{59} Al-Hasyr / الحشر | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | الصف / As-Shaff {61} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Mumtahanah الممتحنة (Wanita Yang Diuji) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 60 Tafsir ayat Ke 4.
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَآءُ مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاءُ أَبَدًا حَتَّىٰ تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَهُ إِلَّا قَوْلَ إِبْرَاهِيمَ لِأَبِيهِ لَأَسْتَغْفِرَنَّ لَكَ وَمَا أَمْلِكُ لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ شَيْءٍ ۖ رَبَّنَا عَلَيْكَ تَوَكَّلْنَا وَإِلَيْكَ أَنَبْنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ ﴿٤﴾
qad kānat lakum uswatun ḥasanatun fī ibrāhīma wallażīna ma’ah, iż qālụ liqaumihim innā bura`ā`u mingkum wa mimmā ta’budụna min dụnillāhi kafarnā bikum wa badā bainanā wa bainakumul-‘adāwatu wal-bagḍā`u abadan ḥattā tu`minụ billāhi waḥdahū illā qaula ibrāhīma li`abīhi la`astagfiranna laka wa mā amliku laka minallāhi min syaī`, rabbanā ‘alaika tawakkalnā wa ilaika anabnā wa ilaikal-maṣīr
QS. Al-Mumtahanah [60] : 4
Sungguh, telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengannya, ketika mereka berkata kepada kaumnya, “Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami mengingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu ada permusuhan dan kebencian untuk selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja,” kecuali perkataan Ibrahim kepada ayahnya, ”Sungguh, aku akan memohonkan ampunan bagimu, namun aku sama sekali tidak dapat menolak (siksaan) Allah terhadapmu.” (Ibrahim berkata), “Ya Tuhan kami, hanya kepada Engkau kami bertawakal dan hanya kepada Engkau kami bertobat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali,
Sesungguhnya, telah ada untuk kalian (wahai orang-orang mukmin) suri teladan yang baik pada diri Ibrahim as dan orang-orang mukmin yang bersamanya, yaitu ketika mereka berkata kepada orang-orang yang kafir kepada Allah, “Sesungguhnya, kami berlepas diri dari kalian dan dari yang kalian sembah selain Allah. Kami menolak kekafiran kalian dan terlihat betul bahwa antara kami dan kalian ada permusuhan dan kebencian untuk selamanya selama kalian kafir hingga beriman kepada Allah.” Akan tetapi, bukanlah merupakan teladan ketika Ibrahim memintakan ampunan kepada Allah untuk ayahnya, yaitu ketika ia belum mengetahui bahwa bapaknya termasuk musuh Allah. Ketika telah jelas bahwa ia adalah musuh Allah, Ibrahim pun berlepas diri darinya, “Ya Allah, kami bersandar hanya kepada-Mu, kami bertobat kepada-Mu, dan hanya kepada-Mu tempat kembali pada hari Kiamat.”
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman kepada hamba-hamba-Nya yang beriman yang telah Dia perintahkan agar mereka memusuhi orang-orang kafir, memerangi mereka, menjauhi mereka, dan berlepas diri dari mereka.
Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengannya. (Al-Mumtahanah: 4)
Yakni para pengikutnya yang beriman kepadanya.
ketika mereka berkata kepada kaum mereka, “Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu.” (Al-Mumtahanah: 4)
Maksudnya, kami adalah orang-orang yang berlepas diri dari kalian.
dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu. (Al-Mumtahanah: 4)
Yaitu kami ingkari agama dan cara kalian.
dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya. (Al-Mumtahanah: 4)
Artinya, telah diperintahkan adanya permusuhan dan kebencian mulai dari sekarang antara kami dan kalian, selama kalian masih tetap dalam kekafiran kalian. Maka selamanya kami berlepas diri dari kalian dan benci kepada kalian.
sampai kamu beriman kepada Allah saja. (Al-Mumtahanah: 4)
Yakni sampai kamu mengesakan Allah dan menyembah-Nya semata, tiada sekutu bagi-Nya; dan kalian tinggalkan semua berhala dan sekutu yang kamu sembah selain Dia.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Kecuali perkataan Ibrahim kepada bapaknya, “Sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan bagi kamu.” (Al-Mumtahanah: 4)
Yaitu bagi kamu terdapat suri teladan yang baik pada Ibrahim dan kaumnya yang dapat kalian ikuti, kecuali perkataan Ibrahim kepada bapaknya.
Karena sesungguhnya hal itu hanyalah semata-mata karena Ibrahim telah berjanji kepada bapaknya akan memohonkan ampunan baginya kepada Allah. Tetapi setelah jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya adalah musuh Allah, maka berlepas dirilah ia dari perbuatan bapaknya.
Demikian itu karena pada asal mulanya ada sebagian kaum mukmin yang mendoakan bagi bapak-bapak mereka yang telah mati dalam kemusyrikannya. Dalam doanya itu mereka memohonkan ampunan bagi bapak-bapak mereka, dengan alasan bahwa Nabi Ibrahim pun pernah memohonkan ampunan bagi bapaknya. Maka Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menurunkan firman-Nya:
Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat(nya), sesudah jelas bagi mereka bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka Jahanam. Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya, tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah, maka Ibrahim berlepas diri darinya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun. (At-Taubah: 113-114)
Dan dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:
Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengannya ketika mereka berkata kepada kaum mereka, “Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu.” (Al-Mumtahanah: 4)
sampai dengan firman-Nya:
Kecuali perkataan Ibrahim kepada bapaknya, “Sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan bagi kamu dan aku tiada dapat menolak sesuatu pun dari kamu (siksaan) Allah.” (Al-Mumtahanah: 4)
Yakni dalam hal ini tiada suri teladan bagi kamu, yaitu memohonkan ampunan bagi orang-orang musyrik. Hal yang sama telah dikatakan oleh Ibnu Abbas, Mujahid, Qatadah, Muqatil ibnu Hayyan, dan Ad-Dahhak serta lain-lainnya yang bukan hanya seorang.
Kemudian Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menceritakan tentang perkataan Ibrahim dan orang-orang yang bersama dia saat mereka memisahkan diri dari kaumnya dan berlepas diri dari mereka, lalu mereka berlindung kepada Allah dan memohon kepada-Nya dengan penuh rendah diri. Sebagaimana yang disitir oleh firman-Nya:
Ya Tuhan kami, hanya kepada Engkaulah kami bertawakal dan hanya kepada Engkaulah kami bertobat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali. (Al-Mumtahanah: 4)
Yakni Kami bertawakal kepada Engkau dalam semua urusan kami, dan kami serahkan kepada Engkau semua urusan kami dan kami berserah diri kepada Engkau dalam semua urusan kami.
dan hanya kepada Engkaulah kami kembali. (Al-Mumtahanah: 4)
Maksudnya, dikembalikan kelak di negeri akhirat.
Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan kami (sasaran) fitnah bagi orang-orang kafir. (Al-Mumtahanah: 5)
Mujahid mengatakan bahwa makna ayat ialah janganlah Engkau menyiksa kami melalui tangan mereka, jangan pula dengan siksaan dari sisi Engkau. Karena pada akhirnya mereka (orang-orang kafir) akan mengatakan, “Seandainya kami berada dalam kebenaran, tentulah kami tidak akan tertimpa siksaan itu.” Hal yang sama telah dikatakan oleh Ad-Dahhak.
Qatadah mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah janganlah Engkau biarkan mereka menang atas kami, karena akibatnya mereka akan memfitnah kami, dan mereka akan berpandangan bahwa sesungguhnya diri mereka menang atas kami hanyalah karena mereka berada dalam kebenaran. Pendapat inilah yang dipilih oleh Ibnu Jarir.
Lain halnya menurut riwayat Ali ibnu Abu Talhah, dari Ibnu Abbas, bahwa makna yang dimaksud ialah janganlah Engkau menjadikan mereka berkuasa atas kami, akibatnya mereka akan memfitnah kami.
Tafsir Ayat:
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ “Sungguh telah ada suri tauladan yang baik bagimu,” maksudnya, panutan yang baik dan figur yang berguna bagi kalian wahai sekalian orang-orang Mukmin, فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ “pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia,” dari kalangan orang-orang yang beriman, karena kalian diperintahkan untuk mengikuti agama Ibrahim ‘alaihissalam yang lurus,إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَآءُ مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ “ketika mereka berkata kepada kaum mereka, ‘Sesungguh-nya kami berlepas diri (anti) dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah’,” maksudnya, pada saat Nabi Ibrahim ‘alaihissalam dan orang-orang yang beriman bersama beliau berlepas diri dari kaum mereka yang musyrik dan berlepas diri dari apa pun yang mereka sembah selain Allah جَلَّ جَلالُهُ, kemudian mereka benar-benar menegaskan sikap permusuhan mereka terhadap orang-orang kafir seraya berkata, كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاءُ “Kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian,” maksudnya sikap benci di hati dan lenyapnya kasih sayang serta permusuhan dengan raga. Permusuhan dan kebencian tersebut tidak terbatas waktu, tapi berlaku أَبَدًا “buat selama-lamanya,” selama kalian tetap berada dalam kekafiran, حَتَّى تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَهُ “sampai kamu beriman kepada Allah saja.” Maksudnya, jika kalian beriman pada Allah جَلَّ جَلالُهُ yang Esa, sikap permusuhan dan kebencian hilang dan berubah menjadi kasih sayang dan saling tolong-menolong. Kalian wahai orang-orang yang beriman, memiliki teladan baik pada diri Nabi Ibrahim dan orang-orang yang beriman bersama beliau yang menunaikan keimanan dan tauhid serta menunaikan konsekuensi-konsekuensi iman dan tauhid dan dalam segala hal yang dengannya mereka beribadah kepada Allah جَلَّ جَلالُهُ semata. إِلا “Kecuali,” dalam satu hal, yaitu قَوْلَ إِبْرَاهِيمَ لأبِيهِ “perkataan Ibrahim kepada bapaknya,” Azar, si musyrik lagi kafir dan penentang, ketika diajak untuk beriman dan bertauhid namun enggan, Ibrahim berkata padanya, لأسْتَغْفِرَنَّ لَكَ “Sungguh aku akan memohonkan ampunan bagi kamu,” namun وَمَا أَمْلِكُ لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ شَيْءٍ “aku tiada dapat menolak sesuatu pun dari (siksaan) Allah terhadapmu.” Akan tetapi aku berdoa pada Rabbku agar dengan doaku aku tidak menjadi orang yang sengsara. Dan Anda semua wahai orang-orang yang beriman, jangan mengikuti Ibrahim dalam hal ini yang berdoa untuk orang musyrik. Kalian tidak boleh mendoakan orang-orang musyrik dengan berkata, “Kami mengikuti agama Nabi Ibrahim dalam mendoakan orang-orang musyrik, karena Allah جَلَّ جَلالُهُ menyebutkan udzur Ibrahim dalam FirmanNya,
وَمَا كَانَ اسْتِغْفَارُ إِبْرَاهِيمَ لِأَبِيهِ إِلَّا عَنْ مَوْعِدَةٍ وَعَدَهَا إِيَّاهُ فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهُ أَنَّهُ عَدُوٌّ لِلَّهِ تَبَرَّأَ مِنْهُ إِنَّ إِبْرَاهِيمَ لَأَوَّاهٌ حَلِيمٌ
“Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya, tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah, maka Ibrahim berlepas diri darinya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun.” (QS. At-Taubah: 114).
Kalian juga memiliki teladan baik pada diri Nabi Ibrahim dan orang-orang yang beriman bersamanya ketika mereka berdoa pada Allah جَلَّ جَلالُهُ, bertawakal dan kembali padaNya, mereka juga mengakui kelemahan dan kurang menunaikan kewajiban dengan sempurna, mereka berkata, رَبَّنَا عَلَيْكَ تَوَكَّلْنَا “Wahai Rabb kami, hanya kepada Engkaulah kami bertawakal,” maksudnya, kami bergantung padaMu untuk mendapatkan apa pun yang berguna bagi kami dan menjauhi apa pun yang membahayakan kami, kami percaya padaMu wahai Rabb dalam hal itu, وَإِلَيْكَ أَنَبْنَا “dan hanya kepada Engkaulah kami bertaubat,” maksudnya, kami kembali pada ketaatan dan ridhaMu wahai Rabb Kami dan segala sesuatu yang bisa mendekatkan kami padaMu. Kami menunaikan semua hal itu. Kami berusaha dengan sungguh-sungguh untuk menunaikan segala kebaikan. Kami mengetahui bahwa kepadaMu-lah kami kembali. Untuk itu kami mempersiapkan diri untuk mendatangiMu dan kami melakukan apa pun yang mendekatkan diri kami padaMu.
Melalui ayat ini, Allah memberikan pelajaran berharga dari hubungan nabi ibrahim dengan ayahnya. Sungguh, telah ada suri teladan yang baik bagi kamu, orang-orang beriman di akhir zaman, pada ibrahim dan orang-orang beriman yang bersama dengannya, para pengikut, dan sahabat-sahabatnya, ketika mereka berkata kepada kaumnya yang menyembah berhala dan mempertuhankan matahari, bulan, dan bintang, ‘sesungguhnya kami berlepas diri dari kalian dan dari apa yang kalian sembah selain Allah, tidak menjadi sahabat kalian, dan mendukung perbuatan kalian, beribadah kepada selain Allah; kami mengingkari kekafiran kalian lahir batin, pernyataan, pikiran, perasaan, dan keyakinan, dan menurut kami telah nyata antara kami dan kalian ada permusuhan dan kebencian untuk selama-lamanya, karena kalian menolak beriman kepada Allah dan berusaha membunuh kami, orang-orang beriman, hingga kalian beriman kepada Allah saja dengan tauhid yang benar, sebab dengan beriman kalian menjadi saudara. ‘Allah tidak membenarkan orang beriman memintakan ampunan untuk orang-orang kafir (lihat: surah an-nis’/4: 48), kecuali perkataan ibrahim kepada ayahnya yang bernama azar, ‘sungguh aku akan memohonkan ampunan kepada Allah bagimu, karena cinta dan kasih sayang anak kepada orang tua, namun aku sebagai hamba Allah sama sekali tidak dapat menolak siksaan Allah kepadamu, karena aku tidak memiliki daya dan kekuatan apa pun. ‘ ibrahim berkata dalam doanya yang tulus, ‘ya tuhan kami, hanya kepada engkau kami bertawakal, karena engkau menyukai orang yang bertawakal dan hanya engkau saja yang pantas menjadi tempat kami bertawakal; dan hanya kepada engkau kami bertobat, karena engkau menyukai hamba-hamba yang tobat dari dosa mereka dan hanya kepada engkau kami kembali, karena hanya engkau yang memiliki akhirat dan engkau pangkal seluruh kehidupan. ‘5. ‘ya tuhan kami, janganlah engkau jadikan kami, orang-orang beriman, menjadi sasaran fitnah bagi orang-orang kafir, karena keluguan kami. Dan ampunilah kami, seluruh dosa dan kekhilafan kami agar jiwa kami bersih, aib kami tertutup, dan hidup kami bahagia. Ya tuhan kami. Sesungguhnya engkaulah yang mahaperkasa, menyadarkan dan mengubah jalan hidup orang-orang berdosa; maha bijaksana, menghadapi perilaku hamba yang lalai.
Al-Mumtahanah Ayat 4 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Mumtahanah Ayat 4, Makna Al-Mumtahanah Ayat 4, Terjemahan Tafsir Al-Mumtahanah Ayat 4, Al-Mumtahanah Ayat 4 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Mumtahanah Ayat 4
Tafsir Surat Al-Mumtahanah Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)