{57} Al-Hadid / الحديد | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | الحشر / Al-Hasyr {59} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Mujadilah المجادلة (Wanita Yang Mengajukan Gugatan) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 58 Tafsir ayat Ke 8.
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ نُهُوا عَنِ النَّجْوَىٰ ثُمَّ يَعُودُونَ لِمَا نُهُوا عَنْهُ وَيَتَنَاجَوْنَ بِالْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَمَعْصِيَتِ الرَّسُولِ وَإِذَا جَاءُوكَ حَيَّوْكَ بِمَا لَمْ يُحَيِّكَ بِهِ اللَّهُ وَيَقُولُونَ فِي أَنْفُسِهِمْ لَوْلَا يُعَذِّبُنَا اللَّهُ بِمَا نَقُولُ ۚ حَسْبُهُمْ جَهَنَّمُ يَصْلَوْنَهَا ۖ فَبِئْسَ الْمَصِيرُ ﴿٨﴾
a lam tara ilallażīna nuhụ ‘anin-najwā ṡumma ya’ụdụna limā nuhụ ‘an-hu wa yatanājauna bil-iṡmi wal-‘udwāni wa ma’ṣiyatir-rasụli wa iżā jā`ụka ḥayyauka bimā lam yuḥayyika bihillāhu wa yaqụlụna fī anfusihim lau lā yu’ażżibunallāhu bimā naqụl, ḥasbuhum jahannam, yaṣlaunahā, fa bi`sal-maṣīr
QS. Al-Mujadilah [58] : 8
Tidakkah engkau perhatikan orang-orang yang telah dilarang mengadakan pembicaraan rahasia, kemudian mereka kembali (mengerjakan) larangan itu dan mereka mengadakan pembicaraan rahasia untuk berbuat dosa, permusuhan dan durhaka kepada Rasul. Dan apabila mereka datang kepadamu (Muhammad), mereka mengucapkan salam dengan cara yang bukan seperti yang ditentukan Allah untukmu. Dan mereka mengatakan pada diri mereka sendiri, “Mengapa Allah tidak menyiksa kita atas apa yang kita katakan itu?” Cukuplah bagi mereka neraka Jahanam yang akan mereka masuki. Maka neraka itu seburuk-buruk tempat kembali.
Wahai Rasul, tidakkah kamu memperhatikan orang-orang Yahudi yang dilarang melakukan pembicaraan yang bisa mengakibatkan keragu-raguan pada hati orang-orang beriman?, kemudian mereka kembali melakukan apa yang dilarang dan melakukan pembicaraan rahasia berupa dosa, permusuhan, dan penentangan terhadap perintah Rasulullah? Wahai Rasul, apabila orang-orang Yahudi itu datang kepadamu untuk suatu urusan, mereka akan menyampaikan hormat kepadamu dengan penghormatan yang tidak diajarkan Allah sebagai penghormatan bagimu. Mereka akan berkata, “As-Saamu ‘alaika,” artinya adalah kematian hanya untukmu. Mereka saling berkata, “Mengapakah Allah tidan menurunkan hukuman kepada kita atas apa yang kita ucapkan kepada Muhammad jika dia memang benar seorang rasul?” Cukuplah neraka Jahanam bagi mereka, neraka yang sangat panas dan seburuk-buruknya tempat kembali.
Ibnu Abu Najih telah meriwayatkan dari Mujahid sehubungan dengan makna firman-Nya: Apakah tiada kamu perhatikan orang-orang yang telah dilarang mengadakan pembicaraan rahasia, kemudian mereka kembali (mengerjakan) larangan itu. (Al-Mujadilah: 8) Bahwa yang dimaksud dengan mereka adalah orang-orang Yahudi; hal yang sama telah dikatakan oleh Muqatil dan Ibnu Hayyan.
Disebutkan bahwa dahulu antara Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dan orang-orang Yahudi telah diadakan perjanjian perdamaian. Dan tersebutlah bahwa mereka apabila melihat seseorang dari sahabat Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ lewat di hadapan mereka, maka mereka duduk dan saling berbisik-bisik di antara sesama mereka, hingga orang mukmin itu mengira bahwa mereka berbisik untuk merencanakan suatu makar guna membunuhnya, atau merencanakan suatu hal yang tidak disukai oleh orang mukmin itu. Apabila orang mukmin itu melihat mereka berbuat demikian, maka dia merasa takut kepada mereka, akhirnya dia tidak jadi melewati mereka. Maka Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ melarang mereka mengadakan pembicaraan rahasia; tetapi mereka membandel dan kembali melakukan perbuatannya, maka barulah Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menurunkan firman-Nya: Apakah tiada kamu perhatikan orang-orang yang telah dilarang mengadakan pembicaraan rahasia, kemudian mereka kembali (mengerjakan) larangan itu. (Al-Mujadilah: 8)
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnul Munzir Al-Hizami, telah menceritakan kepadaku Sufyan ibnu Hamzah, dari Kasir, dari Zaid, dari Rabih ibnu Abdur Rahman ibnu Abu Sa’id Al-Khudri, dari ayahnya, dari kakeknya yang menceritakan bahwa dahulu kami bergiliran menjaga Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dan menginap di dekat rumah beliau, karena bila ada suatu urusan di malam hari menyangkut beliau atau beliau memerlukan suatu kebutuhan. Di suatu malam orang-orang yang berjaga dengan suka rela semakin banyak jumlahnya, hingga kami membentuk kelompok-kelompok dan kami pun asyik berbincang-bincang di antara kami. Maka keluarlah Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dan bertanya, “Rahasia apakah yang kalian bicarakan, bukankah kalian dilarang melakukan pembicaraan rahasia?” Kami menjawab, “Kami bertobat kepada Allah. Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami sedang membicarakan tentang Al-Masih (Dajjal) karena kami takut kepadanya.” Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda; “Maukah aku beritakan kepada kalian tentang sesuatu hal yang paling aku khawatirkan akan menimpa kalian?” Kami menjawab, “Tentu saja kami mau, wahai Rasulullah.” Maka beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Syirik yang tersembunyi, yaitu bila seseorang bangkit beramal karena kedudukan seseorang lainnya.
Sanad hadis garib dan di dalamnya terdapat sebagian perawi yang berpredikat daif.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
dan mereka mengadakan pembicaraan rahasia untuk berbuat dosa, permusuhan dan durhaka kepada Rasul. (Al-Mujadilah: 8)
Mereka membicarakan perbuatan dosa di antara sesama mereka yang khusus hanya menyangkut diri mereka.
dan permusuhan. (Al-Mujadilah: 8)
Yakni yang berkaitan dengan orang lain, dan termasuk ke dalam pengertian ini ialah perbuatan durhaka kepada Rasul dan menentangnya. Mereka bertekad untuk mengerjakannya dan saling memerintahkan di antara sesama mereka untuk itu.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Dan apabila mereka datang kepadamu, mereka mengucapkan salam kepadamu dengan memberi salam yang bukan sebagai yang ditentukan Allah untukmu. (Al-Mujadilah: 8)
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa’id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Ibnu Namir, dari Al-A’masy, dari Masruq, dari Aisyah yang mengatakan bahwa pernah orang-orang Yahudi masuk menemui Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, lalu mereka mengucapkan, “Ass’amu ‘alaika (semoga kebinasaan menimpa dirimu), hai Abul Qasim.” Maka Aisyah menjawab, “Wa ‘alaikumus s’am (semoga kamulah yang tertimpa kebinasaan).” Maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, “Hai Aisyah, sesungguhnya Allah tidak menyukai kata-kata yang keji dan perbuatan yang keji.” Aisyah r.a. berkata, “Tidakkah engkau mendengar apa yang mereka katakan? Mereka mengatakan, ‘Ass’amu ‘alaika'” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ balik bertanya, “Tidakkah engkau mendengar apa yang kukatakan kepada mereka? Aku katakan kepada mereka, ‘Wa’alaikum’ (semoga kamulah yang demikian itu).” Maka Allah menurunkan firman-Nya: Dan apabila mereka datang kepadamu, mereka mengucapkan salam kepadamu dengan memberi salam yang bukan sebagai yang ditentukan Allah untukmu. (Al-Mujadilah: 8)
Menurut riwayat yang lain, Aisyah berkata kepada mereka, “Semoga kalianlah yang tertimpa kebinasaan, celaan, dan laknat,” dan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda:
Sesungguhnya diperkenankanlah bagi kita terhadap mereka, dan tidak diperkenankanlah bagi mereka terhadap kita.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Bisyr, telah menceritakan kepada kami Yazid, telah menceritakan kepada kami Sa’id, dari Qatadah, dari Anas ibnu Malik, bahwa ketika Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ sedang duduk bersama sahabat-sahabatnya, tiba-tiba datanglah seorang Yahudi kepada mereka, lalu mengucapkan salam kepada mereka, dan mereka menjawab salamnya. Maka Nabi Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى bertanya, “Tahukah kalian, apa yang telah dikatakan olehnya?” Mereka menjawab, “Itu salam, wahai Rasulullah.” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, “Tidak, bahkan dia mengatakan, ‘Samun ‘alaikum, ‘yakni mereka mengharapkan kebinasaan bagi agama kalian. Lalu Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, “Jawablah dia dengan yang serupa.” Maka mereka menjawabnya, dan Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bertanya, “Apakah kamu telah mengatakan, ‘Samun ‘alaikum?’ Lelaki Yahudi itu menjawab, “Ya.” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda:
Apabila ada Ahli Kitab yang mengucapkan salam kepadamu, maka jawablah olehmu dengan kalimat ‘”Alaika”.
Artinya, semoga kamulah yang tertimpa apa yang kamu katakan itu.
Asal hadis Anas diketengahkan di dalam kitab sahih. Hadis ini di dalam kitab sahih diriwayatkan melalui Aisyah r.a. dengan lafaz yang semisal.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Dan mereka mengatakan pada diri mereka sendiri, “Mengapa Allah tiada menyiksa kita disebabkan apa yang kita katakan itu?” (Al-Mujadilah: 8)
Yakni apa yang mereka lakukan dan yang mereka katakan itu berupa melipat kata-kata dan memberikan prakira kepada lawan bicara seakan-akan kata-kata itu adalah salam. Padahal sesungguhnya kata-kata itu sebenarnya merupakan cacian. Selain dari itu mereka mengatakan dalam dirinya sendiri bahwa seandainya orang ini (maksudnya Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) adalah seorang nabi, niscaya Allah akan mengazab kami karena perkataan yang kami tujukan terhadapnya yang batinnya mengandung cacian. Allah Maha Mengetahui apa yang kita sembunyikan (rahasiakan); sekiranya dia benar seorang nabi, pastilah dalam waktu dekat Allah akan menyegerakan siksaan-Nya di dunia ini atas diri kita. Maka Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menjawab ucapan mereka itu melalui firman-Nya:
Cukuplah bagi mereka neraka Jahanam. (Al-Mujadilah: 8)
Maksudnya, neraka Jahanam, sudah cukup untuk mereka di hari kemudian.
yang akan mereka masuki. Dan neraka itu adalah seburuk-buruk tempat kembali. (Al-Mujadilah: 8)
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdus Samad, telah menceritakan kepada kami Hammad, bahwa Ata ibnus Sa’ib telah meriwayatkan dari ayahnya, dari Abdullah ibnu Amr, bahwa dahulu orang-orang Yahudi sering mengucapkan kata-kata samun ‘alaika’ kepada Rasulullah. Dan mereka berkata dalam dirinya sendiri bahwa mengapa Allah tidak menyiksa kami karena perkataan yang kami ucapkan? Maka turunlah ayat ini, yaitu firman-Nya: Dan apabila mereka datang kepadamu, mereka mengucapkan salam kepadamu dengan memberi salam yang bukan sebagai yang ditentukan Allah kepadamu. Dan mereka mengatakan pada diri mereka sendiri, “Mengapa Allah tiada menyiksa kita disebabkan apa yang kita katakan itu?” Cukuplah bagi mereka neraka Jahanam yang akan mereka masuki. Dan neraka itu adalah seburuk-buruk tempat kembali. (Al-Mujadilah: 8)
Sanadnya cukup baik, tetapi mereka tidak mengetengahkannya.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan apabila mereka datang kepadamu, mereka mengucapkan salam kepadamu dengan memberi salam yang bukan sebagai yang ditentukan Allah. (Al-Mujadilah: 8) Bahwa dahulu orang-orang munafik apabila memberi salam kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, mereka mengatakan, “Samun ‘alaika.” Maka Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman: Cukuplah bagi mereka neraka Jahanam yang akan mereka masuki. Dan neraka itu adalah seburuk-buruk tempat kembali. (Al-Mujadilah: 8)
Tafsir Ayat:
النَّجْوَى “Pembicaraan rahasia” adalah pembicaraan antara dua orang atau lebih yang membahas kebaikan atau keburukan. Allah جَلَّ جَلالُهُ memerintahkan orang-orang yang beriman agar membicarakan kebaikan ketika berbicara secara rahasia. Kebaikan adalah kata menyeluruh untuk seluruh kebaikan, ketaatan, menunaikan hak-hak Allah جَلَّ جَلالُهُ, hak-hak sesama manusia, takwa, dan lainnya. Dan yang dimaksud dalam ayat ini dengan penggunaan kata menyeluruh adalah agar menjauhi seluruh keharaman dan dosa. Orang Mukmin pasti menunaikan perintah ilahi ini. Tidaklah Anda melihatnya berbisik-bisik atau berbicara kecuali membahas sesuatu yang bisa mendekatkan diri mereka kepada Allah جَلَّ جَلالُهُ dan menjauhkan mereka dari murkaNya.
Adapun orang-orang durjana dan pendosa saling memandang rendah perintah-perintah Allah جَلَّ جَلالُهُ serta berbisik-bisik dengan dosa dan permusuhan serta mendurhakai Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, seperti halnya orang-orang munafik. Itulah kebiasaan mereka dan kondisi mereka bersama Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. Allah جَلَّ جَلالُهُ berfirman, وَإِذَا جَاءُوكَ حَيَّوْكَ بِمَا لَمْ يُحَيِّكَ بِهِ اللَّهُ “Dan apabila mereka datang kepadamu, mereka mengucapkan salam kepadamu dengan memberi salam yang bukan sebagaimana yang ditentukan Allah untukmu.” Maksudnya, mereka tidak sopan ketika memberi ucapan salam kepadamu, وَيَقُولُونَ فِي أَنْفُسِهِمْ “dan mereka mengatakan pada diri mereka sendiri,” maksudnya, mereka merahasiakan pembicaraan yang dibeberkan oleh Allah جَلَّ جَلالُهُ Yang Mengetahui hal yang ghaib dan nyata, yaitu pembicaraan mereka, لَوْلا يُعَذِّبُنَا اللَّهُ بِمَا نَقُولُ “Mengapa Allah tidak menyiksa kita disebabkan apa yang kita katakan itu.” Maksudnya, mereka meremehkan hal itu dengan berdalih tidak disegerakannya azab dan hukuman untuk mereka dengan alasan pembicaraan mereka itu tidak terlarang.
Allah جَلَّ جَلالُهُ berfirman seraya menjelaskan bahwa Dia memberi tangguh bukan melalaikan, حَسْبُهُمْ جَهَنَّمُ يَصْلَوْنَهَا فَبِئْسَ الْمَصِيْرِ “Cukuplah bagi mereka Neraka Jahanam yang akan mereka masuki. Dan neraka itu adalah seburuk-buruk tempat kembali.” Maksudnya, cukuplah Neraka Jahanam bagi mereka yang mencakup berbagai macam siksaan dan kesengsaraan untuk mereka; siksaan-siksaan itu meliputi dan menyakitkan mereka, dan neraka itu adalah seburuk-buruk tempat kembali. Mereka yang disinggung tersebut adalah orang-orang munafik yang menampakkan keimanan dan mengungkapkan kata-kata tersebut kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang menurut mereka meng-inginkan kebaikan padahal mereka berdusta. Atau yang dimaksud dalam ayat ini adalah ahli kitab, yaitu orang-orang yang ketika memberi ucapan salam kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menyatakan, “As-Sammu ‘alaika ya Muhammad,” maksud mereka adalah “Matilah kau Muhammad!”
Pada ayat yang lalu disebutkan bahwa tidak satu pun yang tersembunyi bagi Allah, dari bisikan sampai yang diucapkan dengan terang-terangan. Pada ayat ini dijelaskan perjanjian rahasia yang dilakukan orang-orang yahudi di madinah untuk menghancurkan islam, karena mereka tidak menyadari bahwa Allah mengetahui rahasia jahat mereka. Tidakkah engkau, Muhammad, memperhatikan orang-orang, yakni kaum yahudi di madinah, yang telah dilarang mengadakan pembicaraan rahasia untuk memusuhi islam, mencelakakan, dan berusaha membunuh rasulullah, karena mereka telah mengikat perjanjian damai dengan kaum muslim dalam piagam madinah; kemudian mereka kembali mengerjakan larangan itu dengan mengabaikan kesepakatan damai tersebut; dan mereka mengadakan pembicaraan rahasia untuk berbuat dosa, permusuhan, dan durhaka kepada rasul. Mencoba memecah belah persatuan dan kesatuan kaum ansar yang dahulunya bani aus dan khazraj yang suka berperang di antara mereka. Mereka pun memancing-mancing permusuhan dengan cara berbisik-bisik sesama mereka, jika ada seorang muslim yang lewat di hadapan mereka sehingga kaum muslim merasa tidak aman jika berada di perkampungan yahudi. Dan apabila mereka datang kepadamu Muhammad, mereka mengucapkan salam dengan cara yang bukan seperti yang ditentukan Allah untukmu, yaitu dengan ucapan, ‘mudah-Mudahan kematian menimpamu wahai abul qasim. ‘rasulullah menjawab, ‘dan atas kamu juga. ‘ dan, setelah orang-orang yahudi mengucapkan salam penghinaan kepada rasulullah tersebut, mereka mengatakan pada diri mereka sendiri dengan nada menantang, ‘mengapa Allah tidak menyiksa kita atas apa yang kita katakan itu” kalau benar Muhammad seorang rasul, tentu Allah akan mengabulkan jawaban Muhammad, ‘dan atas kamu juga, ‘ bencana atau kematian. Benar Allah akan mengazab setiap orang yang durhaka kepada-Nya, tetapi kapan datangnya azab itu adalah kewenangan Allah. Dia akan menimpakan azab itu bila dikehendaki-Nya, namun yang pasti adalah cukuplah bagi mereka neraka jahanam yang akan mereka masuki dengan kehinaan dan penderitaan abadi. Maka neraka itu seburuk-buruk tempat kembali di akhirat yang kekal selama-lamanya bagi orang-orang kafir. 9. Allah lalu mengingatkan orang-orang beriman agar tidak mengikuti kebiasaan yahudi mengadakan pembicaraan rahasia kecuali untuk kebaikan. Wahai orang-orang yang beriman! apabila kamu terpaksa mengadakan atau terlibat dalam pembicaraan rahasia, maka perhatikanlah, janganlah kamu membicarakan perbuatan dosa, perencanaan, cara maupun strategi; dan jangan pula membahas permusuhan, kebencian, dan fitnah; dan jangan pula membicarakan perbuatan yang tergolong durhaka kepada rasul, namun, jika terpaksa mengadakan atau terlibat dalam pembicaraan rahasia, maka bicarakanlah tentang perbuatan kebajikan meliputi perdamaian, dan kerukunan hidup beragama, dan penguatan takwa kepada Allah. Dan bertakwalah kepada Allah, wahai seluruh umat dengan menjaga kesinambungan iman dan ibadah, serta amal saleh, yang kepada-Nya kamu akan dikumpulkan kembali pada hari kiamat untuk mempertanggung jawabkan hidup di hadapan Allah.
Al-Mujadilah Ayat 8 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Mujadilah Ayat 8, Makna Al-Mujadilah Ayat 8, Terjemahan Tafsir Al-Mujadilah Ayat 8, Al-Mujadilah Ayat 8 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Mujadilah Ayat 8
Tafsir Surat Al-Mujadilah Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)