{77} Al-Mursalat / المرسلات | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | النازِعات / An-Nazi’at {79} |
Tafsir Al-Qur’an Surat An-Naba النبإ (Berita Besar) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 78 Tafsir ayat Ke 14.
وَأَنْزَلْنَا مِنَ الْمُعْصِرَاتِ مَاءً ثَجَّاجًا ﴿١٤﴾
wa anzalnā minal-mu’ṣirāti mā`an ṡajjājā
QS. An-Naba [78] : 14
dan Kami turunkan dari awan, air hujan yang tercurah dengan hebatnya,
Dan Kami turunkan air yang banyak tercurah dari awan supaya Kami tumbuhkan dengan air itu biji-bijian sebagai makanan pokok manusia dan tumbuh-tumbuhan yang bisa dimakan hewan ternak, juga kebun-kebun yang lebat batang rumputnya.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
dan Kami turunkan dari awan air yang banyak tercurah. (An-Naba: 14)
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa yang dimaksud dengan al-mu’sirat ialah angin. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa’id, telah menceritakan kepada kami Abu Daud Al-Hafari, dari Sufyan, dari Al-A’masy, dari Al-Minhal, dari Sa’id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: dan Kami turunkan dari awan. (An-Naba: 14)
Bahwa makna yang dimaksud ialah dari angin. Hal yang sama telah dikatakan oleh Ikrimah, Mujahid, Qatadah, Muqatil, Al-Kalabi, Zaid ibnu Aslam, dan putranya (yaitu Abdur Rahman), semuanya mengatakan bahwa sesungguhnya yang dimaksud dengan mu’sirat ialah angin. Dikatakan demikian karena anginlah yang meniup awan yang mengandung air, hingga awan itu menurunkan kandungan airnya dan terjadilah hujan. Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya, “Al-mu’sirat,” bahwa makna yang dimaksud ialah awan yang mengandung air hujan. Hal yang sama dikatakan oleh Ikrimah, Abul Aliyah, Ad-Dahhak, Al-Hasan, Ar-Rabi’ ibnu Anas, dan As-Sauri, lalu dipilih oleh Ibnu Jarir. Al-Farra mengatakan bahwa mu’sirat ialah awan yang mengandung air dan masih belum diturunkan, sebagaimana yang dikatakan terhadap seorang wanita yang mu’sir artinya ‘bilamana masa haidny tiba, sedangkan sebelum itu ia tidak pernah haid’. Diriwayatkan pula dari Al-Hasan dan Qatadah, bahwa minal mu’sirat artinya dari langit, tetapi pendapat ini garib. Dan yang jelas adalah pendapat yang mengatakan bahwa makna yang dimaksud dengan mu’sirat ialah awan yang mengandung air, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
Allah, Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya. (Ar-Rum: 48)
Adapun firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
air yang banyak tercurah. (An-Naba: 14)
Mujahid, Qatadah, dan Ar-Rabi’ ibnu Anas mengatakan bahwa sajjajan artinya tercurah. As-Sauri mengatakan berturut-turut. Ibnu Zaid mengatakan banyak. Ibnu Jarir mengatakan bahwa tidak diketahui dalam pembicaraan orang Arab untuk menggambarkan hal yang banyak memakai kata as-sajj, melainkan menunjukkan pengertian curahan yang berturut-turut. Termasuk ke dalam pengertian ini sabda Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang mengatakan:
Haji yang paling afdal ialah yang banyak debunya dan banyak mengalirkan darah kurban.
Yakni mengalirkan darah hewan kurban. Menurut hemat saya, demikian pula dalam hadis wanita yang mustahadah (keputihan) saat Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, kepadanya,
“Aku anjurkan kamu memakai penyumbat dari katun.”
Maka wanita itu menjawab, “Wahai Rasulullah, darah itu lebih banyak daripada yang engkau perkirakan, sesungguhnya ia mengalir dengan sederas-derasnya.” Hal ini menunjukkan adanya penggunaan kata as-sajj untuk menunjukkan pengertian curahan yang berturut-turut lagi banyak; hanya Allah jualah Yang Maha Mengetahui.
Ayat 6-16
Maksudnya, bukankah kami telah memberikan kalian berbagai nikmat agung, kami menjadikan untuk kalian,
“bumi itu sebagai hamparan,” yaitu dihamparkan dan ditundukkan bagi kalian dan untuk kepentingan kepentingan berupa tanah garapan, tempat tinggal dan jalan.
“Dan gunung gunung sebagi pasak,” mengokohkan bumi agar tidak berguncang bersama kalian. “Dan kami jadikan kamu berpasang pasangan,” yakni lelaki dan perempuan dari jenis yang sama agar masing masing dari keduanya merasa tentang pada yang lain dan membentuk rasa cinta dan kasih serta membuahkan keturunan dari keduanya. Dan termasuk dalam karunia ini adalah nikmatnya wanita yang dinikahi.
“Dan kami jadikan tidurmu untuk istirahat,“ yakni sebagai istirahat bagi kalian dan sebagai pemutus pekerjaan yang jika terus dilakukan akan membahayakan badan. Allah menjadikan malam dan tidur sebagai penutup agar gerakan gerakan mereka yang membahayakan menjadi tenang dan mereka mendapatkan kenyamanan yang bermanfaat.
“Dan kami bangun di atas kamu tujuh lapis (langit) yang kokoh,” yakni tujuh langit yang amat kuat dan kokoh. Allah menahannya dengan kusasanya dan menjadikannya sebagai atap bagi bumi. Padanya terdapat berbagai manfaat bagi manusia. Karena itulah Allah menyebutkan di antara manfaat matahari seraya berfirman,
“Dan kami jadikan pelita yang amat terang (matahari).” Allah mengingatkan manusia pada matahari berupa nikmat cahayanya yang menjadi kebutuhan vital bagi mereka dan pada panasnya, karena padanya terdapat berbagai manfaat, seperti untuk mematangkan (buah-buahan).
“Dan kami turunkan dari awan air yang banyak tercurah,“ yakni sangat deras,
“supaya kami tumbuhkan dengan air itu biji bijian,” seperti gandum, jagung, beras dan lainnya yang menjadi makanan manusia,
“dan tumbuh tumbuhan,” mencakup seluruh tumbuh tumbuhan yang dijadikan Allah sebagai makanan untuk binatang ternak mereka,
“dan kebun kebun yang lebat,” yaitu kebun kebun yang lebat, yang di dalamnya terdapat berbagai macam buah buahan yang lezat. Untuk itu, Dzat yang memberi kalian berbagai nikmat agung yang tidak terkira dan terhitung jumlahnya ini, bagaimana bisa kalian kufuri dan kalian dustakan berita yang dikabarkan pada kalian tentang hari kebangkitan dan pengumpulan nanti? Atau mengapa kalian menggunakan nikmat-nikmat Allah untuk bermaksiat dan untuk menentangnya?
Dan bukankah telah pula kami turunkan dari sela-sela awan yang mengandung uap air yang pekat itu air hujan yang tercurah dengan hebatnya’ air sangat besar artinya bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya, baik flora maupun fauna. 15. Kami turunkan hujan untuk kami tumbuhkan dengan air itu biji-bijian, seperti padi dan gandum dan tanam-tanaman lainnya. Biji-bijian yang pada awalnya terlihat mati akan hidup dan tumbuh begitu tersiram air hujan. Begitulah gambaran kebangkitan manusia di hari kiamat.
An-Naba Ayat 14 Arab-Latin, Terjemah Arti An-Naba Ayat 14, Makna An-Naba Ayat 14, Terjemahan Tafsir An-Naba Ayat 14, An-Naba Ayat 14 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan An-Naba Ayat 14
Tafsir Surat An-Naba Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)