{79} An-Nazi’at / النازِعات | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | التكوير / At-Takwir {81} |
Tafsir Al-Qur’an Surat ‘Abasa عبس (Ia Bermuka Masam) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 80 Tafsir ayat Ke 18.
مِنْ أَيِّ شَيْءٍ خَلَقَهُ ﴿١٨﴾
min ayyi syai`in khalaqah
QS. ‘Abasa [80] : 18
Dari apakah Dia (Allah) menciptakannya?
Manusia kafir dilaknat dan diazab, betapa besar kekafirannya kepada Tuhannya. Tidakkah dia melihat dari apakah Allah menciptakannya pertama kali? Allah menciptakannya dari air yang sedikit (yaitu sperma), lalu allah menciptakannya dalam beberapa tahapan, Kemudian Dia menjelaskan baginya jalan kebaikan dan jalan keburukan. Kemudian Allah mematikannya dan menjadikan baginya satu tempat yang ia dikubur di dalamnya. Kemudian jika Allah berkehendak Dia akan menghidupkan kembali dan membangkitkannya untuk menghadapi perhitungan amal dan balasan. Perkaranya tidak sebagaimana yang diucapkan dan dilakukan oleh orang kafir ini, dia tidak menunaikan perintah Allah, yaitu beriman kepada-Nya dan mentaatiNya.
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى mencela orang yang ingkar kepada hari berbangkit dan dihidupkan-Nya kembali manusia di hari kemudian.
Binasalah manusia; alangkah amat sangat kekafirannya. (‘Abasa: 17)
Ad-Dahhak telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman Allah. سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى: Binasalah manusia. (‘Abasa: 17), Yakni terkutuklah manusia. Hal yang sama dikatakan oleh Abu Malik, bahwa kalimat ini ditujukan kepada manusia yang mendustakan hari berbangkit. Dia banyak berdusta tanpa sandaran, bahkan hanya menurut ilusinya yang menganggap hal itu mustahil terjadi, dia tidak mempunyai pengetahuan sama sekali dalam hal ini.
Ibnu Juraij mengatakan bahwa firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى: alangkah amat sangat kekafirannya. (‘Abasa: 17) Maksudnya, betapa parah kekafirannya, yakni memakai sigat (ungkapan) ta’ajjub. Tetapi Ibnu Jarir mengatakan, bisa saja ditakwilkan dengan pengertian berikut, bahwa apakah yang menjadikan manusia itu kafir. Dengan kata lain, apakah yang mendorongnya tidak percaya kepada adanya hari berbangkit. Hal yang semisal telah diriwayatkan oleh Al-Bagawi, dari Muqatil dan Al-Kalabi.
Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: alangkah amat sangat kekafirannya. (‘Abasa: 17) Yaitu betapa laknatnya dia.
Kemudian Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menerangkan kepada manusia tentang bagaimana Dia menciptakannya dari sesuatu yang hina, dan bahwa Dia mampu untuk mengembalikannya hidup seperti semula sebagaimana saat Dia menciptakannya di permulaan; untuk itu Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman:
Dari apakah Allah menciptakannya? Dari setetes mani, Allah menciptakannya, lalu menentukannya. (‘Abasa: 18-19)
Yakni kemudian menentukan ajal, rezeki, dan amalnya, apakah dia termasuk orang yang berbahagia ataukah orang yang celaka.
Kemudian Dia memudahkan jalannya. (‘Abasa: 20)
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa kemudian Allah memudahkannya keluar dari perut ibunya. Hal yang sama telah dikatakan oleh Ikrimah, Ad-Dahhak, Abu Saleh, Qatadah, dan As-Saddi, kemudian dipilih oleh Ibnu Jarir. Mujahid mengatakan bahwa ayat ini semakna dengan firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى yang mengatakan:
Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir. (Al-Insan: 3)
Artinya, Kami telah menerangkan kepadanya jalan yang lurus, dan Kami telah menjelaskannya kepadanya, dan Kami telah mumudahkan baginya untuk mengamalkannya. Hal yang sama telah dikatakan oleh Al-Hasan dan Ibnu Zaid, dan pendapat inilah yang paling kuat; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Ayat 17-23
Meski seperti itu, manusia tetap saja kufur. Karena itu Allah berfirman, “Binasalah manusia; alangkah amat sangat keakfirannya” terhadap nikmat Allah, dan alangkah hebat pembangkangannya pada kebenaran setelah kebenaran itu jelas, padahal sendiri apa? Dia hanyalah makhluk paling lemah yang diciptakan Allah dari air hina kemudian ditentukan wujudnya serta disempurnakan menjadi manusia sempurna lalu Allah menyempurnakan kekuatan lahir dan batinnya. “Kemudian dia memudahkan jalannya,” yakni Allah memudahkan baginya sebab-sebab agama dan dunia dan menunjukan pada jalan lurus serta menjelaskannya. Allah mengujinya dengan perintah dan larangan. “Kemudian Dia mematikannya dan memasukkannya ke dalam kubur,” yakni, memuliakannya dengan disemayamkan dan tidak dijadikan seperti hewan yang bangkainya dibiarkan saja tergeletak diatas tanah. “Kemudian bila Dia menghendaki, Dia membangkitkannya setelah kematian untuk pembalasan amal. Hanya Allah semata yang mengatur manusia dan mengarahkannya pada hal-hal tersebut. Tidak ada satu sekutu pun yang menyertai Allah dalam hal itu. Meski demekian, manusia tetap saja tidak mau menunaikan perintah Allah dan tidak mau menunaikan kewajiban yang dibebankan padanya. Bahkan senantiasa bermalas-malasan tapi banyak meminta.
Mengapa mereka ingkar’ tidakkah mereka sadar dari apakah dia menciptakannya’19. Manusia hanyalah makhluk yang sangat lemah. Allah menciptakannya dari sesuatu yang hina, yaitu setetes mani. Dia menciptakannya melalui berbagai tahapan, dari tahap alaqah yang menempel di dinding rahim, lalu berubah menjadi mudgah, kemudian tahap pembentukan tulang, kemudian tahap dibungkusnya tulang itu dengan daging, lalu Allah menentukannya dan mewujudkannya dalam bentuk yang sempurna, dilengkapi dengan panca indera, akal, dan sebagainya.
‘Abasa Ayat 18 Arab-Latin, Terjemah Arti ‘Abasa Ayat 18, Makna ‘Abasa Ayat 18, Terjemahan Tafsir ‘Abasa Ayat 18, ‘Abasa Ayat 18 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan ‘Abasa Ayat 18
Tafsir Surat ‘Abasa Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)