{56} Al-Waqi’ah / الواقعة | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | المجادلة / Al-Mujadilah {58} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Hadid الحديد (Besi) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 57 Tafsir ayat Ke 19.
وَالَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ أُولَـٰئِكَ هُمُ الصِّدِّيقُونَ ۖ وَالشُّهَدَاءُ عِنْدَ رَبِّهِمْ لَهُمْ أَجْرُهُمْ وَنُورُهُمْ ۖ وَالَّذِينَ كَفَرُوا وَكَذَّبُوا بِآيَاتِنَا أُولَـٰئِكَ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ ﴿١٩﴾
wallażīna āmanụ billāhi wa rusulihī ulā`ika humuṣ-ṣiddīqụna wasy-syuhadā`u ‘inda rabbihim, lahum ajruhum wa nụruhum, wallażīna kafarụ wa każżabụ bi`āyātinā ulā`ika aṣ-ḥābul-jaḥīm
QS. Al-Hadid [57] : 19
Dan orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, mereka itu orang-orang yang tulus hati (pencinta kebenaran) dan saksi-saksi di sisi Tuhan mereka. Mereka berhak mendapat pahala dan cahaya. Tetapi orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni-penghuni neraka.
Orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-Nya, dan tidak membeda-bedakan salah seorang pun di antara mereka. Mereka itulah orang-orang yang benar, yang pembenaran mereka sudah sesuai dengan apa yang dibawa para rasul, baik secara akidah, ucapan, dan amalan, sedangkan orang-orang yang mati syahid mereka akan mendapatkan pahala dan cahaya di sisi Allah. Cahaya mereka akan begitu agung kelak pada hari Kiamat, sedangkan orang-orang yang kafir, mendustakan dalil dan hujah Kami. Mereka itulah para penghuni neraka, tidak ada pahala dan tidak ada cahaya bagi mereka.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Dan orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, mereka itu orang-orang siddiqin. (Al-Hadid: 19)
Kalimat ayat ini merupakan kelengkapan dari kalimat yang sebelumnya, dan ini merupakan sifat dari orang-orang yang beriman kepada Allah bahwa mereka adalah orang-orang yang siddiq (membenarkan).
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, mereka itu orang-orang siddiqin. (Al-Hadid: 19) Bahwa ayat ini terpisah dari ayat yang sebelumnya.dan orang-orang yang menjadi saksi di sisi Tuhan mereka. Bagi mereka pahala dan cahaya mereka. (Al-Hadid: 19)
Abud Duha mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: mereka itu orang-orang siddiqin. (Al-Hadid: 19) Kemudian firman berikutnya adalah kalimat baru, yaitu: dan orang-orang yang menjadi saksi di sisi Tuhan mereka. (Al-Hadid: 19)
Hal yang sama telah dikatakan oleh Masruq, Ad-Dahhak, Muqatil ibnu Hayyan, dan lain-lainnya. Al-A’masy telah meriwayatkan dari Abud Duha, dari Masruq, dari Abdullah ibnu Mas’ud sehubungan dengan makna firman-Nya: mereka itu orang-orang siddiqin dan orang-orang yang menjadi saksi di sisi Tuhan mereka. (Al-Hadid: 19) Bahwa mereka terdiri atas tiga golongan, yaitu orang-orang yang gemar bersedekah, Orang-orang yang siddiq, dan para syuhada. Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat lain:
Dan barang siapa yang menaati Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu nabi-nabi, para siddiqin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. (An-Nisa: 69)
Maka dibedakan antara orang-orang yang siddiq dan orang-orang yang mati syahid. Hal ini menunjukkan bahwa keduanya merupakan dua golongan, dan tidak diragukan lagi bahwa siddiq lebih tinggi kedudukannya daripada syahid, sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Malik ibnu Anas rahimahullah di dalam kitab Muwatta ‘-nya, dari Safwan ibnu Salim, dari Ata ibnu Yasar, dari Abu Sa’id Al-Khudri, bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ telah bersabda:
Sesungguhnya ahli surga benar-benar memandangi para penghuni guraf (gedung) jyawg ada di atas mereka sebagaimana kamu memandangi bintang yang gemerlapan di ufuk timur atau ufuk barat, karena adanya perbedaan keutamaan di antara mereka (ahli surga). Abu Sa’id Al-Khudri berkata, “Wahai Rasulullah, itu pasti kedudukan para nabi yang tidak dapat dicapai selain oleh mereka.” Rasululah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab: Benar, dan demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman-Nya, dan juga orang-orang yang beriman kepada Allah dan membenarkan rasul-Nya.
Imam Bukhari dan Imam Muslim sepakat dalam pengetengahan hadis ini, yaitu melalui Malik dengan sanad yang sama.
Ulama tafsir lainnya mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: mereka itu orang-orang siddiqin dan orang-orang yang menjadi saksi di sisi Tuhan mereka. (Al-Hadid: 19) Bahwa makna yang dimaksud ialah berita dari Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى yang menyatakan orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, bahwa mereka adalah orang-orang yang siddiq dan ada pula yang menjadi syahid. Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, dari Mujahid.
Kemudian Ibnu Jarir mengatakan:
telah menceritakan kepadaku Saleh ibnu Harb Abu Ma’mar, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Yahya, telah menceritakan kepada kami Ibnu Ajian, dari Zaid ibnu Aslam, dari Al-Barra ibnu Azib yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Orang-orang yang beriman dari kalangan umatku adalah orang-orang yang menjadi saksi. Al-Barra ibnu Azib mengatakan bahwa kemudian Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ membaca ayat lain, yaitu firman-Nya: Dan orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, mereka itu orang-orang siddiqin dan orang-orang yang menjadi saksi di sisi Tuhan mereka. (Al-Hadid: 19)
Hadis ini berpredikat garib.
Abu Ishaq telah meriwayatkan dari Amr ibnu Maimun sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, mereka itu orang-orang siddiqin dan orang-orang yang menjadi saksi di sisi Tuhan mereka. Bagi mereka pahala dan cahaya mereka. (Al-Hadid: 19) Bahwa mereka datang bersama-sama di hari kiamat, sebagaimana berdempetannya dua buah jari.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
dan orang-orang yang menjadi saksi di sisi Tuhan mereka. (Al-Hadid: 19)
Yakni di dalam surga-surga yang penuh dengan kenikmatan. Seperti yang disebutkan di dalam kitab Sahihain:
Sesungguhnya arwah para syuhada berada di dalam perut burung hijau yang terbang bebas di dalam surga sekehendak hatinya, kemudian hinggap pada lentera-lentera itu. Maka Tuhanmu menjenguk mereka, lalu berfirman, ‘Apakah yang kamu kehendaki?” Mereka menjawab, “Kami menginginkan agar Engkau mengembalikan kami ke dunia, maka kami akan berperang lagi di jalan-Mu sampai gugur sebagaimana keadaan kami yang pertama kali.” Allah berfirman, “Sesungguhnya Aku telah memutuskan bahwa mereka tidak dapat kembali lagi ke dunia.”
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Bagi mereka pahala dan cahaya mereka. (Al-Hadid: 19)
Yaitu bagi mereka di sisi Allah ada pahala yang berlimpah dan cahaya yang besar yang menerangi bagian depan mereka, dan mereka dalam hal ini berbeda-beda tingkatannya sesuai dengan amal perbuatan yang telah mereka lakukan ketika di dunia.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Ishaq, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi’ah, dari Ata ibnu Dinar, dari Abu Yazid Al-Khaulani yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Fudalah ibnu Ubaid mengatakan bahwa ia pernah mendengar Umar ibnul Khattab mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Syuhada itu ada empat macam, yaitu seorang lelaki yang beriman dengan iman yang baik, lalu bersua dengan musuh dan ia membenarkan (janjinya) kepada Allah, hingga gugurlah ia, maka dialah kelak yang akan menjadi pusat perhatian pandangan ahli surga seperti ini. Lalu Umar mengangkat kepalanya, memperagakan apa yang dilakukan oleh Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ saat mengucapkannya, dan Umar menjatuhkan pecinya sebagaimana yang dialami oleh beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: Kedua ialah seorang mukmin yang bersua dengan musuh, lalu seakan-akan punggungnya terpukul oleh duri pohon talh, panah musuh nyasar mengenainya hingga gugurlah dia, maka dia berada di peringkat kedua. Ketiga ialah orang mukmin yang mencampuradukkan amal saleh dengan amal lainnya yang buruk, ia bersua dengan musuh dan menghadapinya dengan penuh keikhlasan kepada Allah hingga gugurlah dia, maka dia berada di peringkat yang ketiga. Keempat ialah orang mukmin yang berlebihan terhadap dirinya dengan keberlebihan yang banyak, lalu ia bersua dengan musuh dan menghadapinya dengan ikhlas karena Allah hingga gugurlah dia, maka dia berada di peringkat yang keempat.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ali ibnul Madini, dari Abu Daud At-Tayalisi, dari Ibnul Mubarak, dari Ibnu Lahi’ah. Ali ibnul Madini mengatakan bahwa ini merupakan sanad seorang ulama Mesir yang saleh. Imam Turmuzi meriwayatkannya melalui hadis Ibnu Lahi’ah, dan ia mengatakan bahwa hadis ini garib.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Dan orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itulah penghuni-penghuni neraka. (Al-Hadid: 19)
Setelah menyebutkan perihal orang-orang yang berbahagia dan tempat kembali mereka, lalu mengiringinya dengan menyebutkan nasib dan keadaan orang-orang yang celaka.
وَالَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ “Dan orang-orang yang beriman kepada Allah جَلَّ جَلالُهُ dan RasulNya.” Iman menurut Ahlussunnah sebagaimana yang ditunjukkan oleh al-Qur`an dan as-Sunnah, adalah ucapan hati dan lisan serta amalan hati, lisan dan raga. Semua itu mencakup seluruh syariat agama baik yang lahir maupun yang batin. Orang-orang yang melakukan semua hal ini أُولَئِكَ هُمُ الصِّدِّيقُونَ “mereka itu orang-orang yang Shiddiqin,” yaitu orang yang tingkatnya di atas orang-orang Mukmin secara umum dan berada di bawah tingkatan para nabi. Firman Allah جَلَّ جَلالُهُ, وَالشُّهَدَاءُ عِنْدَ رَبِّهِمْ لَهُمْ أَجْرُهُمْ وَنُورُهُمْ “Dan orang-orang yang menjadi saksi di sisi Rabb mereka. Bagi mereka pahala dan cahaya mereka,” sebagaimana yang disebutkan dalam hadits shahih,
إِنَّ فِي الْجَنَّةِ مِائَةَ دَرَجَةٍ، مَا بَيْنَ كُلِّ دَرَجَتَيْنِ كَمَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ، أَعَدَّهَا اللّٰهُ لِلْمُجَاهِدِيْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ.
“Sesungguhnya di dalam surga terdapat seratus tingkat, jarak antara masing-masing tingkatan sejauh antara langit dan bumi, yang disediakan Allah جَلَّ جَلالُهُ untuk orang-orang yang berjihad di jalanNya.”
Hadits ini menunjukkan tingginya tempat mereka serta dekatnya mereka dengan Allah جَلَّ جَلالُهُ.
وَالَّذِينَ كَفَرُوا وَكَذَّبُوا بِآيَاتِنَا أُولَئِكَ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ “Dan (sedangkan) orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itulah penghuni-penghuni neraka.”
Ayat-ayat ini merangkum tingkatan-tingkatan manusia yaitu; orang-orang yang gemar bersedekah, orang-orang yang membenarkan, para syuhada dan para penghuni Neraka Jahim. Orang-orang yang gemar bersedekah, amal terbesar mereka adalah berbuat baik terhadap sesama serta mencurahkan segala sesuatu yang berguna bagi mereka, khususnya dalam membelanjakan harta di jalan Allah جَلَّ جَلالُهُ. Sedangkan orang-orang yang benar (shiddiqun) adalah mereka yang menyempurnakan tingkatan-tingkatan iman, amal shalih, ilmu yang berguna dan keyakinan tulus. Para syuhada adalah mereka yang berjuang di jalan Allah جَلَّ جَلالُهُ untuk menjunjung tinggi kalimat Allah جَلَّ جَلالُهُ, mereka mencurahkan harta dan jiwa raga untuk berperang. Dan para penghuni Neraka Jahim itu adalah orang-orang kafir yang mendustakan ayat-ayat Allah جَلَّ جَلالُهُ. Masih ada lagi satu golongan yang disebutkan Allah جَلَّ جَلالُهُ dalam surat Fathir, yaitu para muqtashidun, yaitu mereka yang menunaikan kewajiban-ke-wajiban dan menjauhi semua yang diharamkan, hanya saja mereka melakukan beberapa kekurangan dalam menunaikan hak-hak Allah جَلَّ جَلالُهُ dan hak-hak sesama manusia. Tempat kembali tingkatan ini adalah surga meski ada di antara mereka yang mendapatkan hukuman terlebih dahulu sebagai balasan atas sebagian amal perbuatannya (yang buruk).
Dan orang-orang yang beriman dengan mantap kepada Allah dan rasul-rasul-Nya serta tidak meragukan janji-Nya, mereka itu orang-orang yang tulus hati dan pecinta kebenaran, dan mereka menjadi saksi-saksi di sisi tuhan mereka. Karena keimanan dan kebaikan itu mereka berhak mendapat pahala dan cahaya dari sisi Allah. Tetapi, orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat kami serta mengingkari ajaran-ajaran kami, mereka itu penghuni-penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya. 20. Wahai orang mukmin, ketahuilah sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sendagurauan. Karena itu, jangan sampai kamu larut di dalamnya. Kehidupan dunia ini juga merupakan perhiasan bagimu dan saling berbangga di antara kamu serta berlomba dalam kekayaan dan anak keturunan. Semua itu seperti hujan yang menumbuhkan tanam-tanamannya sehingga mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering saat kemarau dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Itulah permisalan bagi kehidupan dunia yang fana. Dan ketahuilah, di akhirat nanti ada azab yang keras bagi mereka yang ingkar dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya bagi orang yang beriman dan mematuhi ajaran-Nya. Dan kehidupan dunia yang sekarang kamu nik-mati tidak lain hanyalah kesenangan yang palsu.
Al-Hadid Ayat 19 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Hadid Ayat 19, Makna Al-Hadid Ayat 19, Terjemahan Tafsir Al-Hadid Ayat 19, Al-Hadid Ayat 19 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Hadid Ayat 19
Tafsir Surat Al-Hadid Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)