{58} Al-Mujadilah / المجادلة | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | الممتحنة / Al-Mumtahanah {60} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Hasyr الحشر (Pengusiran) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 59 Tafsir ayat Ke 2.
هُوَ الَّذِي أَخْرَجَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ مِنْ دِيَارِهِمْ لِأَوَّلِ الْحَشْرِ ۚ مَا ظَنَنْتُمْ أَنْ يَخْرُجُوا ۖ وَظَنُّوا أَنَّهُمْ مَانِعَتُهُمْ حُصُونُهُمْ مِنَ اللَّهِ فَأَتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ حَيْثُ لَمْ يَحْتَسِبُوا ۖ وَقَذَفَ فِي قُلُوبِهِمُ الرُّعْبَ ۚ يُخْرِبُونَ بُيُوتَهُمْ بِأَيْدِيهِمْ وَأَيْدِي الْمُؤْمِنِينَ فَاعْتَبِرُوا يَا أُولِي الْأَبْصَارِ ﴿٢﴾
huwallażī akhrajallażīna kafarụ min ahlil-kitābi min diyārihim li`awwalil-ḥasyr, mā ẓanantum ay yakhrujụ wa ẓannū annahum māni’atuhum ḥuṣụnuhum minallāhi fa atāhumullāhu min ḥaiṡu lam yaḥtasibụ wa qażafa fī qulụbihimur-ru’ba yukhribụna buyụtahum bi`aidīhim wa aidil-mu`minīna fa’tabirụ yā ulil-abṣār
QS. Al-Hasyr [59] : 2
Dialah yang mengeluarkan orang-orang kafir di antara Ahli Kitab dari kampung halamannya pada saat pengusiran yang pertama. Kamu tidak menyangka, bahwa mereka akan keluar dan mereka pun yakin, benteng-benteng mereka akan dapat mempertahankan mereka dari (siksaan) Allah; maka Allah mendatangkan (siksaan) kepada mereka dari arah yang tidak mereka sangka-sangka. Dan Allah menanamkan rasa takut ke dalam hati mereka; sehingga memusnahkan rumah-rumah mereka dengan tangannya sendiri dan tangan orang-orang mukmin. Maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, wahai orang-orang yang mempunyai pandangan!
Dialah Allah yang mengeluarkan orang-orang yang mendustakan kenabian Muhammad sallallahu alaihi wa sallam dari kalangan Ahli Kitab, (yaitu Yahudi bani Nadhir) dari rumah-rumah mereka yang bertetangga dengan kaum muslimin sekitar Madinah, itulah awal pengusiran mereka dari jazirah Arab ke Syam. Wahai kaum muslimin, sedikit pun kalian tidak menyangka bahwa mereka keluar dari rumah masing-masing dalam keadaan hina dan rendah karena kerasnya perlawanan dan kuatnya pertahanan mereka. Orang-orang Yahudi sendiri pun menyangka bahwa benteng mereka mampu menghalang siksa Allah. Namun, tidak ada seorang pun yang mampu menghalaunya. Allah memberikan pertolongan kepada mereka dari arah yang tidak sedikit pun pernah terlintas di benak mereka. Allah memberikan perasaan takut dan khawatir kepada orang-orang Yahudi itu sehingga rumah mereka sendiri pun dirubuhkan oleh tangan mereka sendiri dan tangan orang-orang beriman. Wahai orang-orang yang mempunyai pandangan selamat dan akal yang sehat, ambilah pelajaran dari yang apa yang terjadi kepada mereka.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Dialah yang mengeluarkan orang-orang kafir di antara Ahli Kitab. (Al-Hasyr: 2)
Yakni orang-orang Yahudi Bani Nadir, menurut Ibnu Abbas, Mujahid, dan Az-Zuhri serta lain-lainnya yang bukan hanya seorang.
Dahulu Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ketika tibadi Madinah mengadakan perjanjian perdamaian dengan mereka, dan beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ memberikan janji dan jaminan kepada mereka bahwa beliau tidak akan memerangi mereka dan mereka tidak boleh memerangi beliau. Kemudian mereka merusak perjanjian yang telah disepakati antara mereka dan Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ Maka Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menimpakan pembalasan-Nya kepada mereka yang tidak dapat ditolak, dan Allah menurunkan kepada mereka ketetapan-Nya yang tidak dapat dihalang-halangi. Maka Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ mengusir mereka dari benteng-benteng mereka yang kuat, padahal kaum muslim tidak menginginkan apa yang ada di dalamnya. Mereka mengira bahwa benteng-benteng mereka dapat melindungi mereka dari pembalasan Allah; ternyata benteng-benteng mereka itu sama sekali tiada gunanya bagi pembalasan Allah, dan mereka ditimpa oleh pembalasan Allah yang tidak mereka duga-duga sebelumnya. Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ memberangkatkan dan mengusir mereka dari Madinah, dan ada segolongan dari mereka yang berangkat menuju Azri’at, bagian dari dataran tinggi negeri Syam yang merupakan tanah mahsyar dan tanah dihimpunkannya orang-orang yang dibangkitkan dari kuburnya. Segolongan dari mereka ada yang pergi ke tanah Khaibar, dan Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ mengusir mereka dari tempat tinggalnya dengan syarat bahwa mereka boleh membawa apa yang kuat dibawa oleh unta kendaraan mereka. Untuk itu mereka terlebih dahulu merusak semua barang yang terdapat di dalam rumah-rumah mereka yang tidak dapat mereka bawa dengan cara membakarnya. Karena itulah maka disebutkan oleh firman-Nya:
Mereka memusnahkan rumah-rumah mereka dengan tangan mereka sendiri dan tangan orang-orang yang beriman. Maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, hai orang-orang yang mempunyai pandangan. (Al-Hasyr: 2)
Yakni renungkanlah akibat yang dialami oleh orang-orang yang menentang perintah Allah dan menentang Rasul-Nya, serta mendustakan Kitab-Nya, bagaimana Allah menimpakan pembalasan-Nya kepada mereka, yang membuat mereka terhina di dunia ini disertai dengan azab yang pedih yang telah disediakan oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى di hari kemudian (hari akhirat).
Abu Daud mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Daud dan Sufyan, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Ma’mar, dari Az-Zuhri, dari Abdur Rahman ibnu Ka’b ibnu Malik, dari seseorang sahabat Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, bahwa orang-orang kafir Quraisy pernah berkirim surat kepada Ibnu Ubay ibnu Salul dan orang-orang yang bersamanya dari kalangan penyembah berhala dari kabilah Aus dan Khazraj, sedangkan Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ saat itu berada di Madinah sebelum kejadian Perang Badar. Isi surat itu menyatakan, “Sesungguhnya kamu mendekatkan diri kamu kepada musuh kami (maksudnya Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ), padahal kami telah bersumpah untuk memeranginya. Kalau begitu kami akan mengusir kamu atau kami akan mengerahkan semua bala tentara kami, hingga kami akan bunuh semua prajurit kalian dan akan kami tawan semua kaum wanita kalian.”
Ketika surat tersebut sampai kepada Abdullah ibnu Ubay dan para pengikutnya dari kalangan penyembah berhala, maka mereka bersepakat untuk memerangi Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ Dan ketika berita itu sampai kepada Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, maka beliau menjumpai mereka dan berkata kepada mereka, “Sesungguhnya telah sampai kepada kalian ancaman orang-orang Quraisy yang berlebihan itu. Padahal di balik itu tipu muslihat mereka hanyalah untuk mencari-cari alasan buat memerangi kalian, mereka pada hakikatnya ingin memerangi anak-anak kalian dan saudara-saudara kalian.” Setelah mereka mendengar perkataan Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, maka mereka pun bubar dan mengurungkan niatnya.
Berita itu sampai kepada orang-orang Quraisy. Dan sesudah Perang Badar, orang-orang Quraisy kembali menulis surat kepada orang-orang Yahudi Madinah, yang isinya mengatakan, “Sesungguhnya kalian adalah para pemilik kebun dan benteng-benteng, dan sesungguhnya kalian harus memerangi teman kami (yakni Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) atau kami akan melakukan anu dan anu terhadap kalian, dan tiada sesuatu pun yang akan menghalang-halangi kami dari gelang-gelang kaki kaum wanita kalian.”
Ketika berita surat mereka itu sampai kepada Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, ternyata orang-orang Bani Nadir termakan oleh isi surat itu dan bertekad untuk merusak perjanjian mereka dengan Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ Lalu mereka mengirimkan utusannya kepada Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dengan membawa pesan, “Keluarlah kamu bersama tiga puluh orang lelaki dari sahabat-sahabatmu, maka akan keluar pula dari kami tiga puluh orang pendeta, dan kita akan bertemu di pertengahan jalan. Biarkanlah mereka mendengar darimu; jika mereka membenarkan kamu dan beriman kepadamu, maka kami pun akan beriman kepadamu.”
Pada keesokan harinya Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ berangkat menemui mereka dengan membawa sejumlah besar pasukannya, lalu beliau mengepung mereka dan berkata kepada mereka:
Sesungguhnya kalian, demi Allah, jangan dulu menyatakan beriman di hadapanku kecuali setelah mengemukakan suatu janji yang kalian pegang teguh terhadapku.
Ternyata mereka tidak mau memberikan janji itu kepada Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ Maka Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ memerangi mereka di hari itu juga. Kemudian pada keesokan harinya Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ berangkat dengan pasukannya menuju ke tempat Bani Quraizah, dan beliau membiarkan Bani Nadir, lalu beliau menyeru mereka untuk menyatakan perjanjian mereka kepada Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ hingga akhirnya mereka mau mengemukakannya. Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ meninggalkan mereka, kemudian langsung menuju ke tempat Bani Nadir dengan pasukannya, dan beliau memerangi mereka hingga akhirnya mereka mau menerima untuk diusir. Bani Nadir akhirnya diusir, dan mereka membawa apa yang dapat mereka bawa melalui unta-unta kendaraan mereka dari barang-barang mereka dan pintu-pintu rumah-rumah mereka berikut semua kayu (kusen-kusen)nya. Tersebutlah pula bahwa kebun kurma milik Bani Nadir khusus untuk Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ Allah telah memberikannya khusus untuk beliau. Untuk itu Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman:
Dan apa saja harta rampasan (fa’i) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya (dari harta benda) mereka, maka untuk mendapatkan itu kamu tidak mengerahkan seekor kuda pun dan (tidak pula) seekor unta pun. (Al-Hasyr: 6)
Kalau menurut kami, singkatnya tanpa melalui peperangan. Kemudian Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ memberikan sebagian besarnya kepada kaum Muhajirin yang dibagikan di antara mereka, dan sebagian darinya beliau bagikan kepada dua orang lelaki Ansar yang miskin, dan beliau tidak memberi orang-orang Ansar dari bagian itu selain keduanya. Sedangkan sisanya masih tetap sebagai sedekah Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang berada di tangan anak-anak Fatimah. Untuk itu marilah kita sebutkan secara ringkas kisah peperangan Bani Nadir ini, dan hanya kepada Allah-lah kita memohon pertolongan.
Latar belakang terjadinya perang ini menurut keterangan yang diketengahkan oleh para penulis kitab Al-Magazi dan Sirah disebutkan bahwa ketika sejumlah sahabat terbunuh di sumur Ma’unah —yang jumlah mereka ada tujuh puluh orang sahabat Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ—ternyata seseorang dari mereka ada yang lolos, yaitu Amr ibnu Umayyah Ad-Dimri. Dan ketika ia dalam perjalanan pulangnya ke Madinah, dia membunuh dua orang lelaki dari kalangan Bani Amir, padahal kedua orang tersebut telah mengikat perjanjian perdamaian dengan Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dan perjanjian keamanan; hal tersebut tidak diketahui oleh Amr. Ketika Amr kembali ke Madinah, ia menceritakan hal itu kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ Maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda:
Sesungguhnya engkau telah membunuh dua orang lelaki, aku benar-benar harus membayar diatnya.
Dan tersebutlah bahwa antara Bani Nadir dan Bani Amir telah terikat suatu pakta pertahanan bersama dan perjanjian perdamaian. Maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ keluar menuju ke tempat Bani Nadir dengan tujuan untuk meminta bantuan kepada mereka sehubungan dengan diat kedua lelaki tersebut.Tersebutlah pula bahwa tempat tinggal Bani Nadir berada di luar kota Madinah sejauh beberapa mil sebelah timurnya.
Muhammad ibnu Ishaq ibnu Yasar di dalam kitab Sirah-nya menyebutkan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ keluar menuju ke tempat Bani Nadir untuk meminta bantuan dari mereka sehubungan dengan diat kedua lelaki yang telah dibunuh oleh Amr ibnu Umayyah Ad-Dimri, demi melindungi hak keduanya yang telah mengadakan perjanjian perdamaian dengan beliau. Demikianlah menurut apa yang telah diceritakan kepadaku oleh Yazid ibnu Ruman. Dan tersebutlah di antara Bani Nadir dan Bani Amir telah diadakan perjanjian pakta pertahanan bersama.
Ketika Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ datang kepada mereka dan meminta bantuan kepada mereka sehubungan dengan diat kedua lelaki itu, mereka (Bani Nadir) berkata, “Baiklah, hai Abul Qasim, kami akan membantumu sesuai dengan permintaan yang engkau ajukan kepada kami.” Kemudian sebagian dari mereka berbicara secara khusus dengan sebagian lainnya. Mereka mengatakan, “Sesungguhnya kalian tidak akan menjumpai lelaki ini bersikap seperti sekarang ini seterusnya —saat itu Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ berada di sebelah tembok dari salah satu rumah-rumah mereka—. Maka siapakah dari kalian yang mau naik ke atas rumah itu, lalu menimpakan batu besar kepadanya dari atas rumah agar kita terbebas dari dia?” Akhirnya seseorang dari mereka yang dikenal dengan nama Amr ibnu Jahhasy ibnu Ka’b bersedia melakukan tugas itu, lalu ia mengatakan, “Aku bersedia melakukannya.” Maka naiklah ia ke atas rumah itu untuk menjatuhkan batu besar kepada Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dari atasnya sesuai dengan permintaan mereka.
Saat itu Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ditemani oleh beberapa orang dari sahabatnya, antara lain Abu Bakar, Umar, dan Ali. Maka datanglah berita dari langit kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang menceritakan perihal makar yang akali dilakukan oleh kaum Bani Nadir. Akhirnya beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bangkit dan pulang ke Madinah.
Ketika mereka (Bani Nadir) merasa kehilangan Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dan sahabat-sahabatnya, mereka bangkit mencarinya, lalu mereka bersua dengan seorang lelaki yang baru tiba dari Madinah. Mereka menanyai lelaki itu tentang Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, lalu lelaki itu menjawab, “Aku melihatnya sedang memasuki kota Madinah.” Para sahabat lainnya yang ada di Madinah melihat kedatangan Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ Mereka datang menyambutnya, lalu Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menceritakan kepada mereka tentang pengkhianatan yang telah direncanakan oleh orang-orang Yahudi Bani Nadir. Selanjutnya Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ memerintahkan kepada mereka untuk bersiap-siap guna memerangi Bani Nadir.
Kemudian Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ berangkat bersama pasukannya hingga sampai di tempat Bani Nadir, lalu orang-orang Bani Nadir berlindung di dalam benteng-benteng mereka. Maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ memerintahkan kepada pasukan kaum muslim untuk menebangi pohon kurma milik mereka dan membakarnya. Akhirnya mereka berseru, “Hai Muhammad, bukankah engkau telah melarang perbuatan kerusakan di muka bumi, dan engkau mencela para pelakunya? Lalu mengapa pohon-pohon kurma itu ditebangi dan dibakari?”
Tersebutlah bahwa segolongan orang dari Bani Auf ibnul Khazraj —antara lain Abdullah ibnu Ubay ibnu Salul, Wadi’ah, Malik ibnu Abu Qauqal, Suwaid, dan Dais—telah mengirimkan mata-matanya kepada Bani Nadir dengan membawa pesan, “Bertahanlah kalian dan janganlah menyerah, karena sesungguhnya kami tidak akan membiarkan kalian. Jika kalian diperangi, maka kami akan berperang bersama kalian membela kalian; dan jika kalian keluar, maka kami akan ikut keluar bersama kalian.” Lalu mereka menunggu-nunggu saat tersebut untuk memberikan bantuan, tetapi mereka tidak melakukannya karena hati mereka telah dicekam oleh rasa gentar dan takut (kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dan pasukan kaum muslim). Akhirnya mereka meminta kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ untuk tidak mengalirkan darah mereka (Bani Nadir) dan membiarkan mereka diusir, serta membiarkan mereka membawa sebagian dari hartanya yang dapat dibawa oleh unta kendaraan mereka kecuali kebun-kebun kurma mereka. Permintaan mereka disetujui. Akhirnya Bani Nadir membawa harta mereka yang dapat dibawa oleh unta kendaraan mereka. Tersebutlah bahwa seseorang dari mereka merobohkan rumahnya dan mengambil pintu rumahnya, lalu menaruhnya di atas punggung untanya, kemudian ia pergi dengan membawanya.
Mereka keluar menuju ke Khaibar, dan sebagian dari mereka ada yang menuju ke negeri Syam; mereka membiarkan harta mereka untuk Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ Maka harta mereka itu khusus untuk Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang beliau tasaruf-kan menurut apa yang dikehendakinya. Maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ membagi-bagikan harta itu kepada kaum Muhajir pertama, sedangkan orang-orang Ansar —tidak terkecuali Sahl ibnu Hanif dan Abu Dujanah ibnu Samak ibnu Kharsyah, yang konon keduanya fakir— maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ memberikan bagian kepada keduanya.
Disebutkan bahwa tiada yang mau masuk Islam dari kalangan Bani Nadir selain dua orang lelaki, yaitu Yamin ibnu Amr ibnu Ka’b (pamannya Amr ibnu Jahhasy) dan Abu Sa’d ibnu Wahb. Karena keduanya masuk Islam, maka harta milik keduanya tidak diganggu dan tetap dimiliki keduanya.
Ibnu Ishaq mengatakan, telah menceritakan kepadaku salah seorang keluarga Yamin, bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda kepada Yamin: Tidakkah kamu perhatikan apa yang dilakukan oleh anak pamanmu dan rencana makar yang akan dia lancarkan terhadap diriku? Maka Yamin ibnu Amr memberi hadiah kepada seorang lelaki dengan syarat harus terlebih dahulu membunuh Amr ibnu Jahsy, dan ternyata menurut dugaan mereka lelaki itu berhasil membunuhnya.
Ibnu Ishaq mengatakan bahwa surat Al-Hasyr seluruhnya diturunkan di tempat Bani Nadir. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Yunus ibnu Bukair, dari Ibnu Ishaq dengan lafaz yang semisal dengan hadis di atas.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Dialah yang mengeluarkan orang-orang kafir di antara Ahli Kitab. (Al-Hasyr: 2)
Yakni orang-orang Bani Nadir.
dari kampung-kampung mereka pada saat pengusiran yang pertama kali. (Al-Hasyr: 2)
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Umar, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Abu Sa’d, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa barang siapa yang merasa ragu bahwa tanah mahsyar adalah di sini, yakni negeri Syam, hendaklah ia membaca firman-Nya: Dialah yang mengeluarkan orang-orang kafir di antara Ahli Kitab dari kampung-kampung mereka pada saat pengusiran yang pertama kali. (Al-Hasyr: 2) Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ berkata kepada mereka, “Keluarlah kalian.” Mereka menjawab, “Ke mana kami harus pergi?” Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, “Ke tanah mahsyar.”
Telah menceritakan pula kepada kami Abu Sa’id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Abu Usamah, dari Auf, dari Al-Hasan, bahwa ketika Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ mengusir Bani Nadir, beliau bersabda: Ini adalah permulaan hasyr (penggiringan) dan aku berikutnya (nanti di hari kemudian).
Ibnu Jarir meriwayatkan hadis ini dari Bandar, dari Ibnu Abu Addi, dari Auf, dari Al-Hasan dengan sanad yang sama. (Dapat disimpulkan bahwa makna hasyr ada dua, yaitu pengusiran dan penggiringan, pent).
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Kamu tiada menyangka bahwa mereka akan keluar. (Al-Hasyr: 2)
Yakni di masa kalian mengepung dan memblokir mereka, yang memakan waktu enam hari, mengingat benteng-benteng tempat mereka berlindung sangat kuat lagi kokoh. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
dan mereka pun yakin bahwa benteng-benteng mereka akan dapat mempertahankan mereka dari (siksaan) Allah; maka Allah mendatangkan kepada mereka (hukuman) dari arah yang tidak mereka sangka-sangka. (Al-Hasyr: 2)
Yaitu hukuman Allah datang menimpa mereka yang sebelumnya mereka tidak menduga-duganya. Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
Sesungguhnya orang-orang yang .sebelum mereka telah mengadakan makar, maka Allah menghancurkan rumah-rumah mereka dari fondasinya, lalu atap (rumah itu) jatuh menimpa mereka dari atas, dan datanglah azab itu kepada mereka dari tempat yang tidak mereka sadari. (An-Nahl: 26)
Adapun firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Dan Allah mencampakkan rasa gentar ke dalam hati mereka. (Al-Hasyr: 2)
Yakni takut, gentar, dan kaget. Bagaimana tidak terjadi demikian atas diri mereka karena mereka dikepung oleh Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang diberi pertolongan oleh Allah melalui rasa takut dan gentar yang mencekam hati musuh-musuhnya sejauh perjalanan satu bulan.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
mereka memusnahkan rumah-rumah mereka dengan tangan mereka sendiri dan tangan orang-orang yang beriman. (Al-Hasyr: 2)
Tafsir ayat ini telah disebutkan oleh Ibnu Ishaq, yang artinya ialah membongkar bagian yang terbaik dari rumah mereka (seperti atap dan pintu-pintunya), lalu mereka bawa di atas unta kendaraan mereka. Hal yang sama telah dikatakan oleh Urwah ibnuz Zubair dan Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam serta lain-lainnya yang bukan hanya seorang.
Muqatil ibnu Hayyan mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ memerangi mereka; dan apabila beliau berhasil menguasai suatu benteng atau rumah, maka tembok-temboknya dirobohkan agar tempat menjadi luas untuk kancah peperangan. Tersebutlah pula bahwa orang-orang Yahudi Bani Nadir apabila naik ke suatu tempat atau terpukul mundur ke pintu atau rumah, maka mereka melubanginya dari belakang mereka, kemudian menjadikannya sebagai benteng tempat mereka berlindung dengan menutupnya kembali.
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman:
Maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, hai orang-orang yang mempunyai pandangan. (Al-Hasyr: 2)
Dan di antaranya adalah pertolongan Allah جَلَّ جَلالُهُ bagi RasulNya صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ terhadap orang-orang kafir dari Ahli Kitab Bani Nadhir ketika mereka ingkar janji terhadap Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, maka Allah جَلَّ جَلالُهُ mengusir mereka dari tempat tinggal dan tanah air yang mereka cintai.
Dan pengusiran ini adalah awal pengusiran dan eksodus yang telah Allah جَلَّ جَلالُهُ tetapkan melalui tangan RasulNya, Muhammad صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, sehingga mereka pun pergi ke Khaibar. Ayat yang mulia ini menunjukkan bahwa akan ada pengusiran lain bagi mereka selain pengusiran tersebut, dan sungguh telah terjadi ketika Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ mengusir mereka dari Khaibar, kemudian Umar radhiallahu ‘anhu juga mengusir yang tersisa dari mereka darinya.
مَا ظَنَنْتُمْ “Kamu tiada menyangka” wahai kaum Muslimin, أَنْ يَخْرُجُوا “bahwa mereka akan keluar” dari kampung-kampung mereka, karena (adanya) benteng-benteng, pertahanan, dan kekuatan (yang mengitari mereka), ظَنُّوا أَنَّهُمْ مَانِعَتُهُمْ حُصُونُهُمْ مِنَ اللَّهِ “dan mereka pun yakin, bahwa benteng-benteng mereka akan dapat mempertahankan mereka dari (siksaan) Allah,” mereka merasa kagum sehingga menipu daya mereka, dan mereka beranggapan bahwa mereka tidak akan terjangkau serta tidak ada seorang pun yang dapat merobohkan pertahanan mereka.
Namun takdir Allah جَلَّ جَلالُهُ ada di balik semua itu, benteng-benteng itu tidak berguna, dan kekuatan serta pertahanan mereka pun tidak bermanfaat sama sekali. Oleh karena itu Allah جَلَّ جَلالُهُ berfirman, فَأَتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ حَيْثُ لَمْ يَحْتَسِبُوا “Maka Allah mendatangkan kepada mereka (hukuman) dari arah yang tidak mereka sangka-sangka,” maksudnya, dari perkara dan pintu yang tidak pernah sama sekali terbetik dalam benak mereka, di mana Allah جَلَّ جَلالُهُ وَقَذَفَ فِي قُلُوبِهِمُ الرُّعْبَ “mencampakkan ketakutan ke dalam hati mereka,” yaitu ketakutan yang sangat, yang merupakan tentara Allah paling besar yang tidak dapat dikalahkan oleh banyaknya jumlah pasukan, perlengkapan perang, kekuatan maupun keperkasaan. Perkara yang mereka sangkakan, dan yang mereka yakini bahwasanya serangan akan menimpa mereka, jika memang dapat masuk, adalah melalui benteng-benteng yang mereka bertahan dengannya dan itulah yang mulanya membuat mereka tenang.
Namun barangsiapa yang percaya kepada selain Allah, niscaya dia akan ditelantarkan, dan barangsiapa yang bersandar kepada selain Allah, maka bencanalah yang akan dia dapatkan. Datanglah kepada mereka perkara dari langit yang turun merasuki hati mereka yang merupakan tempat keteguhan dan kesabaran, atau sebaliknya tempat ketakutan dan kelemahan. Maka Allah جَلَّ جَلالُهُ menghilangkan kekuatan dan keperkasaannya, serta menaruhkan kelemahan dan ketakutan yang tidak ada kemampuan sedikitpun bagi mereka untuk menolaknya yang akan menjadi penolong bagi mereka. Oleh karena itu Dia جَلَّ جَلالُهُ berfirman, يُخْرِبُونَ بُيُوتَهُمْ بِأَيْدِيهِمْ وَأَيْدِي الْمُؤْمِنِينَ “Mereka memusnahkan rumah-rumah mereka dengan tangan mereka sendiri dan tangan orang-orang yang beriman.” Yang demikian itu karena mereka telah bersepakat dengan Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bahwa mereka dibolehkan membawa barang-barang yang dapat dibawa oleh unta mereka, maka mereka mencabut bagian-bagian dari bangunan-bangunan rumah yang mereka anggap bagus, sehingga mereka menguasakan orang-orang yang beriman untuk merobohkan rumah-rumah mereka dan menghancurkan benteng-benteng mereka disebabkan kelaliman mereka sendiri.
(Jadi) mereka sendirilah yang berbuat kesalahan atas diri mereka dan menjadi faktor terbesar untuk menghancurkan mereka. فَاعْتَبِرُوا يَا أُولِي الأبْصَار “Maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, hai orang-orang yang mempunyai pandangan,” yakni, pandangan yang cerdas dan akal yang sempurna, karena sesungguhnya dalam hal ini terdapat pelajaran yang dengannya dapat diketahui perbuatan Allah جَلَّ جَلالُهُ kepada orang-orang yang menentang kebenaran lagi mengikuti hawa nafsu, yaitu orang-orang yang keperkasaan, kekuatan, benteng-benteng mereka, pertahanan maupun perlindungan kepada mereka, tidak dapat memberikan manfaat, tatkala datang perkara Allah جَلَّ جَلالُهُ, sampailah kepada mereka siksaan yang disebabkan oleh dosa-dosa mereka sendiri. Dan yang dijadikan sebagai sandaran adalah keumuman makna, bukan kekhususan sebab, sesungguhnya ayat ini menunjukkan adanya perintah untuk mengambil pelajaran, yaitu pelajaran bagi orang yang memiliki pandangan dengan pandangannya, mengqiyaskan sesuatu dengan sesuatu yang menyerupainya dan memikirkan apa yang terkandung dalam hukum-hukum berupa makna-makna dan hikmah yang merupakan tempat akal dan pikiran. Dengan demikian akal dapat sempurna, pandangan bercahaya, iman bertambah, dan tercapailah pemahaman yang hakiki.
Allah menyatakan bahwa dialah yang mengeluarkan dengan cara memerintahkan kepada rasulullah untuk mengusir orang-orang kafir di antara ahli kitab, yakni kaum yahudi bani nadir dan bani qainuqa’, dua kabilah yahudi dari kampung halamannya di madinah yang sudah menetap di sana sejak sebelum kelahiran nabi. Peristiwa ini terjadi pada saat pengusiran yang pertama yang dilakukan rasulullah terhadap bani qainuqa’ setelah perang badar. Pengusiran kedua adalah pengusiran terhadap bani nadir dan bani quraizah setelah perang ahzab. Pengusiran ketiga dilakukan oleh ‘umar bin khattab terhadap semua kaum yahudi di madinah, karena pelanggaran mereka terhadap kesepakatan damai. Kamu tidak menyangka, bahwa mereka akan keluar dari madinah dengan mudah, karena sistem pertahanan mereka kuat dan memiliki sdm yang berkualitas. Mereka yakin bahwa Muhammad dan para pengikutnya tidak akan pernah sanggup mengeluarkan mereka dari madinah. Dan mereka pun yakin bahwa benteng-benteng mereka yang kuat dan strategis akan dapat mempertahankan mereka dari hukuman Allah yang dilancarkan kaum muslim kepada mereka. Maka Allah segera mendatangkan hukuman itu kepada mereka, melalui tangan-tangan kaum muslim, setelah bani qainuqa’ menunjukan permusuhan kepada umat islam. Pada waktu yang sama, rencana bani nadir dan bani quraizah untuk membunuh rasulullah terbongkar dari arah yang tidak mereka sangka-sangka, karena mereka tidak mengira rasulullah akan bertindak cepat mengepung benteng mereka. Dan Allah menanamkan rasa takut ke dalam hati mereka, ketika rasulullah memberitahukan bahwa mereka akan diminta keluar dari madinah sehingga mereka dengan inisiatif sendiri memusnahkan rumah-rumah mereka dengan peralatan dan tangannya sendiri agar rumah-rumah itu tidak bisa digunakan oleh kaum muslim; dan rumah-rumah mereka pun dihancurkan oleh tangan orang-orang mukmin yang bertugas dalam operasi pembersihan ini. Maka ambillah pelajaran berharga dari peristiwa pengusiran kaum yahudi di madinah itu wahai orang-orang beriman yang mempunyai pandangan yang luas bahwa kehebatan benteng pertahanan musuh-Musuh Allah dan kerja sama mereka yang kuat bukan penghalang untuk bisa dikalahkan sehingga mereka merasakan kehinaan, terusir dari madinah. 3. Pengusiran yahudi itu bisa terjadi karena dua hal; kepemimpinan rasulullah yang tegas dan keridaan Allah terhadap kaum muslim. Dan sekiranya tidak karena persetujuan Allah yang telah menetapkan hukum sebab-akibat yang menjadi dasar pengusiran mereka, kabilah-kabilah yahudi dari madinah, pasti Allah tetap mengazab mereka dengan cara lain di dalam kehidupan dunia sebagai balasan atas pengkhianatan mereka. Dan di akhirat mereka tetap akan mendapat azab neraka yang pedih selama-lamanya.
Al-Hasyr Ayat 2 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Hasyr Ayat 2, Makna Al-Hasyr Ayat 2, Terjemahan Tafsir Al-Hasyr Ayat 2, Al-Hasyr Ayat 2 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Hasyr Ayat 2
Tafsir Surat Al-Hasyr Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)