{58} Al-Mujadilah / المجادلة | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | الممتحنة / Al-Mumtahanah {60} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Hasyr الحشر (Pengusiran) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 59 Tafsir ayat Ke 8.
لِلْفُقَرَاءِ الْمُهَاجِرِينَ الَّذِينَ أُخْرِجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ وَأَمْوَالِهِمْ يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا وَيَنْصُرُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ ۚ أُولَـٰئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ ﴿٨﴾
lil-fuqarā`il-muhājirīnallażīna ukhrijụ min diyārihim wa amwālihim yabtagụna faḍlam minallāhi wa riḍwānaw wa yanṣurụnallāha wa rasụlah, ulā`ika humuṣ-ṣādiqụn
QS. Al-Hasyr [59] : 8
(Harta rampasan itu juga) untuk orang-orang fakir yang berhijrah yang terusir dari kampung halamannya dan meninggalkan harta bendanya demi mencari karunia dari Allah dan keridaan(-Nya) dan (demi) menolong (agama) Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah orang-orang yang benar.
Demikian pula harta rampasan yang diberikan Allah kepada rasul-Nya itu diberikan kepada orang-orang fakir dari kalangan muhajirin yang telah disiksa dan diusir kaum kafir Makkah hingga mereka meninggalkan kampung dan harta benda mereka. Mereka berharap mendapat anugerah dari Allah. rezeki di dunia dan ridha-Nya di akhirat. Mereka berperang di jalan Allah dan menolong rasul-Nya. Mereka itulah orang-orang yang benar dalam ucapan dan perbuatannya.
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman, menceritakan keadaan orang-orang fakir yang berhak untuk mendapatkan harta fai, bahwa mereka adalah:
Muhajirin yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dari Allah dan keridaan-(Nya). (Al-Hasyr: 8)
Yakni mereka tinggalkan kampung halaman mereka dan menentang kaum mereka demi meraih rida Allah dan ampunan-Nya.
dan mereka menolong Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah orang-orang yang benar. (Al-Hasyr: 8)
Yaitu merekalah orang-orang yang ucapan mereka bersesuaian dengan perbuatannya, mereka adalah para pemimpin kaum Muhajirin.
Allah جَلَّ جَلالُهُ kemudian menjelaskan hikmah dan sebab yang mengharuskan Allah جَلَّ جَلالُهُ memberikan harta rampasan perang untuk golongan-golongan yang ditetapkan tersebut, karena mereka adalah orang-orang yang berhak mendapatkan pertolongan, berhak mendapatkan bagian tersebut, dan harus disegerakan untuk diberikan pada mereka. Mereka berada di antara dua hijrah. Pertama, mereka telah meninggalkan semua yang dicintai seperti rumah, negeri, orang-orang tercinta, kekasih, dan harta demi Allah dan demi menolong Agama Allah جَلَّ جَلالُهُ dan mencintai Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. Mereka adalah orang-orang yang benar, yang berbuat sebagaimana tuntutan keimanan. Mereka membuktikan keimanan dengan amal baik serta ibadah-ibadah berat. Lain halnya orang yang mengaku beriman tapi tidak dibuktikan dengan berjihad dan berhijrah serta ibadah-ibadah lainnya.
Kedua, mereka berada di kalangan kaum Anshar, Aus dan Khazraj, mereka adalah kaum yang beriman kepada Allah جَلَّ جَلالُهُ dan RasulNya secara taat dan suka rela. Mereka memberikan tempat berlindung untuk Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang tidak mereka berikan pada kaum bangsawan maupun rakyat. Mereka menempati negeri hijrah dan iman hingga menjadi tempat orang-orang Mukmin dan kaum Muhajirin berlindung serta menjadi kediaman kaum Mus-limin dalam penjagaannya pada saat seluruh negeri adalah negeri harbi (perang), syirik, dan buruk. Para penolong Agama senantiasa berlindung ke kaum Anshar, hingga Islam menyebar dan kuat serta bertambah dan berkembang sedikit demi sedikit hingga mereka mampu membuka hati manusia dengan ilmu, iman, dan al-Qur`an, serta mampu menaklukkan berbagai negeri dengan senjata.
Di antara sebagian besar sifat orang-orang yang disinggung ini adalah يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ “mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka,” karena kecintaan mereka kepada Allah جَلَّ جَلالُهُ dan RasulNya, mereka mencintai orang-orang yang mencintaiNya dan menolong AgamaNya, وَلا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِمَّا أُوتُوا “dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang Muhajirin),” maksudnya, mereka tidak menaruh sikap hasad terhadap kaum Muhajirin atas karunia yang diberikan Allah جَلَّ جَلالُهُ serta berbagai keutamaan dan sifat baik yang berhak mereka miliki.
Ini menunjukkan bersihnya hati mereka dari sifat dengki, iri, dan hasad. Dan juga menunjukkan bahwa kaum Muhajirin lebih utama dari kaum Anshar, karena Allah جَلَّ جَلالُهُ terlebih dahulu menyebut kaum Muhajirin sebelum kaun Anshar. Allah جَلَّ جَلالُهُ juga mengabarkan bahwa kaum Anshar tidak menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa pun yang diberikan Allah جَلَّ جَلالُهُ pada kaum Muhajirin. Hal ini menunjukkan bahwa Allah جَلَّ جَلالُهُ memberi mereka karunia yang tidak diberikan pada kaum Anshar dan juga pada yang lainnya, karena mereka menyatukan antara menolong Agama Allah جَلَّ جَلالُهُ dan hijrah.
Firman Allah جَلَّ جَلالُهُ, وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ “Dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu).” Maksudnya, di antara sifat-sifat kaum Anshar yang tidak bisa disaingi oleh yang lain dan menjadi karakteristik utama mereka adalah lebih mengutamakan orang lain daripada dirinya sendiri. Sifat ini merupakan puncak berbagai jenis kedermaan. Yaitu mengutamakan orang lain daripada diri sendiri, baik dalam hal harta maupun yang lainnya, padahal sebenarnya mereka juga memerlukannya bahkan sekalipun mereka amat memerlukannya. Sifat seperti altruisme (mengutamakan kepentingan orang lain) ini hanya dimiliki oleh orang yang mempunyai akhlak yang suci dan lebih mencintai Allah جَلَّ جَلالُهُ daripada mencintai keinginan diri dan berbagai kenikmatannya.
Di antaranya adalah kisah seorang Anshar yang menjadi penyebab turunnya ayat ini ketika lebih mengutamakan tamunya dengan memberinya makanan sementara rela membiarkan diri dan keluarganya tidur dalam keadaan lapar.
Kebalikan dari altruisme adalah egoisme. Altruisme adalah sifat terpuji sedangkan egoisme adalah sifat tercela, karena termasuk sifat-sifat kikir dan pelit. Siapa pun yang diberi karunia sifat altruisme, maka telah terjaga dari kekikiran diri. وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ “Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.” Menjaga kekikiran diri mencakup menjaga diri dari kekikiran dalam seluruh hal yang diperintahkan. Sebab jika seorang hamba telah terjaga dari kekikiran dirinya, maka ia merelakan dirinya untuk menunaikan segala perintah Allah جَلَّ جَلالُهُ dan RasulNya. Pekerjaan yang dilakukan semata karena ketaatan dan ketundukan dengan kelapangan dada serta merelakan dirinya untuk menjauhi larangan Allah جَلَّ جَلالُهُ meskipun disenangi oleh jiwa, meski jiwanya menyeru dan ingin melakukannya. Orang yang terjaga dari kekikiran diri juga merelakan diri untuk mencurahkan harta di jalan Allah جَلَّ جَلالُهُ demi mencari keridhaanNya. Dengan demikian ia akan mendapatkan keberuntungan dan kemenangan. Lain halnya dengan orang yang tidak terjaga dari kekikiran dirinya. Bahkan diuji dengan bersifat kikir terhadap kebaikan yang justru menjadi pangkal dan asal-usul keburukan.
Selain disalurkan sebagaimana disebutkan pada ayat di atas, fai’ juga disalurkan untuk orang-orang fakir yang berhijrah yaitu anak-anak yatim dan para duafa yang berhijrah bersama rasulullah ke madinah. Selain itu, fai’ juga diberikan kepada orang-orang yang terusir dari kampung halamannya di mekah karena beriman dan berhijrah bersama nabi; dan fai’ diberikan juga kepada muhajirin yang terpaksa harus meninggalkan harta bendanya di mekah karena hijrah bersama rasulullah ke madinah demi mencari karunia dari Allah dan keridaan-Nya, mengharumkan islam dan kaum muslim, dan demi menolong agama Allah agar bisa dilaksanakan dalam kehidupan ini dan demi menolong rasul-Nya dalam menunaikan misi kerasulan. Mereka itulah, orang-orang yang beriman dan berhijrah bersama rasulullah demi mengharumkan agama Allah dan rasul-Nya, orang-orang yang benar sikap, niat, dan langkahnya. 9. Muhajirin, menurut ayat sebelumnya, adalah orang-orang yang terusir dari kampung halamannya di mekah dan berhijrah bersama rasulullah ke madinah demi menolong Allah dan rasul-Nya. Pada ayat ini disebutkan sikap dan penerimaan kaum ansar terhadap muhajirin dengan cinta dan persaudaraan sejati. Dan orang-orang ansar, para penolong, yang telah menempati kota madinah jauh sebelum rasulullah hijrah ke kota ini. Dan mereka telah beriman kepada Allah dan rasul-Nya sebelum kedatangan mereka, muhajirin ke madinah. Mereka, para penolong itu, mencintai muhajirin, orang yang berhijrah ke tempat mereka, karena Allah. Dan mereka, orang-orang ansar, ketika membantu muhajirin yang berhijrah ke madinah dengan harta dan berbagai fasilitas, tidak menaruh keinginan dalam hati mereka benda-benda yang diberikan itu, karena penuh keikhlasan, terhadap apa yang diberikan kepada mereka, baik harta maupun tenaga. Dan mereka mengutamakan kepentingan para sahabat muhajirin atas dirinya sendiri, meskipun sebenarnya mereka juga memerlukan semua fasilitas yang diberikan itu. Sungguh ketentuan Allah menegaskan: dan siapa yang dijaga dirinya oleh Allah atas usaha dan perjuangan mereka dari kekikiran, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung, karena berhasil melawan ego dan berhasil menjadi pribadi yang mulia.
Al-Hasyr Ayat 8 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Hasyr Ayat 8, Makna Al-Hasyr Ayat 8, Terjemahan Tafsir Al-Hasyr Ayat 8, Al-Hasyr Ayat 8 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Hasyr Ayat 8
Tafsir Surat Al-Hasyr Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)