{55} Ar-Rahman / الرحمن | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | الحديد / Al-Hadid {57} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Waqi’ah الواقعة (Hari Kiamat) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 56 Tafsir ayat Ke 82.
وَتَجْعَلُونَ رِزْقَكُمْ أَنَّكُمْ تُكَذِّبُونَ ﴿٨٢﴾
wa taj’alụna rizqakum annakum tukażżibụn
QS. Al-Waqi’ah [56] : 82
dan kamu menjadikan rezeki yang kamu terima (dari Allah) justru untuk mendustakan(-Nya).
Kalian menggantikan syukur yang harus kalian panjatkan atas nikmat-nikmat Allah dengan mendustakan dan kufur kepada-Nya. Dalam ini, terdapat penolakan terhadap orang yang menganggap remeh dan tidak memedulikan perintah yang dimuat dalam Al Qur’an.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
kamu mengganti rezeki (yang Allah berikan) dengan mendustakan (Allah). (Al-Waqi’ah: 82)
Sebagian ulama mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: kamu mengganti rezeki (yang Allah berikan). (Al-Waqi’ah: 82) Yakni terima kasihmu ialah dengan mendustakan. Dengan kata lain, dapat disebutkan air susu dibalas dengan air tuba.
Telah diriwayatkan pula dari Ali dan Ibnu Abbas, bahwa keduanya membaca ayat ini dengan bacaan berikut: “Dan kamu ungkapkan rasa syukur kalian dengan mendustakan,” seperti yang akan dijelaskan kemudian.
Ibnu Jarir mengatakan bahwa telah diriwayatkan dari Al-Haisam ibnu Addi, bahwa menurut dialek kabilah Azd Syanu-ah bila disebutkan Razaqa Fulanun artinya si Fulan bersyukur.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Husain ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Israil, dari Abdul Ala, dari Abu Abdur Rahman, dari Ali r.a. yang telah mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ telah bersabda sehubungan dengan makna firman-Nya: Kamu mengganti rezeki (yang Allah berikan).(Al-Waqi’ah: 82), maksudnya, kamu membalas rezeki yang Allah berikan dengan mendustakan-Nya; kamu katakan, “Kami telah diberi hujan oleh bintang anu dan oleh bintang anu.”
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim, dari ayahnya, dari Mukhawwil ibnu Ibrahim An-Nahdi dan Ibnu Jarir, dari Muhammad ibnul Musanna, dari Ubaidillah ibnu Musa dan dari Ya’qub ibnu Ibrahim, dari Yahya ibnu Abu Bukair, ketiga-tiganya dari Israil dengan sanad yang semisal secara marfu’. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Turmuzi, dari Ahmad ibnu Mani’, dari Husain ibnu Muhammad Al-Marwazi dengan sanad yang sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan garib. Sufyan As-Sauri telah meriwayatkannya dari Abdul A’ la dan tidak me-rafa’-kannya.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Basysyar, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ja’far, telah menceritakan kepada kami Syu’bah, dari Abu Abu Bisyr, dari Sa’id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa tidak sekali-kali suatu kaum diberi hujan melainkan pada pagi harinya sebagian dari mereka ada yang kafir; mereka mengatakan bahwa kami diberi hujan oleh bintang anu dan anu. Lalu Ibnu Abbas membacakan firman-Nya: kamu mengganti rezeki (yang Allah berikan) dengan mendustakan (Allah). (Al-Waqi’ah: 82)
Sanad asar ini sahih sampai kepada Ibnu Abbas.
Malik telah meriwayatkan di dalam kitab Muwatta’, dari Saleh ibnu Kaisan, dari Ubaidillah ibnu Abdullah ibnu Atabah ibnu Mas’ud, dari Zaid ibnu Khalid Al-Juhani yang mengatakan bahwa kami salat Subuh bersama Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ di Hudaibiyah, seusai turun hujan di malam harinya. Setelah selesai, beliau membalikkan tubuhnya menghadap kepada kami (para makmum), lalu bertanya, “Tahukah kalian, apakah yang dikatakan oleh Tuhan kalian?” Mereka menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Allah berfirman, “Di pagi hari ini ada sebagian hamba-hamba-Ku yang beriman kepada-Ku dan sebagian lainnya kafir. Adapun orang yang mengatakan, ‘Kami diberi hujan berkat karunia Allah dan rahmat-Nya, ” maka dia adalah orang yang beriman kepada-Ku dan kafir kepada bintang-bintang. Dan adapun orang yang mengatakan, ‘Kami diberi hujan oleh bintang anu dan anu, ” maka dia adalah orang yang kafir kepada-Ku dan percaya kepada bintang-bintang.”
Imam Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkan hadis ini dan juga Abu Daud dan Nasai semuanya melalui hadis Malik dengan sanad yang sama.
Muslim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Salamah Al-Muradi dan Amr ibnu Sawad, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Wahb, dari Amr ibnul Haris, bahwa Abu Yunus pernah menceritakan hadis berikut dari Abu Hurairah, dari Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang telah bersabda: Tidak sekali-kali Allah menurunkan dari langit suatu berkah (hujan). melainkan pada pagi harinya ada segolongan manusia yang mengingkarinya. Hujan diturunkan dan mereka mengatakan bahwa itu berkat adanya bintang anu dan bintang anu.
Imam Muslim meriwayatkan hadis ini secara tunggal melalui jalur ini.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Yunus, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Muhammad ibnu Ishaq, dari Muhammad ibnu Ibrahim ibnul Haris At-Taimi, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ telah bersabda: Sesungguhnya Allah benar-benar mencurahkan nikmat kepada suatu kaum di pagi hari atau di petang hari, tetapi seusai itu kaum yang kafir (ingkar) kepada nikmat itu mengatakan bahwa kami telah diberi hujan oleh bintang anu dan bintang anu.
Muhammad ibnu Ibrahim mengatakan bahwa lalu ia menuturkan hadis ini kepada Sa’id ibnul Musayyab, maka ia menjawab bahwa kami pun telah mendengarnya dari Abu Hurairah.
Telah menceritakan pula kepadaku seseorang yang menyaksikan Umar ibnul Khattab r.a. melakukan istisqa, ketika ia membaca doa istisqa, ia berpaling ke arah Al-Abbas, lalu bertanya, “Hai Abbas, hai paman Rasulullah, berapa lama lagikah kemunculan bintang surayya?”
Para ulama mengatakan bahwa mereka menduga bahwa bintang surayya itu melintang di ufuk langit sesudah kejatuhannya selama tujuh hari. Kelanjutan asar di atas menyebutkan bahwa belum lagi tujuh hari berlalu, mereka diberi hujan.
Pertanyaan yang diajukan oleh Umar ini mengandung pengertian menanyakan kebiasaan waktu munculnya bintang tersebut yang biasanya dibarengi dengan turunnya hujan sebagai Sunnatullah. Tetapi bukan berarti bahwa bintang itulah yang menyebabkan turunnya hujan, karena keyakinan seperti ini jelas dilarang. Dan dalam pembahasan yang terdahulu telah dikemukakan sesuatu hal yang menyangkut hadis-hadis ini dalam tafsir firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorang pun yang dapat menahannya. (Fathir: 2)
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Yunus, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Ismail ibnu Umayyah menurut keyakinanku atau lainnya, bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ mendengar seorang lelaki yang baru mendapat hujan di kalangan kaumnya mengatakan, “Kami diberi hujan oleh gugusan bintang Asad (Leo).” Maka Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda menyangkalnya: Kamu dusta, bahkan hujan itu adalah rezeki dari Allah.
Kemudian Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Abu Saleh As-Sirari, telah menceritakan kepada kami Abu Jabir Muhammad ibnu Abdul Malik Al-Audi, telah menceritakan kepada kami Ja’far ibnuz Zubair, dari Al-Qasim, dari Abu Umamah, dari Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang telah bersabda: Tidaklah suatu kaum diberi hujan di malam harinya melainkan pada pagi harinya kaum itu mengingkarinya. Kemudian Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ membaca firman-Nya: kamu mengganti rezeki (yang Allah berikan) dengan mendustakan (Allah). (Al-Waqi’ah: 82) Seseorang dari mereka mengatakan bahwa kami diberi hujan oleh bintang anu dan anu.
Menurut hadis yang diriwayatkan dari Abu Sa’id secara marfu’ disebutkan:
Seandainya manusia mengalami paceklik selama tujuh tahun, lalu diberi hujan, tentulah mereka mengatakan bahwa kami diberi hujan oleh bintang mujadda’.
Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: kamu mengganti rezeki (yang Allah berikan) dengan mendustakan (Allah). (Al-Waqi’ah: 82) Yakni ucapan mereka tentang bintang-bintang itu. Mereka mengatakan.”Kami diberi hujan oleh bintang anu dan bintang anu.” Maka demikian pula dijawab, “Katakanlah oleh kalian bahwa hujan itu adalah dari sisi Allah dan rezeki dari-Nya.”
Hal yang’sama dikatakan oleh Ad-Dahhak dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang.
Qatadah mengatakan bahwa Al-Hasan Al-Basri mengatakan bahwa seburuk-buruk apa yang diambil oleh suatu kaum buat diri mereka sendiri ialah tidaklah mereka diberi rezeki berupa Kitabullah, melainkan hanya mendustakannya. Makna yang dimaksud dari ucapan Al-Hasan ini ialah dan kalian jadikan bagian kalian dari Kitabullah ialah dengan mendustakannya. Karena itulah dalam ayat sebelumnya disebutkan: Maka apakah kamu menganggap remeh saja Al-Qur’an ini? Kamu mengganti rezeki (yang Allah berikan) dengan mendustakan (Allah). (Al-Waqi’ah: 81-82)
FirmanNya, وَتَجْعَلُونَ رِزْقَكُمْ أَنَّكُمْ تُكَذِّبُونَ “Kamu (mengganti) rizki (yang Allah جَلَّ جَلالُهُ berikan) dengan mendustakan (Allah جَلَّ جَلالُهُ),” maksudnya kalian membalas karunia rizki yang telah Allah جَلَّ جَلالُهُ berikan kepada kalian dengan mendustakan dan mengingkari nikmat Allah جَلَّ جَلالُهُ, kemudian kalian mengatakan, “Telah turun hujan kepada kami karena bintang ini dan ini!” Kalian menisbatkan kenikmatan kepada selain Dzat yang mengadakannya. Mengapa kalian tidak bersyukur kepada Allah جَلَّ جَلالُهُ atas karunia yang telah Dia turunkan kepada kalian agar Dia menambahkan karuniaNya kepada kalian (dengan syukur tersebut), karena sesungguhnya pendustaan dan pengingkaran (terhadap nikmat Allah جَلَّ جَلالُهُ) adalah faktor diangkatnya kenikmatan dan datangnya bencana.
81-82. Bila kamu mengetahui bahwa Al-Qur’an berasal dari Allah, maka apakah kamu masih menganggap remeh berita tentang wahyu-Nya ini’ masihkah kamu berani menjadikan rezeki yang kamu terima dari Allah justru untuk mendustakan ajaran dan mengingkari kekuasaan-Nya’83-85. Pada ayat-ayat ini Allah memberi peringatan kepada mereka yang mendustakan-Nya, terlebih lagi saat sakaratul maut tiba. Bila telah tiba waktunya, semua manusia akan meninggal, maka kalau begitu mengapa kamu tidak mencegah kedatangan kematian, ketika nyawa yang menjadi tanda kehidupan telah sampai di kerongkongan, dan kamu ketika itu melihat bagaimana penderitaan orang yang sekarat itu, dan kami serta para malaikat lebih dekat kepadanya daripada kamu, tetapi kamu ketika itu tidak melihat keberadaan kami’.
Al-Waqi’ah Ayat 82 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Waqi’ah Ayat 82, Makna Al-Waqi’ah Ayat 82, Terjemahan Tafsir Al-Waqi’ah Ayat 82, Al-Waqi’ah Ayat 82 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Waqi’ah Ayat 82
Tafsir Surat Al-Waqi’ah Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)