{58} Al-Mujadilah / المجادلة | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | الممتحنة / Al-Mumtahanah {60} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Hasyr الحشر (Pengusiran) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 59 Tafsir ayat Ke 21.
لَوْ أَنْزَلْنَا هَـٰذَا الْقُرْآنَ عَلَىٰ جَبَلٍ لَرَأَيْتَهُ خَاشِعًا مُتَصَدِّعًا مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ ۚ وَتِلْكَ الْأَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ ﴿٢١﴾
lau anzalnā hāżal-qur`āna ‘alā jabalil lara`aitahụ khāsyi’am mutaṣaddi’am min khasy-yatillāh, wa tilkal-amṡālu naḍribuhā lin-nāsi la’allahum yatafakkarụn
QS. Al-Hasyr [59] : 21
Sekiranya Kami turunkan Al-Qur’an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia agar mereka berpikir.
Sekiranya Kami menurunkan Al-Qur’an ini ke atas sebuah gunung diantara gunung-gunung, lalu gunung itu memahami isinya yang berupa janji dan ancaman, dengan segenap kekuatan, kegagahan, keteguhan, dan keangkuhannya, gunung itu akan tertunduk, rendah, dan berlemah lembut karena takut kepada Allah. Itu adalah perumpamaan yang Kami buat dan penjelasan yang Kami sampaikan kepada sekalian manusia agar mereka mau berpikir. Dalam ayat ini terdapat perintah untuk merenungi Al-Qur’an, memahami maknanya, dan melaksanakan perintah yang ada di dalamnya.
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman, menyebutkan keagungan Al-Qur’an seraya menjelaskan tingginya kedudukan Al-Qur’an, dan bahwa sudah selayaknya bila hati menjadi lunak dan khusuk serta taat saat mendengarnya, mengingat di dalamnya terkandung janji yang benar dan ancaman yang pasti.
Kalau sekiranya Kami menurunkan Al-Qur’an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. (Al-Hasyr: 21)
Yakni apabila gunung yang begitu keras dan perkasa dapat memahami Al-Qur’an ini dan merenungkan makna yang terkandung di dalamnya, niscaya ia tunduk dan terpecah belah karena takut kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى Lalu bagaimana dengan kamu, hai manusia, bila hati kamu tidak lunak dan tunduk serta bergetar karena takut kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى Padahal kamu telah memahami dari Allah akan perkaranya dan telah kamu pahami Kitab-Nya. Karena itulah maka disebutkan dalam firman berikutnya:
Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berpikir. (Al-Hasyr: 21)
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Kalau sekiranya Kami menurunkan Al-Qur’an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah. (Al-Hasyr: 21), hingga akhit ayat. Ibnu Abbas mengatakan bahwa Allah berfirman, “Seandainya Aku turunkan Al-Qur’an ini kepada gunung untuk dipikulnya, niscaya akan terpecah belahlah dan tunduk karena beratnya Al-Qur’an dan karena takut kepada Allah.” Maka Allah memerintahkan kepada manusia apabila diturunkan kepada mereka Al-Qur’an, hendaklah mereka menerimanya dengan takut yang sangat (kepada Allah) dan tunduk. Kemudian Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman: Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berpikir. (Al-Hasyr: 21)
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Qatadah dan Ibnu Jarir.
Di dalam hadis mutawatir telah disebutkan bahwa ketika dibuatkan untuk Rasulullah sebuah mimbar, dan sebelumnya bila Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ berkhotbah selalu berdiri di sebelah salah satu dari batang pohon kurma yang menjadi tiang-tiang masjid. Maka setelah mimbar diletakkan pada yang pertama kali, lalu Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ datang untuk berkhotbah, maka beliau melewati batang kurma itu menuju ke mimbarnya, dan saat itu batang kurma tersebut menangis dan merintih sebagaimana anak-anak merintih karena rindu kepada zikir dan wahyu yang biasa ia dengar di sisinya, maka Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ mendiamkannya. Menurut sebagian riwayat hadis ini, disebutkan bahwa Al-Hasan Al-Basri sesudah mengetengahkan hadis ini mengatakan, “Kalian seharusnya lebih merindukan Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ketimbang batang kurma itu.”
Demikianlah bunyi ayat yang mulia ini, bahwa apabila gunung-gunung yang merupakan benda mati, seandainya ia mendengar Kalamullah dan memahaminya, niscaya tunduklah ia dan berpecah belahlah ia karena takut kepada Allah. Maka bagaimanakah dengan kalian (manusia), padahal kalian telah mendengarnya dan memahaminya? Dalam ayat lain telah disebutkan melalui firman-Nya:
Dan sekiranya ada suatu bacaan (kitab suci) yang dengan bacaan itu gunung-gunung dapat diguncangkan atau bumi jadi terbelah atau oleh karenanya orang-orang yang sudah mati dapat berbicara, (tentulah kitab itu adalah Al-Qur’an). (Ar-Ra’d: 31), hingga akhir ayat.
Dalam pembahasan terdahulu telah disebutkan bahwa tentu Al-Qur’an itulah dia. Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى telah berfirman dalam ayat lain:
Padahal di antara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai darinya dan di antaranya sungguh ada yang terbelah, lalu keluarlah mata air darinya dan di antaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah. (Al-Baqarah: 74)
Ketika Allah جَلَّ جَلالُهُ memberi penjelasan pada para hamba-Nya dan memberikan perintah serta larangan dalam KitabNya, maka ini mengharuskan mereka untuk segera menunaikan seruan dan doronganNya, meski seandainya hati mereka keras sekeras gunung yang kokoh. Karena al-Qur`an ini andai diturunkan di atas عَلَى جَبَلٍ لَرَأَيْتَهُ خَاشِعًا مُتَصَدِّعًا مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ “sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah.” Maksudnya, karena kesempurnaan pengaruhnya di hati, karena nasihat-nasihat al-Qur`an adalah nasihat paling agung secara mutlak. Berbagai perintah dan larangan al-Qur`an berisikan hikmah dan maslahat yang selalu bersamaan. Perintah dan larangannya amat mudah bagi jiwa dan raga. Jauh dari segala sesuatu yang memberatkan. Tidak ada kontradiksi dan pertentangan, tidak ada sesuatu yang sulit dan penyimpangan di dalam al-Qur`an. Sesuai dengan segala waktu dan tempat serta cocok untuk setiap orang. Selanjutnya Allah جَلَّ جَلالُهُ memberitahukan bahwa Dia membuat perumpamaan untuk manusia dan menjelaskan halal dan haram dalam kitabNya untuk para hambaNya, agar mereka mau memikirkan dan merenungkan tanda-tanda kebesaran Allah جَلَّ جَلالُهُ. Karena dengan memikirkan tanda-tanda kebesaran Allah جَلَّ جَلالُهُ, seorang hamba akan mampu membuka berbagai perbendaharaan ilmu. Allah جَلَّ جَلالُهُ juga menjelaskan jalan kebaikan dan keburukan bagi para hambaNya, mendorong untuk berakhlak dan bersifat yang baik, dan melarang manusia dari berbagai akhlak buruk. Maka tidak ada yang lebih bermanfaat bagi seorang hamba daripada memikirkan dan merenungkan al-Qur`an serta makna-maknanya.
Allah menjelaskan bahwa Al-Qur’an diturunkan bagi manusia yang menggunakan nalar dan mengikuti hati nurani. Sekiranya kami turun-kan Al-Qur’an ini kepada sebuah gunung yang diberi akal, pikiran, dan perasaan seperti manusia; pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah, karena gunung-gunung itu akan menggunakan nalar, rasa, dan nuraninya dalam memahami Al-Qur’an dan mengamalkannya. Dan perumpamaan-perumpamaan itu, yakni manusia yang kecil dan lemah dibandingkan dengan gunung yang begitu besar, tinggi dan keras; kami buat untuk manusia agar mereka berpikir bahwa gunung bisa menggunakan nalar, rasa dan nurani untuk memahami dan menerapkan Al-Qur’an hingga tunduk dan pecah karena takut kepada Allah. Mengapa manusia yang benar-benar memiliki nalar, rasa dan nurani tidak menggunakannya secara optimal dalam memahami dan menerapkan Al-Qur’an dalam kehidupan ini’22. Al-qur’an adalah wahyu Allah petunjuk bagi manusia. Pada ayat ini dan seterusnya hingga akhir surah, Allah menjelaskan al-asma’ al-husna, nama-nama Allah yang indah. Apabila al-asma’ al-‘usna dipahami dan diresapkan secara mendalam ke dalam sanubari akan menguatkan keyakinan kepada-Nya. Dialah Allah tidak ada tuhan selain dia. Dia memperkenalkan nama-nama-Nya. Bila zat-Nya dipikirkan akan membingungkan, karena pikiran manusia tidak sanggup menjangkaunya; bila nama-Nya disebut akan menggetarkan hati yang beriman; bila sifat-Nya diuraikan akan mempesona; dan bila perbuatan-Nya diamati dengan cermat akan mengagumkan setiap manusia; karena itu tidak ada tuhan layak diibadati selain dia. Yang mengetahui yang gaib, karena pengetahuan-Nya tak terbatas; dan yang mengetahui yang nyata, karena pengetahuan-Nya meliputi zarrah. Dialah yang maha pengasih, yang kasih sayang-Nya tak mengenal batas; maha penyayang, yang rahmat-Nya kepada orang yang beriman sejak di dunia hingga di surga.
Al-Hasyr Ayat 21 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Hasyr Ayat 21, Makna Al-Hasyr Ayat 21, Terjemahan Tafsir Al-Hasyr Ayat 21, Al-Hasyr Ayat 21 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Hasyr Ayat 21
Tafsir Surat Al-Hasyr Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)