{60} Al-Mumtahanah / الممتحنة | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | الجمعة / Al-Jumu’ah {62} |
Tafsir Al-Qur’an Surat As-Shaff الصف (Satu Barisan) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 61 Tafsir ayat Ke 5.
وَإِذْ قَالَ مُوسَىٰ لِقَوْمِهِ يَا قَوْمِ لِمَ تُؤْذُونَنِي وَقَدْ تَعْلَمُونَ أَنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ ۖ فَلَمَّا زَاغُوا أَزَاغَ اللَّهُ قُلُوبَهُمْ ۚ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ ﴿٥﴾
wa iż qāla mụsā liqaumihī yā qaumi lima tu`żụnanī wa qat ta’lamụna annī rasụlullāhi ilaikum, fa lammā zāgū azāgallāhu qulụbahum, wallāhu lā yahdil-qaumal-fāsiqīn
QS. As-Shaff [61] : 5
Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya, “Wahai kaumku! Mengapa kamu menyakitiku, padahal kamu sungguh mengetahui bahwa sesungguhnya aku utusan Allah kepadamu?” Maka ketika mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik.
Wahai Rasul, ceritakanlah kepada kaummu ketika nabi Allah, Musa alaihissalam berkata kepada kaumnya, “Mengapakah kalian menyakitiku dengan ucapan dan perbuatan kalian, sedangkan kalian benar-benar mengetahui bahwa aku adalah utusan Allah untuk kalian?” Ketika mereka menjauhi kebenaran, padahal mereka tahu dan terus berlaku demikian, Allah memalingkan hati mereka dari hidayah sebagai akibat kesesatan yang mereka pilih untuk diri mereka sendiri. Allah tidak memberikan petunjuk kepada kaum yang menyimpang dari ketaatan dan jalan kebenaran.
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman, menceritakan perihal hamba-Nya, utusan-Nya, yang pernah diajak bicara langsung oleh-Nya, yaitu Musa ibnu Imran a.s. Bahwa Musa pernah berkata kepada kaumnya, yang disitir oleh firman-Nya:
mengapa kamu menyakitiku, sedangkan kamu mengetahui bahwa sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu? (Ash-Shaff: 5)
Maksudnya, mengapa kamu menyakitiku, padahal kamu mengetahui kejujuranku dalam menyampaikan risalah Allah kepadamu.
Dalam hal ini terkandung hiburan bagi Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dalam menanggung apa yang ditimpakan oleh kaum kuffar terhadap dirinya, dari kalangan kaumnya dan kaum kuffar lainnya. Sekaligus mengandung perintah untuk bersabar dalam menghadapinya. Karena itulah beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dalam salah satu sabdanya mengatakan:
Semoga Allah merahmati Musa, sesungguhnya dia telah disakiti lebih dari ini dan dia tetap bersabar.
Dalam ayat ini terkandung pula makna larangan bagi kaum mukmin menyakiti Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ atau mendiskreditkannya, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang menyakiti Musa; maka Allah membersihkannya dari tuduhan-tuduhan yang mereka katakan. Dan adalah dia seorang yang mempunyai kedudukan terhormat di sisi Allah. (Al-Ahzab: 69)
Adapun firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka. (Ash-Shaff: 5)
Yakni ketika mereka menyimpang dari jalan kebenaran, padahal mereka mengetahuinya, maka Allah memalingkan hati mereka dari hidayah dan menempatkan di hati mereka keraguan, kebimbangan, dan kehinaan. Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
Dan (begitu pula) Kami memalingkan hati dan penglihatan mereka seperti mereka belum pernah beriman kepadanya (Al-Qur’an) pada permulaannya, dan Kami biarkan mereka bergelimang dalam kesesatannya yang sangat. (Al-An’am: 110)
Dan firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Dan barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukanjalan orang-orang mukmin. Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatanyang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahanam, dan Jahanam itu seburuk-buruk tempat kembali. (An-Nisa: 115)
Karena itulah maka disebutkan dalam surat ini oleh firman-Nya:
dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang fasik. (Ash-Shaff: 5)
Tafsir Ayat:
وَإِذْ قَالَ مُوسَى لِقَوْمِهِ “Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya,” seraya mencela mereka atas perbuatan yang mereka lakukan dan menegur dengan keras atas penyiksaan yang mereka lakukan padahal mereka mengetahui bahwa Nabi Musa ‘alaihissalam adalah utusan Allah جَلَّ جَلالُهُ, يَا قَوْمِ لِمَ تُؤْذُونَنِي “Hai kaumku, mengapa kamu menyakitiku,” dengan perkataan dan perbuatan, وَقَدْ تَعْلَمُونَ أَنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ “sedang kamu mengetahui bahwa aku adalah utusan Allah kepadamu?” Hak seorang rasul adalah dimuliakan, diagungkan dan semua perintah dan hukumnya dilaksanakan segera. Adapun menyakiti utusan Allah جَلَّ جَلالُهُ yang kebaikannya terhadap manusia melebihi segala bentuk kebaikan setelah kebaikan Allah جَلَّ جَلالُهُ, adalah puncak sikap tidak tahu malu, sembrono dan menyimpang dari jalan yang lurus yang telah mereka ketahui dan mereka tinggalkan. Karena itu Allah جَلَّ جَلالُهُ berfirman, فَلَمَّا زَاغُوا “Maka tatkala mereka berpaling,” maksudnya, berpaling dari kebenaran sesuai keinginan mereka, أَزَاغَ اللَّهُ قُلُوبَهُمْ “Allah memalingkan hati mereka,” sebagai hukuman bagi mereka atas penyimpangan yang mereka pilih untuk diri mereka dan keridhaan mereka pada penyimpangan itu. Allah جَلَّ جَلالُهُ tidak memberi pertolongan pada mereka untuk mendapatkan petunjuk, karena mereka tidak layak mendapatkan kebaikan. Yang layak bagi mereka hanyalah keburukan.
وَاللَّهُ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ “Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang fasik.” Maksudnya, orang-orang yang sifat kefasikan terus menempel pada dirinya, dan mereka tidak memiliki niat untuk mencari petunjuk.
Ayat mulia ini menunjukkan bahwa kesesatan manusia yang digariskan Allah جَلَّ جَلالُهُ bukanlah suatu kezhaliman Allah جَلَّ جَلالُهُ dan bukan hujjah manusia atas Allah جَلَّ جَلالُهُ. Kesesatan itu timbul disebabkan oleh mereka sendiri. Mereka menutup diri dari pintu hidayah, padahal sebenarnya mereka mengetahui. Allah جَلَّ جَلالُهُ pun membalas mereka dengan kesesatan dan penyimpangan, serta dirubah-rubahnya hati mereka, sebagai hukuman bagi mereka dan sebagai keadilan Allah جَلَّ جَلالُهُ terhadap mereka. Ini semakna dengan Firman Allah جَلَّ جَلالُهُ,
وَنُقَلِّبُ أَفْئِدَتَهُمْ وَأَبْصَارَهُمْ كَمَا لَمْ يُؤْمِنُوا بِهِ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَنَذَرُهُمْ فِي طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ
“Dan (begitu pula) Kami memalingkan hati dan penglihatan mereka seperti mereka belum pernah beriman kepadanya (al-Qur`an) pada permulaannya, dan Kami biarkan mereka bergelimang dalam kesesatannya yang sangat.” (Al-An’am: 110).
Allah selanjutnya berbicara tentang orang-orang fasik yang menyakiti nabi musa karena pembangkangannya. Dan ingatlah wahai Muhammad, ketika musa berkata kepada kaumnya, bani israil, ‘wahai kaumku! mengapa kamu menyakitiku dengan menyembah patung anak sapi ketika aku munajat kepada Allah di gunung sinai, dan menolak berjihad, padahal Allah menjanjikan kemenangan kepada kamu untuk masuk ke yerussalem. Apakah kamu tidak menyadari, padahal kamu sungguh mengetahui, bahwa sesungguhnya aku utusan Allah kepadamu untuk mengajarkan prinsip tiada tuhan selain Allah, tiada ibadah kecuali kepada-Nya, dan tidak mempertuhankan manusia” maka ketika mereka berpaling dari kebenaran dengan menutup mata, telinga, pikiran, dan hati, maka Allah pun memalingkan hati mereka dari kebenaran dan membiarkan mereka sesat sehingga mereka bertambah jauh dari kebenaran. Dan Allah tidak akan memberi petunjuk kepada kaum yang fasik, yaitu yang terus-menerus berbuat dosa besar, tanpa merasa bersalah. 6. Ayat ini membicarakan umat nabi isa yang menolak beriman kepada nabi Muhammad, padahal Allah sudah memberitahukan tentang kelahiran beliau di dalam injil. Dan ingatlah wahai Muhammad, ketika isa putra maryam berkata kepada kaumnya, ‘wahai bani israil! sesungguhnya aku utusan Allah kepadamu untuk mengajarkan prinsip tiada tuhan selain Allah, tiada ibadah kecuali kepada-Nya, dan tidak mempertuhankan sesama manusia yang membenarkan kitab yang turun sebelumku, yaitu kitab taurat yang diturunkan kepada nabi musa dan memberi kabar gembira kepada kamu dengan seorang rasul yang akan datang setelahku, yang bernama ahmad dan/atau Muhammad yang merupakan nabi dan rasul terakhir; namun ketika rasul itu datang kepada mereka, kaum nasrani, dengan membawa bukti-bukti yang nyata tentang kenabian dan kerasulan beliau di dalam Al-Qur’an, mereka berkata kepada sesama orang-orang kristen, ‘Al-Qur’an ini adalah sihir yang nyata, bukan wahyu Allah, bukan kitab suci. ‘
As-Shaff Ayat 5 Arab-Latin, Terjemah Arti As-Shaff Ayat 5, Makna As-Shaff Ayat 5, Terjemahan Tafsir As-Shaff Ayat 5, As-Shaff Ayat 5 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan As-Shaff Ayat 5
Tafsir Surat As-Shaff Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)