{56} Al-Waqi’ah / الواقعة | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | المجادلة / Al-Mujadilah {58} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Hadid الحديد (Besi) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 57 Tafsir ayat Ke 27.
ثُمَّ قَفَّيْنَا عَلَىٰ آثَارِهِمْ بِرُسُلِنَا وَقَفَّيْنَا بِعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ وَآتَيْنَاهُ الْإِنْجِيلَ وَجَعَلْنَا فِي قُلُوبِ الَّذِينَ اتَّبَعُوهُ رَأْفَةً وَرَحْمَةً وَرَهْبَانِيَّةً ابْتَدَعُوهَا مَا كَتَبْنَاهَا عَلَيْهِمْ إِلَّا ابْتِغَاءَ رِضْوَانِ اللَّهِ فَمَا رَعَوْهَا حَقَّ رِعَايَتِهَا ۖ فَآتَيْنَا الَّذِينَ آمَنُوا مِنْهُمْ أَجْرَهُمْ ۖ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ ﴿٢٧﴾
ṡumma qaffainā ‘alā āṡārihim birusulinā wa qaffainā bi’īsabni maryama wa ātaināhul-injīla wa ja’alnā fī qulụbillażīnattaba’ụhu ra`fataw wa raḥmah, wa rahbāniyyatanibtada’ụhā mā katabnāhā ‘alaihim illabtigā`a riḍwānillāhi fa mā ra’auhā ḥaqqa ri’āyatihā, fa ātainallażīna āmanụ min-hum ajrahum, wa kaṡīrum min-hum fāsiqụn
QS. Al-Hadid [57] : 27
Kemudian Kami susulkan rasul-rasul Kami mengikuti jejak mereka dan Kami susulkan (pula) Isa putra Maryam; Dan Kami berikan Injil kepadanya dan Kami jadikan rasa santun dan kasih sayang dalam hati orang-orang yang mengikutinya. Mereka mengada-adakan rahbaniyyah, padahal Kami tidak mewajibkannya kepada mereka (yang Kami wajibkan hanyalah) mencari keridaan Allah, tetapi tidak mereka pelihara dengan semestinya. Maka kepada orang-orang yang beriman di antara mereka Kami berikan pahalanya, dan banyak di antara mereka yang fasik.
Setelah Nuh dan Ibrahim, Kami lanjutkan dengan para rasul yang Kami utus dengan membawa penjelasan-penjelasan. Kami utus sesudahnya Isa putra Maryam, Kami berikan kepadanya Injil. Lalu, Kami jadikan hati para pengikut agamanya lemah lembut, berkasih sayang, dan saling mencintai di antara mereka. Bahkan, mereka membuat diri mereka menjadi rahbaniyah (tidak menikah) dan melampaui batas dalam beribadah, lebih dari yang telah Kami perintahkan. Mereka adalah orang-orang yang menyerahkan diri karena berharap mendapatkan ridha Allah. Kemudian, mereka tidak dapat berdiri teguh karena mereka telah mengganti dan menyeleweng agama Allah sehingga Kami akan berikan kepada yang beriman kepada Allah dan rasul-Nya di antara mereka pahala yang setimpal dengan keimanan mereka. Akan tetapi, kebanyakan mereka keluar dari ketaatan kepada Allah dan mendustakan nabi-Nya, Muhammad sallallahu alaihi wa sallam.
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menceritakan bahwa sejak Dia mengutus Nuh a.s. tidaklah Dia mengutus seorang rasul dan tidak pula seorang nabi sesudahnya melainkan dari keturunannya. Demikian pula Ibrahim a.s. kekasih Tuhan Yang Maha Pemurah, tiada suatu kitab pun yang diturunkan dari langit dan tiada pula seorang rasul diutus serta tiada pula diwahyukan kepada seseorang manusia sesudahnya melainkan dia berasal dari keturunannya. Seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
dan Kami jadikan kenabian dan Al-Kitab pada keturunannya. (Al’ Ankabut: 27)
hingga akhir nabi dari kalangan kaum Bani Israil, yaitu Isa putra Maryam, yang menyampaikan berita gembira akan kelahiran Nabi Muhammad صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ sesudahnya. Karena itulah maka disebutkan oleh firman-Nya:
Kemudian Kami iringkan di belakang mereka rasul-rasul Kami dan Kami iringkan (pula) Isa putra Maryam; dan Kami berikan kepadanya Injil. (Al-Hadid: 27)
Injil adalah kitab yang diwahyukan oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى kepada Isa a.s.
dan Kami jadikan dalam hati orang-orang yang mengikutinya. (Al-Hadid: 27)
Mereka dikenal dengan sebutan kaum Hawariyyin.
rasa santun. (Al-Hadid: 27)
Yakni kelembutan hati, alias rasa takut kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى
dan kasih sayang. (Al-Hadid: 27)
kepada sesama makhluk. Dan firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Dan mereka mengada-adakan rahbaniyyah. (Al-Hadid: 27)
Maksudnya, umat Nasrani mengada-adakan peraturan rahbaniyyah ini.
padahal Kami tidak mewajibkannya kepada mereka. (Al-Hadid: 27)
Yaitu padahal Kami tidak memerintahkan hal itu, sesungguhnya hanya mereka sendirilah yang mewajibkannya atas diri mereka.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
untuk mencari keridaan Allah. (Al-Hadid: 27)
Ada dua pendapat sehubungan dengan makna ayat ini. Pendapat pertama mengatakan bahwa mereka bermaksud dengan hal itu untuk mendapat rida Allah; ini menurut apa yang dikatakan oleh Sa’id ibnu Jubair dan Qatadah. Pendapat yang lainnya mengatakan bahwa padahal Kami tidak mewajibkan hal itu kepada mereka, sesungguhnya yang Kami wajibkan kepada mereka hanyalah mencari rida Allah.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
lalu mereka tidak memeliharanya dengan pemeliharaan yang semestinya. (Al-Hadid: 27)
Yakni mereka tidak memelihara apa yang mereka wajibkan atas diri mereka dengan pemeliharaan yang semestinya. Ini mengandung celaan terhadap mereka dipandang dari dua segi. Pertama, karena mereka telah mengada-adakan sesuatu peraturan di dalam agama Allah, padahal Allah tidak memerintahkannya. Kedua, karena mereka tidak mengerjakan apa yang mereka wajibkan atas diri mereka sendiri, yang mereka anggap sebagai amal taqarrub yang dapat mendekatkan diri mereka kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Abu Hamzah alias Abu Ya’qub Ar-Razi, telah menceritakan kepada kami As-Sirri ibnu Abdi Rabbihi, telah menceritakan kepada kami Bukair ibnu Ma’ruf, dari Muqatil ibnu Hayyan, dari Al-Qasim ibnu Abdur Rahman ibnu Abdullah ibnu Mas’ud, dari ayahnya, dari kakeknya (yaitu Ibnu Mas’ud) yang telah mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda kepadanya, “Hai Ibnu Mas’ud!” Aku menjawab, “Labbaika, ya Rasulullah.” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Tahukah kamu bahwa orang-orang Bani Israil telah berpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan? Tiada suatu golongan pun yang selamat kecuali tiga golongan, yang hidup di antara para raja dan orang-orang yang melampaui batas sesudah Isa putra Maryam a.s. Mereka menyeru kepada agama Allah dan agama Isa putra Maryam, lalu mereka memerangi orang-orang yang melampaui batas, tetapi akhirnya mereka terbunuh dan tetap bersabar dan akhirnya mereka selamat. Kemudian bangkit lagi golongan lainnya yang tidak mempunyai kekuatan untuk berperang, mereka bangkit di antara para raja dan orang-orang yang lalim dan menyeru mereka kepada agama Allah dan agama Isa putra Maryam. Tetapi akhirnya mereka sendirilah yang dibunuh dan dipotong dengan memakai gergaji serta dibakar, mereka sabar dan akhirnya mereka selamat. Kemudian bangkit lagi golongan lainnya yang juga tidak mempunyai kekuatan untuk berperang. Dan mereka tidak mampu untuk menegakkan keadilan, akhirnya mereka mengasingkan diri ke gunung-gunung (daerah pedalaman), lalu mereka menyembah Allah dan mengadakan rahbaniyah. Mereka adalah orang-orang yang disebutkan oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى di dalam firman-Nya, “Dan mereka mengada-adakan rahbaniyyah, padahal Kami tidak mewajibkannya kepada mereka.” (Al-Hadid: 27)
Ibnu Jarir meriwayatkan hadis ini dengan lafaz yang lain melalui jalur lain. Untuk itu ia mengatakan:
telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Abu Talib, telah menceritakan kepada kami Daud ibnul Muhabbar, telah menceritakan kepada kami As-Sa’q ibnu Jarir, telah menceritakan kepada kami Uqail Al-Ja’di, dari Abu Ishaq Al-Hamdani, dari Suwaid ibnu Gaflah, dari Abdullah ibnu Mas’ud yang mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ telah bersabda: Orang-orang sebelum kita telah bercerai-berai menjadi tujuh puluh tiga golongan, hanya ada tiga golongan dari mereka yang selamat, sedangkan yang lainnya binasa. Lalu disebutkan hal yang semisal dengan hadis di atas, yang antara lain disebutkan di dalamnya firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Maka Kami berikan kepada orang-orang yang beriman di antara mereka pahalanya. (Al-Hadid: 27) Mereka adalah orang-orang dari kalangan mereka yang beriman kepadaku dan membenarkanku. dan banyak di antara mereka orang-orang fasik. (Al-Hadid: 27) Mereka adalah orang-orang dari kalangan mereka yang mendustakan aku dan menentangku.
Dengan adanya tambahan ini perlu diteliti ulang mengenai keadaan Daud ibnul Muhabbar, karena sesungguhnya dia adalah salah seorang pemalsu hadis. Akan tetapi, Abu Ya’la telah mengisnadkannya dari Syaiban ibnu Farukh, dari As-Sa’q ibnu Hazn dengan sanad yang sama dan lafaz yang semisal sehingga kedudukan hadis ini kuat bila ditinjau dari jalur ini.
Ibnu Jarir dan Abu Abdur Rahman An-Nasai yang lafaz hadis berikut menurut apa yang ada padanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Husain ibnu Hurayyis, telah menceritakan kepada kami Al-Fadl ibnu Musa, dari Sufyan ibnu Sa’id, dari Ata ibnus Sa-ib, dari Sa’id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa dahulu para raja sesudah masa Isa a.s. telah mengubah Taurat dan Injil, sedangkan di kalangan mereka masih ada sejumlah orang-orang yang beriman dan membaca kitab Taurat dan kitab Injil yang asli. Lalu dikatakan kepada raja-raja mereka, “Kami belum pernah menemukan sesuatu yang lebih memberatkan kami selain dari cacian yang dilancarkan oleh mereka (yang beriman), karena sesungguhnya mereka selalu membaca: ‘Barang siapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir’ (Al-Maidah: 44) Yakni ayat-ayat yang semakna dengannya. Selain itu mereka pun mencaci maki sebagian dari amal perbuatan kita dalam bacaan mereka. Maka panggillah mereka dan suruhlah mereka membaca sebagaimana kita membaca, dan suruhlah mereka beriman sebagaimana kita beriman.” Lalu raja mereka memanggil orang-orang yang beriman itu dan menawarkan kepada mereka dua alternatif dibunuh atau membaca kitab seperti bacaan yang dilakukan olehnya (yang telah diubah). Mereka menjawab, “Apakah yang kamu maksud dengan semua ini, biarkanlah kami.” Segolongan dari mereka (yang beriman) mengatakan, “Bangunkanlah untuk kami bangunan yang tinggi, kemudian naikkanlah kami ke atasnya, tetapi berikanlah sesuatu kepada kami agar kami dapat mengangkat makanan dan minuman kami, setelah itu kami tidak akan lagi datang kepada kamu.” Golongan lainnya mengatakan, “Biarkanlah kami mengembara di muka bumi, kami akan makan dan minum sebagaimana hewan-hewan liar minum dan makan. Maka jika kamu dapat menangkap kami di negerimu, silakan bunuh kami.” Golongan lainnya mengatakan, “Bangunkanlah untuk kami biara-biara di padang pasir, maka kami akan menggali sumur sendiri dan kami akan bercocok tanam sayur-mayur, lalu kami tidak akan lagi datang kepada kamu dan tidak pula lewat kepadamu.” Dan tiada suatu kabilah pun melainkan mempunyai hubungan yang erat dengan mereka, dan hal tersebut diberlakukan terhadap mereka. Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menurunkan firman-Nya: Dan mereka mengada-adakan rahbaniyyah, padahal Kami tidak mewajibkannya kepada mereka, tetapi (mereka sendirilah yang mengada-adakannya) untuk mencari keridaan Allah, lalu mereka tidak memeliharanya dengan pemeliharaan yang semestinya. (Al-Hadid: 27) Dan orang-orang yang selain mereka mengatakan, “Kami beribadah sebagaimana si Fulan beribadah, dan kami mengembara sebagaimana si Fulan mengembara, dan kami membangun biara sebagaimana si Fulan membangun biara.” Mereka dalam kemusyrikannya tidak mempunyai pengetahuan apa pun tentang keimanan orang-orang yang dijadikan panutan oleh mereka. Ketika Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى mengutus Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, tiada yang tersisa dari kalangan mereka yang beriman itu kecuali hanya sejumlah kecil saja. Lalu turunlah seseorang dari mereka dari biaranya dan datanglah seorang pengembara dari mereka, dan keluarlah seseorang dari mereka dari gerejanya, lalu mereka beriman kepada Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dan membenarkannya. Maka Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya, niscaya Allah memberikan rahmatNya kepadamu dua bagian. (Al-Hadid: 28) Dua pahala, yang satu karena keimanan mereka kepada Isa putra Maryam dan jerih payah mereka dalam memelihara kitab Taurat dan Injil. Sedangkan yang kedua karena berkat keimanan mereka kepada Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dan kepercayaan mereka kepadanya. Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى: dan menjadikan untukmu cahaya yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan. (Al-Hadid: 28) Yakni Al-Qur’an dan disebabkan mereka mengikuti Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ supaya Ahli Kitab mengetahui. (Al-Hadid: 29) Yaitu orang-orang yang menyerupai kamu. bahwa mereka tiada mendapat sedikit pun akan karunia Allah (j ika mereka tidak beriman kepada Muhammad), dan bahwasanya karunia itu adalah di tangan kekuasaan Allah. Dia berikan karunia itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. (Al-Hadid: 29)
Tetapi konteks riwayat ini mengandung hal-hal yang garib, dan nanti akan diterangkan tafsir kedua ayat ini di tempat yang lain, insya Allah.
Al-Hafiz Abu Ya’la Al-Mausuli mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Isa, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Sa’id ibnu Abdur Rahman ibnu Abul Amya. Sahl ibnu Abu Umamah pernah menceritakan kepadanya bahwa dia dan ayahnya pernah mengunjungi Anas ibnu Malik di Madinah di masa pemerintahan Khalifah Umar ibnu Abdul Aziz, yang saat itu Anas menjabat sebagai Amir Madinah. Anas saat itu sedang mengerjakan suatu salat yang ringan yang seakan-akan salatnya itu seperti salat orang yang sedang musafir atau mendekati itu. Setelah Anas bersalam, Abu Umamah berkata, “Semoga Allah merahmatimu. Bagaimanakah menurutmu, apakah salat ini adalah salat fardu ataukah salat sunat?” Anas menjawab, bahwa sesungguhnya salat yang baru saja ia kerjakan adalah salat fardu, dan sesungguhnya salat tersebut pernah dilakukan oleh Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ Ia tidak akan keliru kecuali bila ia lupa sesuatu yang ia terima dari Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ telah bersabda:
Janganlah kamu memperberat dirimu sendiri, maka akibatnya kamu akan diperberat. Karena sesungguhnya pernah ada suatu kaum yang memperberat terhadap dirinya sendiri, maka akibatnya mereka diperberat. Dan itulah sisa-sisa mereka berada di biara-biara dan gereja-gereja; mereka telah mengada-adakan rahbaniyyah, padahal Kami tidak mewajibkannya kepada mereka.
Kemudian pada keesokan harinya mereka berkata, “Marilah kita berkendara (berangkat) untuk melihat dan mengambil pelajaran.” Anas ibnu Malik menjawab, “Baiklah.” Lalu mereka semua pergi dengan berkendaraan. Ternyata mereka menjumpai perkampungan yang tak berpenghuni, semua penghuninya telah binasa dan punah, temboknya telah runtuh menimpa atap rumah-rumah mereka. Lalu mereka berkata, “Tahukah kamu perkampungan ini?” Anas ibnu Malik menjawab, “Sepanjang pengetahuanku perkampungan ini dan para penghuninya telah dibinasakan oleh perbuatan keji dan dengki. Sesungguhnya dengki itu memadamkan cahaya kebaikan, dan kekejianlah yang membenarkan atau mendustakannya; mata bisa saja berzina, telapak tangan, kaki, jasad dan lisan bisa saja berzina, dan yang membenarkan atau mendustakannya adalah kemaluan yang bersangkutan.”
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma’mar telah menceritakan kepada kami Abdullah, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Zaid yang tuna netra, dari Abu Iyas, dari Iyas ibnu Malik, bahwa Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah Bagi tiap-tiap nabi ada rahbaniyyahnya sendiri dan rahbaniyyah umat ini adalah berjihad di jalan Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى
Al-Hafiz Abu Ya’la telah meriwayatkan hadis ini dari Abdullah ibnu Muhammad ibnu Asma, dari Abdullah ibnul Mubarak, yang lafaznya berbunyi seperti berikut: Bagi tiap-tiap umat ada rahbaniyyahnya sendiri, dan rahbaniyyah umat ini adalah berjihad di jalan Allah.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Husain ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Iyasy (yakni ibnu Ismail), dari Al-Hajjaj ibnu Harun Al-Kala’i dan Uqail ibnu Mudrik As-Sulami, dari Abu Sa’id Al-Khudri r.a., bahwa pernah ada seorang lelaki datang kepadanya, lalu berkata, “Berwasiatlah kepadaku.” Abu Sa’id Al-Khudri r.a. menjawab, “Engkau telah bertanya mengenai hal yang pernah kutanyakan kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ sebelummu, (maka beliau menjawab), ‘Aku berwasiat kepadamu agar bertakwa kepada Allah, karena sesungguhnya takwa itu adalah penghulu segala sesuatu. Berjihadlah kamu, karena sesungguhnya jihad itu adalah rahbaniyyah Islam. Dan berzikirlah kamu kepada Allah dan bacalah Al-Qur’an, karena sesungguhnya hal tersebut adalah rohmu di langit dan sebutanmu di bumi’.”
Imam Ahmad meriwayatkan hadis ini secara munfarid(tunggal), hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
ثُمَّ قَفَّيْنَا “Kemudian Kami iringi,” yakni, Kami sambung, عَلَى آثَارِهِمْ بِرُسُلِنَا وَقَفَّيْنَا بِعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ “di belakang mereka dengan rasul-rasul Kami dan Kami iringi (pula) dengan Isa putra Maryam.” Allah جَلَّ جَلالُهُ secara khusus menyebut Nabi Isa ‘alaihissalam, karena alur pembicaraan ini untuk orang-orang Nasrani, mereka yang mengklaim sebagai pengikut Nabi Isa ‘alaihissalam, وَآتَيْنَاهُ الإنْجِيلَ “Dan Kami berikan kepadanya Injil,” yang termasuk salah satu kitab Allah جَلَّ جَلالُهُ yang mulia, وَجَعَلْنَا فِي قُلُوبِ الَّذِينَ اتَّبَعُوهُ رَأْفَةً وَرَحْمَةً “dan Kami jadikan dalam hati orang-orang yang mengikutinya rasa santun dan kasih sayang.” Ini sejalan dengan Firman Allah جَلَّ جَلالُهُ,
لَتَجِدَنَّ أَشَدَّ النَّاسِ عَدَاوَةً لِلَّذِينَ آمَنُوا الْيَهُودَ وَالَّذِينَ أَشْرَكُوا وَلَتَجِدَنَّ أَقْرَبَهُمْ مَوَدَّةً لِلَّذِينَ آمَنُوا الَّذِينَ قَالُوا إِنَّا نَصَارَى ذَلِكَ بِأَنَّ مِنْهُمْ قِسِّيسِينَ وَرُهْبَانًا وَأَنَّهُمْ لا يَسْتَكْبِرُونَ “Sungguh kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhan-nya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan sungguh kamu dapati orang-orang yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata, ‘Sesungguhnya kami ini orang Nasrani.’ Yang demikian itu disebabkan karena di antara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena sesungguhnya mereka tidak menyombongkan diri.” (Al-Ma`idah: 82).
Karena itulah orang-orang Nasrani adalah orang-orang yang paling berhati lunak ketika mereka masih berada di atas syariat Nabi Isa ‘alaihissalam, وَرَهْبَانِيَّةً ابْتَدَعُوهَا “dan mereka mengadaadakan rahbaniyyah.” Rahbaniyyah adalah ibadah; mereka membuat-buat ibadah sendiri. Ibadah-ibadah karangan mereka itu mereka wajibkan atas diri mereka, padahal Allah جَلَّ جَلالُهُ tidak mewajibkannya atas mereka, tapi mereka sendirilah yang mewajibkannya atas diri mereka sendiri dengan niat mendapatkan keridhaan Allah جَلَّ جَلالُهُ, namun demikian فَمَا رَعَوْهَا حَقَّ رِعَايَتِهَا “mereka tidak memeliharanya dengan pemeliharaan yang semestinya.” Maksudnya, mereka tidak menunaikannya dan tidak melaksanakan hak-haknya. Dengan demikian mereka melakukan dua kelalaian. Mengarang-ngarang sendiri (ajaran agama) dan tidak menunaikan tugas yang mereka sendiri yang mewajibkannya pada diri mereka. Inilah kondisi umum mereka. Namun di antara mereka ada juga yang konsisten di atas perintah Allah جَلَّ جَلالُهُ, karena itulah Allah جَلَّ جَلالُهُ berfirman, فَآتَيْنَا الَّذِينَ آمَنُوا مِنْهُمْ أَجْرَهُمْ “Maka Kami berikan kepada orang-orang yang beriman di antara mereka pahalanya,” yaitu mereka yang beriman kepada Nabi Muhammad صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ di samping beriman kepada Nabi Isa ‘alaihissalam, masing-masing diberi balasan oleh Allah جَلَّ جَلالُهُ berdasarkan keimanannya. وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ “Dan banyak di antara mereka orang-orang yang fasik.”
Sesudah nabi nuh dan ibrahim, kemudian kami susulkan rasul-rasul kami untuk mengikuti jejak mereka, yaitu dengan mengajak umatnya beriman dan mentaati perintah-Nya, dan kami susulkan pula isa putra maryam, dan kami berikan injil kepadanya sebagai pedoman bagi umatnya, dan kami jadikan rasa santun dan kasih sayang kepada sesama manusia dalam hati orang-orang yang mengikutinya. Sebagian dari mereka mengada-adakan rahb’niyyah, yaitu hidup membujang dan mengurung diri dalam biara, padahal kami tidak mewajibkannya kepada mereka. Ka-mi hanya mewajibkan mereka untuk mencari keridaan Allah, tetapi tuntunan itu tidak mereka pelihara dengan semestinya. Maka, kepada orang-orang yang beriman di antara mereka dan berbuat kebajikan, kami berikan pahalanya. Dan banyak di antara mereka yang fasik dengan mengingkari atau mengubah ajaran itu. 28. Allah menerangkan keingkaran ahli kitab pada kenabian Muhammad. Wahai orang-orang yang beriman! bertakwalah kepada Allah. Laksa-nakan semua perintah-Nya dan jauhilah semua larangan-Nya, dan berimanlah kepada rasul-Nya, yaitu nabi Muhammad yang diutus untuk melengkapi dan meluruskan syariat terdahulul. Jika kamu melaksanakannya, niscaya Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian, yaitu kebahagiaan di dunia dan kemuliaan di akhirat, dan menjadikan cahaya terang untukmu yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan dengan tenang tanpa takut tersesat, serta dia akan mengampuni semua dosa kamu bila kamu bertobat dengan sungguh-sungguh. Dan Allah maha pengampun atas dosamu dan dosa seluruh manusia yang bertobat, maha penyayang kepada semua makhluk-Nya.
Al-Hadid Ayat 27 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Hadid Ayat 27, Makna Al-Hadid Ayat 27, Terjemahan Tafsir Al-Hadid Ayat 27, Al-Hadid Ayat 27 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Hadid Ayat 27
Tafsir Surat Al-Hadid Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)