{74} Al-Muddatstsir / المدثر | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | الانسان / Al-Insan {76} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Qiyamah القيامة (Hari Kiamat) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 75 Tafsir ayat Ke 23.
إِلَىٰ رَبِّهَا نَاظِرَةٌ ﴿٢٣﴾
ilā rabbihā nāẓirah
QS. Al-Qiyamah [75] : 23
memandang Tuhannya.
Wajah-wajah para peghuni kebahagiaan (surga) pada hari itu berseri-seri, indah dilihat. Mereka melihat Sang Pencipta dan Pemilik mereka kemudian bersenang-senang dengan hal itu.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Sekali-kali janganlah demikian. Sebenarnya kamu (hai manusia) mencintai kehidupan dunia dan meninggalkan (kehidupan) akhirat. (Al-Qiyamah: 20-21)
Sesungguhnya yang mendorong mereka mendustakan hari kiamat, menentang wahyu kebenaran dan Al-Qur’an yang mulia yang diturunkan Allah kepada Rasul-Nya tiada lain karena tujuan mereka hanyalah kehidupan dunia yang segera dan mereka sama sekali melupakan kehidupan akhirat.
Kemudian Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman:
Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. (Al-Qiyamah: 22)
Berakar dari kata an-nadarah artinya cerah, berseri, dan riang gembira.
Kepada Tuhannyalah mereka melihat. (Al-Qiyamah: 23)
Yakni melihat Tuhannya dengan terang-terangan, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari rahimahullah di dalam kitab sahihnya:
Sesungguhnya kamu kelak akan melihat Tuhanmu dengan terang-terangan.
Dan sesungguhnya mengenai masalah melihatnya kaum mukmin kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى di negeri akhirat (di surga) telah dikuatkan oleh adanya hadis-hadis sahih yang diriwayatkan melalui berbagai jalur yang mutawatir, yang telah dinukil oleh para imam ahli hadis, sehingga tidak mungkin ditolak atau dicegah lagi kebenarannya.
Hadis yang bersumber dari Abu Sa’id dan Abu Hurairah yang keduanya ada di dalam kitab Sahihain disebutkan bahwa sejumlah orang bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah kita dapat melihat Tuhan kita di hari kiamat nanti?” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ balik bertanya:
“Apakah kamu berdesak-desakan saat melihat matahari dan bulan di hari yang tak berawan?” Mereka menjawab, “Tidak.” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, “Sesungguhnya kalian akan melihat Tuhan kalian seperti itu.”
Di dalam kitab Sahihain dari Jarir, disebutkan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ memandang rembulan di malam purnama, lalu bersabda:
Sesungguhnya kamu akan melihat Tuhanmu sebagaimana kamu melihat rembulan ini; jika kamu mampu untuk meluangkan waktumu guna mengerjakan salat sebelum matahari terbit dan sebelum tenggelamnya, maka lakukanlah.
Di dalam kitab Sahihain disebutkan melalui Abu Musa yang mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda:
Ada dua surga yang semua wadahnya dan segala isinya dari emas, dan ada pula dua surga yang semua wadahnya dan segala isinya dari perak. sedangkan tiada penghalang antara kaum (penghuni surga) dan kesempatan mereka untuk melihat Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى, melainkan hanya selendang Keagungan-(Nya) yang menghijab Zat-Nya di dalam surga Adn.
Di dalam hadis ifrad Imam Muslim disebutkan melalui Suhaib, dari Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ Yang telah bersabda:
Apabila ahli surga telah masuk surga—Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ melanjutkan—Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman, “Apakah kamu menginginkan sesuatu tambahan yang Aku akan berikan kepadamu?” Mereka menjawab, “Bukankah Engkau telah menjadikan wajah kami putih (bercahaya), dan bukankah Engkau telah memasukkan kami ke dalam surga dan menyelamatkan kami dari neraka?”Nabi Saw, melanjutkan, bahwa lalu Allah membuka tirai hijab-(Nya), maka tiada sesuatu nikmat pun yang diberikan kepada mereka lebih disukai oleh mereka selain memandang kepada Zat Tuhan mereka; inilah yang dimaksud dengan tambahan.
Kemudian Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ membaca firman-Nya:
Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya. (Yunus: 26)
Di dalam hadis ifrad Imam Muslim disebutkan sebuah hadis dari Jabir yang menyebutkan bahwa Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menampakkan diri-Nya dengan penampilan yang penuh dengan keridaan kepada orang-orang mukmin. Semua hadis di atas menunjukkan bahwa orang-orang mukmin dapat melihat Tuhan mereka di tempat pemberhentian hari kiamat dan juga di taman-taman surga.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Mu’awiyah, telah menceritakan kepada kami Abdul Malik ibnu Abjar, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Abu Fakhitah, dari Ibnu Umar yang mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda:
Sesungguhnya ahli surga yang paling rendah kedudukannya benar-benar perlu waktu dua ribu tahun untuk melihat semua kerajaannya; bagian yang terjauhnya dapat ia lihat sebagaimana ia melihat bagian yang terdekatnya; ia melihat semua istri dan pelayannya. Dan sesungguhnya ahli surga yang paling utama kedudukannya benar-benar dapat melihat Zat Allah setiap harinya sebanyak dua kali.
Imam Turmuzi meriwayatkannyadari Abdu ibnu Humaid, dari Syababah, dari Israil, dari Nuwayyir yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Ibnu Umar r.a., lalu disebutkan hal yang semisal. Imam Turmuzi mengatakan bahwa Abdul Malik ibnu Abjar telah meriwayatkan hadis ini dari Mujahid, dari Ibnu Umar. Demikian pula As-Sauri, dia meriwayatkannya dari Nuwayyir, dari Mujahid, dari Ibnu Umar, tetapi tidak marfu’.
Seandainya tidak khawatir akan menjadikan pembahasan bertele-tele, tentulah kami akan mengemukakan hadis-hadis mengenai hal ini berikut semua jalur periwayatan dan lafaz-lafaznya, baik dari kitab Sahih, kitab Hisan, kitab Masanid, maupun kitab Sunan. Dan kami hanya dapat mengetengahkannya secara terpisah-pisah di berbagai tempat dalam tafsir ini, dan hanya kepada Allah-lah kita memohon taufik.
Masalah ini Alhamdulillah telah menjadi kesepakatan di antara para sahabat dan para tabi’in serta kaum Salaf dari umat ini (yakni orang-orang mukmin dapat melihat Zat Tuhannya di hari kemudian). Sebagaimana hal ini telah disepakati pula di kalangan para imam Islam dan para ulama pemberi petunjuk manusia.
Mengenai pendapat orang yang menakwilkan lafaz ila dalam ayat ini sebagai bentuk tunggal dari ala yang artinya nikmat-nikmat, seperti yang dikatakan oleh As-Sauri, dari Mansur, dari Mujahid sehubungan dengan makna firman-Nya: Kepada Tuhannyalah mereka melihat. (Al-Qiyamah: 23)
Bahwa makna yang dimaksud menjadi seperti berikut, “Orang-orang mukmin di hari itu menunggu pahala dari Tuhan mereka.” Ibnu Jarir telah meriwayatkan pendapat ini melalui berbagai jalur dari Mujahid. Hal yang sama dikatakan pula oleh Abu Saleh. Maka sesungguhnya pendapat ini jauh panggang dari api. Lalu bagaimanakah jawaban orang yang berpendapat demikian dengan adanya firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى yang mengatakan:
Sekali-kali tidak, sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar terhalang dari (melihat) Tuhan mereka. (Al-Muthaffifin: 15)
Imam Syafii mengatakan bahwa tidaklah orang-orang durhaka dihalangi dari melihat Tuhan mereka, melainkan karena telah diketahui bahwa orang-orang yang bertakwa dapat melihat Tuhan mereka. Telah banyak pula hadis-hadis dari Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ secara mutawatir menunjukkan pengertian yang sama dengan konteks ayat yang mulia, yaitu firman-Nya: Kepada Tuhannyalah mereka melihat. (Al-Qiyamah: 23)
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ismail Al-Bukhari, telah menceritakan kepada kami Adam, telah menceritakan kepada kami Al-Mubarak, dari Al-Hasan sehubungan dengan makna firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى: Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. (Al-Qiyamah: 22) Yakni tampak indah berseri-seri dan ceria. Kepada Tuhannyalah mereka melihat. (Al-Qiyamah: 23) Bahwa mereka memandang kepada Khaliq, dan sudah sepantasnya bagi mereka berseri-seri karena melihat kepada Zat Khaliqnya.
22-23. Kemudian Allah menyebutkan apa-apa yang menumbuhkan semangat untuk lebih mementingkan akhirat dan menjelaskan kondisi penghuninya serta tingkatan-tingkatan mereka. Allah berfirman tentang balasan orang-orang yang lebih mementingkan akhirat daripada dunia, “wajah-wajah (orang-orang Mukmin) pada hari itu berseri-seri,” yakni berseri, cerah dan bercahaya, karena dalam diri mereka terdapat kenikmatan hati, kebahagiaan jiwa, serta kenikmatan ruhani. “Kepada Rabbnyalah mereka melihat,” yakni mereka memandang Rabb mereka berdasarkan tingkatan mereka. Ada di antara mereka yang memandang setiap hari, di pagi dan di sore hari. Ada di antara mereka yang memandang pada hari Jumat saja, mereka bersenang-senang dengan melihat Wajah Allah Yang Mahamulia dan keindahanNya yang jelas yang tidak ada sesuatu pun menyerupaiNya. Ketika para penghuni surga melihatNya, mereka lupa akan kenikmatan dan kebahagiaan yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Wajah-wajah mereka kian berseri dan indah. Kita memohon kepada Allah agar menjadikan kita bersama mereka.
22-23. Setelah mengecam orang yang durhaka, ayat ini menjelaskan tentang keadaan manusia di akhirat sesuai dengan amalnya ketika di dunia. Wajah-wajah orang mukmin pada hari itu di akhirat berseri-seri karena rasa bahagia yang ada padanya ketika memandang tuhannya. 24-25. Dan ada juga wajah-wajah orang kafir pada hari itu muram karena mereka lengah terhadap akhirat. Mereka merasa yakin bahwa akan ditimpakan kepadanya malapetaka yang sangat dahsyat. Dimana mereka tidak dapat mengelak sama sekali.
Al-Qiyamah Ayat 23 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Qiyamah Ayat 23, Makna Al-Qiyamah Ayat 23, Terjemahan Tafsir Al-Qiyamah Ayat 23, Al-Qiyamah Ayat 23 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Qiyamah Ayat 23
Tafsir Surat Al-Qiyamah Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)