Tafsir Al-Qur’an Surah At-Taghabun Ayat 16 التغابن Lengkap Arti Terjemah Indonesia

{63} Al-Munafiqun / المنافقون الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ الطلاق / At-Thalaq {65}

Tafsir Al-Qur’an Surat At-Taghabun التغابن (Hari Dinampakkan Kesalahan-Kesalahan) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 64 Tafsir ayat Ke 16.

Al-Qur’an Surah At-Taghabun Ayat 16

فَاتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَاسْمَعُوا وَأَطِيعُوا وَأَنْفِقُوا خَيْرًا لِأَنْفُسِكُمْ ۗ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَـٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ ﴿١٦﴾

fattaqullāha mastaṭa’tum wasma’ụ wa aṭī’ụ wa anfiqụ khairal li`anfusikum, wa may yụqa syuḥḥa nafsihī fa ulā`ika humul-mufliḥụn

QS. At-Taghabun [64] : 16

Arti / Terjemah Ayat

Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah; dan infakkanlah harta yang baik untuk dirimu. Dan barang-siapa dijaga dirinya dari kekikiran, mereka itulah orang-orang yang beruntung.

Tafsir Al-Muyassar (Kementerian Agama Saudi Arabia)

Maka berusahalah, wahai orang-orang mukmin, untuk bertakwa kepada Allah dengan kesungguhan dan dengan segala daya upaya. Dengarkanlah Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dengan pendengaran yang patuh, taatilah perintah dan jauhilah larangannya, dan nafkahkanlah sebagian harta yang dianugerahkan Allah kepada kalian karena itu adalah yang terbaik bagi kalian. Siapa saja yang terbebas dari kikir serta selamat dari berlebihan mencintai harta maka mereka itulah orang-orang yang beruntung atas segala kebaikan dan mendapatkan setiap apa yang diminta.

Tafsir Ibnu Katsir (Tafsir al-Qur’an al-Azhim)

Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى‎:

Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu. (At-Taghabun: 16)

Yakni menurut batas maksimal kemampuanmu, sebagaimana yang disebutkan di dalam kitab Sahihain melalui Abu Hurairah r.a., bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ telah bersabda:

Apabila kuperintahkan kepada kalian suatu perkara, maka kerjakanlah hal itu olehmu menurut kesanggupanmu; dan apa saja yang aku larang kalian mengerjakannya, tinggalkanlah.

Sebagian ulama tafsir mengatakan bahwa sebagaimana yang telah di­riwayatkan oleh Malik dari Zaid ibnu Aslam yang mengatakan bahwa ayat ini merevisi ayat yang ada di dalam surat Ali Imran, yaitu firman-Nya:

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. (Ali Imran: 102)

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Zur’ah, telah menceritakan kepadaku Yahya ibnu Abdullah ibnu Bukair, telah menceritakan kepadaku Ibnu Lahi’ah, telah menceritakan kepadaku Ata alias Ibnu Dinar, dari Sa’id ibnu Jubair sehubungan dengan makna firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى‎: bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. (Ali Imran: 102) Bahwa ketika ayat ini diturunkan, kaum muslim beramal dengan sekuat-kuatnya. Mereka terus-menerus mengerjakan qiyam (salat sunat) hingga tumit kaki mereka bengkak dan kening mereka bernanah. Maka Allah menurunkan ayat ini untuk meringankan mereka (kaum muslim), yaitu firman-Nya: Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu, (At-Taghabun: 16) Maka ayat ini merevisi pengertian yang terdapat pada ayat yang di atas tadi.

Telah diriwayatkan pula hal yang semisal dari Abul Aliyah, Zaid ibnu Aslam, Qatadah, Ar-Rabi’ ibnu Anas, As-Saddi, dan Muqatil ibnu Hayyan.

Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى‎:

dan dengar serta taatlah. (At-Taghabun: 16)

Yaitu jadilah kamu orang-orang yang tunduk patuh kepada apa yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya kepadamu, dan janganlah kamu menyimpang darinya baik ke arah kanan maupun ke arah kiri. Dan janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya, janganlah pula kamu ketinggalan dari apa yang diperintahkan oleh-Nya kepadamu. Dan janganlah kamu mengerjakan apa yang dilarang oleh-Nya kamu mengerjakannya.

Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى‎:

dan nafkahkanlah nafkah yang baik untukmu. (At-Taghabun: 16)

Yakni berinfaklah (belanjakanlah) dari sebagian harta yang Allah rezekikan kepadamu kepada kaum kerabat, orang-orang fakir, orang-orang miskin, dan orang-orang yang memerlukan bantuan. Dan berbuat baiklah kamu kepada sesama makhluk Allah sebagaimana Allah berbuat baik kepadamu, niscaya hal ini lebih baik bagi kalian buat kehidupan dunia dan kehidupan akhiratmu. Jika kamu tidak melakukannya, maka menjadi keburukanlah bagimu dalam kehidupan dunia dan akhiratmu.

Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى‎:

Dan barang siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung. (At-Taghabun: 16)

Tafsir ayat ini telah dikemukakan dalam tafsir surat Al-Hasyr, dan telah disebutkan pula hadis-hadis yang berkaitan dengan makna ayat ini, sehingga tidak perlu diulangi lagi.

Tafsir as-Sa’di (Taisirul Karimirrahman fi Tafsiri Kalamil Mannan)

Allah جَلَّ جَلالُهُ memerintahkan para hambaNya agar bertakwa padaNya, yaitu dengan menunaikan perintah-perintahNya dan menjauhi larangan-laranganNya. Allah جَلَّ جَلالُهُ membatasi hal itu dengan kadar kemampuan dan kesanggupan. Ayat ini menunjukkan bahwa kewajiban yang tidak mampu dilakukan oleh seorang hamba menjadi gugur. Jika seorang hamba mampu menunaikan sebagian kewajiban dan tidak mampu menunaikan kewajiban lainnya, maka ia cukup menunaikan kewajiban yang mampu dia lakukan, sedangkan kewajiban lainnya yang tidak mampu dilakukan menjadi gugur. Sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ,

إِذَا أَمَرْتُكُمْ بِأَمْرٍ، فَأْتُوْا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ.

“Jika aku memerintahkan kalian dengan suatu perintah, maka tunaikanlah ia semampu kalian.” ((Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 7288; dan Muslim, no. 1337)

Kaidah syariah ini mencakup cabang-cabang masalah yang tidak terhitung jumlahnya. Allah جَلَّ جَلالُهُ berfirman, وَاسْمَعُوا “Dan dengarlah,” maksudnya, dengarkan nasihat Allah جَلَّ جَلالُهُ dan syariat yang diberlakukan pada kalian berupa hukum-hukum. Lakukan dan taatlah padaNya, وَأَطِيعُوا “serta taatlah,” pada Allah جَلَّ جَلالُهُ dan Rasul-Nya pada semua gerak-gerik kalian, وَأَنْفِقُوا “dan nafkahkanlah,” berupa nafkah-nafkah syar’i yang wajib dan yang sunnah, niscaya amal baik kalian itu berguna bagi kalian di dunia dan di akhirat, karena seluruh kebaikan itu terletak pada menunaikan semua perintah Allah جَلَّ جَلالُهُ, menerima nasihat-nasihatNya dan tunduk pada syariatNya, dan (sebaliknya) seluruh keburukan itu terletak pada pembangkangan perintah Allah جَلَّ جَلالُهُ.

Namun ada bencana yang menahan orang untuk menunaikan nafkah yang diperintahkan, yaitu sifat kikir yang banyak terdapat dalam watak manusia. Sifat ini membuat orang mencintai harta dan amat tidak menyukai untuk dikeluarkan dari tangannya. Untuk itu, siapa pun yang dijaga Allah جَلَّ جَلالُهُ شُحَّ نَفْسِهِ “dari kekikiran dirinya,” dengan mengizinkan dirinya untuk memberikan nafkah yang bermanfaat baginya, فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ “maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.” Karena mereka mendapatkan apa yang diinginkan dan selamat dari yang ditakutkan. Lebih dari itu, sepertinya ini mencakup seluruh yang diperintahkan dan yang dilarang. Jika jiwa seseorang bersifat kikir dan tidak tunduk pada perintah Allah جَلَّ جَلالُهُ, serta tidak mau mengeluarkan hartanya, maka ia tidak akan beruntung tapi akan mendapatkan kerugian di dunia dan di akhirat. Dan jika jiwanya lapang dan tenang terhadap syariat Allah جَلَّ جَلالُهُ karena ingin mencari keridhaanNya, maka tidak terdapat penghalang antara jiwanya dan perintah yang dibebankan Allah جَلَّ جَلالُهُ selain pengetahuannya akan perintah tersebut bahwa hal itu mendatangkan ridha Allah جَلَّ جَلالُهُ. Dengan demikian, ia akan mendapatkan keberuntungan, keberhasilan, dan benar-benar akan mendapatkan kemenangan.

Tafsir Ringkas Kemenag (Kementrian Agama Republik Indonesia)

Dalam menjalani hidup dan kehidupan ini, Allah memberikan bimbingan. Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu, karena Allah tidak membebani manusia kecuali sesuai dengan kesanggupannya; dan dengarlah ayat-ayat Allah, serta taatlah kepada-Nya; dan infakkanlah harta kamu yang baik, yaitu yang diperoleh dengan cara yang halal kepada fakir miskin, karena infak itu hakikatnya untuk diri kamu bekal di akhirat. Dan barang siapa dijaga dirinya dari kekikiran dengan membiasakan diri sejak kecil menjadi dermawan; mereka itulah orang-orang yang beruntung karena baik dan benar dalam mengelola harta yang dititipkan Allah kepada mereka. 17. Orang yang berinfak atau bersedekah itu beruntung karena pada hakikatnya dia meminjamkan hartanya kepada Allah. Allah berfirman, ‘jika kamu meminjamkan harta kamu kepada Allah dengan pinjaman yang baik, yakni berinfak dengan harta halal dengan ikhlas, niscaya dia melipatgandakan balasan infak tersebut untuk kamu di dunia dan akhirat; dan mengampuni dosa dan kesalahan kamu. Dan Allah maha menerima syukur hamba-hamba-Nya yang beriman, maha penyantun kepada hamba-hamba-Nya yang menyantuni makhluk-makhluk Allah. ‘.


At-Taghabun Ayat 16 Arab-Latin, Terjemah Arti At-Taghabun Ayat 16, Makna At-Taghabun Ayat 16, Terjemahan Tafsir At-Taghabun Ayat 16, At-Taghabun Ayat 16 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan At-Taghabun Ayat 16


Tafsir Surat At-Taghabun Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18