{68} Al-Qalam / القلم | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | المعارج / Al-Ma’arij {70} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Haqqah الحاقة (Hari Kiamat) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 69 Tafsir ayat Ke 39.
وَمَا لَا تُبْصِرُونَ ﴿٣٩﴾
wa mā lā tubṣirụn
QS. Al-Haqqah [69] : 39
dan demi apa yang tidak kamu lihat.
Maka Aku bersumpah dengan apa yang dapat kalian saksikan dari hal-hal yang terlihat dan dengan apa yang tidak kalian saksikan berupa hal-hal gaib. Sesungguhnya Al-Qur’an itu benar-benar firman Allah yang dibacakan oleh seorang rasul yang sangat mulia dan utama. Al-Qur’an itu bukanlah perkataan seorang penyair sebagaimana yang kalian sangkakan. Amat sedikit dari kalian yang beriman kepadanya. Bukan pula perkataan peramal. Amat sedikit dari kalian yang mengambil pelajaran dan merenungkan perbedaan diantara keduanya. Al-Qur’an adalah firman Allah Tuhan alam semesta yang diturunkan kepada rasul-Nya, Muhammad sallallahu alaihi wa sallam.
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى bersumpah kepada makhluk-Nya dengan menyebut segala sesuatu yang disaksikan oleh mereka, yaitu tanda-tanda kekuasaan-Nya yang terdapat pada semua makhluk-Nya, yang menunjukkan kesempurnaan-Nya dalam asma-asma dan sifat-sifat-Nya. Dia juga bersumpah kepada mereka dengan menyebut semua perkara gaib yang tidak dapat dilihat oleh mereka, bahwa sesungguhnya AL-Qur’an ini adalah kalam-Nya dan wahyu-Nya yang diturunkan-Nya kepada hamba dan rasul-Nya yang telah Dia pilih untuk menyampaikan risalah dan menunaikan amanat-Nya. Untuk itu Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman:
Maka Aku, bersumpah dengan apa yang kamu lihat. Dan dengan apa yang tidak kamu lihat. Sesungguhnya Al-Qur’an itu adalah benar-benar wahyu (Allah yang diturunkan kepada) Rasul yang mulia. (Al-Haqqah: 38-40)
Yakni Nabi Muhammad صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, lalu di-mudaf-kan kepadanya dengan mengandung makna tablig (menyampaikan), karena sesungguhnya tugas rasul itu ialah menyampaikan apa yang dititipkan kepadanya. Untuk itulah maka di-mudaf-kan pula makna ini kepada malaikat yang dipercaya untuk menyampaikannya, sebagaimana yang terdapat di dalam surat At-Takwir, yaitu:
Sesungguhnya Al-Qur’an itu benar-benar firman (Allah yang dibawa oleh) utusan yang mulia (Jibril), yang mempunyai kekuatan, yang mempunyai kedudukan tinggi disisi Allah yang mempunyai ‘Arasy yang ditaati di sana (di alam malaikat) lagi dipercaya. (At-Takwir: 19-21)
Yang ini adalah malaikat yang menyampaikannya dari Allah kepada Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yaitu Jibril a.s. Kemudian disebutkan dalam firman berikutnya:
Dan temanmu (Muhammad) itu bukanlah sekali-kali orang yang gila. (At-Takwir: 22)
Yaitu temanmu Muhammad صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Dan sesungguhnya Muhammad itu meIihat Jibril di ufuk yang terang. (At-Takwir: 23)
Yakni Nabi Muhammad صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ melihat rupa asli Malaikat Jibril a.s.
Dan dia (Muhammad) bukanlah seorang yang bakhil untuk menerangkan yang gaib. (At-Takwir: 24)
Maksudnya, dia bukanlah orang yang menerka-nerka yang gaib.
Dan Al-Qur’an itu bukanlah perkataan setan yang terkutuk. (At-Takwir: 25)
Maka demikian pula yang disebutkan dalam surat ini melalui firman-Nya:
Dan Al-Qur’an itu bukanlah perkataan seorang penyair. Sedikit sekali kamu beriman kepadanya. Dan bukan pula perkataan tukang tenung. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran darinya. (Al-Haqqah: 41-42)
Terkadang Allah meng-idafah-kan kepada malaikat yang diutus-Nya, terkadang meng-idafah-kannya (mengaitkan Al-Qur’an) kepada manusia yang diutus-Nya, karena masing-masing dari keduanya bertugas menyampaikan wahyu dan kalam-Nya yang dipercayakan kepadanya. Karena itulah maka disebutkan dalam firman berikutnya:
Ia adalah wahyu yang diturunkan dari Tuhan semesta alam. (Al-Haqqah: 43)
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abul Mugirah, telah menceritakan kepada kami Safwan, telah menceritakan kepada kami Syuraih ibnu Ubaid yang mengatakan bahwa Umar ibnul Khattab pernah mengatakan bahwa sebelum masuk Islam, ia pernah keluar untuk menghadang Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ Ternyata ia menjumpai beliau telah mendahuluinya berada di masjid. Lalu ia berdiri di belakang beliau, maka beliau membaca surat Al-Haqqah, dan ia merasa kagum dengan susunan kata-kata Al-Qur’an. Ia berkata dalam hatinya, “Dia, demi Allah, adalah seorang penyair seperti yang dikatakan oleh orang-orang Quraisy.” Maka beliau membaca firman-Nya: Sesungguhnya Al-Qur’an itu adalah benar-benar wahyu (Allah yang diturunkan kepada) Rasul yang mulia, dan Al-Qur’an itu bukanlah perkataan seorang penyair. Sedikit sekali kamu beriman kepadanya. (Al-Haqqah: 40-41); Kemudian aku (Umar) berkata, “Dia adalah seorang tukang tenung.” Maka Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ membaca firman selanjutnya: Dan bukan pula perkataan tukang tenung. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran darinya. Ia adalah wahyu yang diturunkan dari Tuhan semesta alam. Seandainya dia (Muhammad) mengada-adakan sebagian perkataan atas (nama) Kami, niscaya benar-benar Kami pegang dia pada tangan kanannya. Kemudian benar-benar Kami potong urat tali jantungnya. Maka sekali-kali tidak ada seorang pun dari kamu yang dapat menghalangi (Kami) dari pemotongan urat nadi itu. (Al-Haqqah: 42-47), hingga akhir surat.
Selanjutnya Umar mengatakan bahwa lalu sejak saat itu Islam mulai meresap dan menimbulkan kesan yang mendalam di dalam hatiku. Ini merupakan salah satu dari penyebab yang dijadikan oleh Allah untuk memberikan hidayah kepada Umar ibnul Khattab. Sebagaimana yang telah kami kemukakan dalam karya tulis yang terpisah mengenai Sirah perjalanan hidupnya, yang di dalamnya dijelaskan bagaimana keadaannya ketika mula-mula masuk Islam.
38-43. Allah bersumpah dengan apa saja yang dapat dilihat oleh makhluk dan yang tidak dapat dilihat, hal itu mencakup seluruh makhluk, bahkan juga mencakup DzatNYA Yang Mahasuci. (Allah bersumpah) atas kebenaran al-Quran yang dibawa oleh Rasulullah. Rasulullah menyampaikan al-Quran dari sisi yang dialamatkan para musuhnya yang dinyatakan sebagai penyair atau penyihir. Yang membuat mereka melakukan hal itu adalah karena mereka tidak memiliki iman dan tidak mau berpikir. Sekiranya mereka tidak memiliki iman dan memikirkan apa yang bermanfaat bagi mereka dan apa yang buruk bagi mereka, di antaranya dengan melihat keadaan Nabi Muhammad dan memperhatikan sifat-sifat serta akhlak beliau, niscaya mereka akan melihat perkaranya (jelas) seperti matahari, yang akan menunjukkan kepada mereka bahwasanya beliau adalah benar-benar utusan Allah, dan bahwasanya apa yang beliau bawa “adalah wahyu yang diturunkan dari Rabb semesta alam,” tidak pantas sebagai ucapan manusia. Akan tetapi ia adalah perkataan yang menunjukkan keagungan Dzat Yang Mengucapkannya, kebesaran sifat-sifatNya, kesempurnaan pemeliharaanNya kepada makhluk dan ketinggianNya di atas para hamba. Dan bahwasanya hal ini adalah persangkaan dari mereka dengan apa-apa yang tidak pantas bagi Allah dan bagi hikmah (kebijaksanaanNya).
38-40. Semua yang diuraikan pada ayat-ayat di atas belum terlihat oleh manusia, maka kelompok ayat ini menegaskan tentang kebenaran informasi Al-Qur’an dengan bersumpah menyebut wujud yang terlihat maupun yang tidak terlihat. Maka aku bersumpah demi apa yang kamu lihat, dan demi apa yang tidak kamu lihat dari ciptaan-ciptaan-ku. Sesungguhnya ia, Al-Qur’an, itu benar-benar wahyu yang diturunkan kepada rasul yang mulia yaitu nabi Muhammad
Al-Haqqah Ayat 39 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Haqqah Ayat 39, Makna Al-Haqqah Ayat 39, Terjemahan Tafsir Al-Haqqah Ayat 39, Al-Haqqah Ayat 39 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Haqqah Ayat 39
Tafsir Surat Al-Haqqah Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)