuali orang yang suci.
Ini merupakan alasan yang baik, telah dibaca oleh Az-Zuhri dan lain-lainnya, dan hal yang semisal dengan pendapat ini dianjurkan untuk dipakai.
Ad-Daruqutni telah mengisnadkannya dari Amr ibnu Hazm dan Abdullah ibnu Amr serta Usman ibnu Abul Asim, tetapi dalam sanad masing-masing dari keduanya perlu diteliti kembali; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
فِي كِتَابٍ مَكْنُونٍ “Pada kitab yang terpelihara (Lauhul Mah-fuzh)” yaitu terpelihara dari mata para makhluk. Kitab yang terpelihara ini adalah Lauhul Mahfuzh, maksudnya bahwa al-Qur`an ini termaktub di Lauhul Mahfuzh, teragungkan di sisi Allah جَلَّ جَلالُهُ dan di sisi para malaikat di al-Malaul a’la.
Ada (juga) kemungkinan bahwa yang dimaksud dengan kitab yang terpelihara adalah kitab yang berada di tangan para malaikat yang Allah جَلَّ جَلالُهُ turunkan untuk menyampaikan wahyu dan risalahNya. Dan yang dimaksud dengan hal itu adalah bahwasanya kitab tersebut terpelihara dari para setan, yang mana mereka tidak mampu untuk merubahnya, tidak mampu menambah dan tidak mampu mengurangi maupun mencurinya.
77-80. Allah bersumpah bahwa sesungguhnya Al-Qur’an yang berisi tuntunan-Nya ini adalah bacaan yang sangat mulia. Wahyu Allah ini tertulis pada kitab yang terpelihara, yaitu lauh mahfuz yang selalu terjaga, sehingga tidak ada yang dapat menyentuhnya kecuali hamba-hamba-Nya yang disucikan. Sungguh, Al-Qur’an ini diturunkan dari tuhan seluruh alam
Al-Waqi’ah Ayat 78 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Waqi’ah Ayat 78, Makna Al-Waqi’ah Ayat 78, Terjemahan Tafsir Al-Waqi’ah Ayat 78, Al-Waqi’ah Ayat 78 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Waqi’ah Ayat 78
Tafsir Surat Al-Waqi’ah Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)