{82} Al-Infitar / الإنفطار | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | الإنشقاق / Al-Insyiqaq {84} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Muthaffifin المطففين (Orang-Orang Yang Curang) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 83 Tafsir ayat Ke 14.
كَلَّا ۖ بَلْ ۜ رَانَ عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ ﴿١٤﴾
kallā bal rāna ‘alā qulụbihim mā kānụ yaksibụn
QS. Al-Muthaffifin [83] : 14
Sekali-kali tidak! Bahkan apa yang mereka kerjakan itu telah menutupi hati mereka.
Azab yang keras pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan, yaitu orang oranga yang mendustakan akan terjadinya hari pembalasan. Tidak ada yang mendustakan hari pembalasan melainkan setiap orang yang zalim dan banyak berbuat dosa. Apabila dibacakan ayat-ayat Al-Qur’an kepadanya, ia berkata, “Ini adalah Ini adalah dongeng batil orang-orang yang dahulu.” Urusannya tidak sebagaimana yang mereka sangka. Al-Qur’an adalah firman Allah dan wahyu-Nya yang diturunkan kepada Nabi-Nya. Yang membuat hati mereka terhalang untuk membenarkan adalah apa yang menutupinya akibat banyaknya dosa dosa yang mereka lakukan. Urusannya tidak sebagaimana yang disangkakan orang-orang kafir. Bahkan pada Hari Kiamat mereka benar-benar terhalang dari melihat Tuhan mereka. Ayat ini menjadi dalil bahwa orang-orang yang beriman akan melihat Tuhan mereka di surga. Kemudian orang-orang kafir itu masuk kedalam api neraka, mereka merasakan panasnya, Kemudian kepada mereka dikatakan, “Ini adalah balasan yang dulu kalian dustakan.”
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
{إِذَا تُتْلَى عَلَيْهِ آيَاتُنَا قَالَ أَسَاطِيرُ الأوَّلِينَ}
yang apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat kami, ia berkata, “Itu adalah dongengan-dongengan orang-orang yang dahulu.” (Al-Muthaffifin: 13)
Yakni apabila dia mendengar Kalamullah dari Rasul صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, maka dia mendustakannya dan menuduhnya dengan prasangka yang buruk, maka dia meyakininya sebagai buat-buatan yang dihimpun dari kitab-kitab orang-orang yang terdahulu. Seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firmannya:
وَإِذا قِيلَ لَهُمْ مَاذَا أَنْزَلَ رَبُّكُمْ قالُوا أَساطِيرُ الْأَوَّلِينَ
Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Apakah yang telah diturunkan Tuhan kalian?” Mereka menjawab, “Dongengan-dongengan orang-orang dahulu.” (An-Nahl: 24)
Dan firman-Nya:
وَقالُوا أَساطِيرُ الْأَوَّلِينَ اكْتَتَبَها فَهِيَ تُمْلى عَلَيْهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا
Dan mereka berkata, “Dongengan-dongengan orang-orang dahulu, dimintanya supaya dituliskan, maka dibacakanlah dongengan itu kepadanya setiap pagi dan petang.” (Al-Furqan: 5)
Maka disangggah oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى melalui firman-Nya dalam surat ini:
{كَلا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ}
Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka. (Al-Muthaffifin:14)
Yakni keadaannya tidaklah seperti apa yang mereka dugakan, dan tidak pula seperti apa yang dikatakan oleh mereka bahwa Al-Qur’an ini adalah dongengan orang-orang dahulu, bahkan Al-Qur’an itu adalah Kalamullah, dan wahyu-Nya yang diturunkan kepada Rasul-Nya. Dan sesungguhnya hati mereka terhalang dari beriman kepada Al-Qur’an, tiada lain karena hati mereka telah dipenuhi dan tertutup oleh noda-noda dosa yang banyak mereka kerjakan. Karena itulah maka disebutkan oleh firman-Nya: Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka. (Al-Muthaffifin:14)
Ar-rain menutupi hati orang-orang kafir, dan al-gaim menyelimuti hati orang-orang yang berbakti, sedangkan al-gain meliputi hati orang-orang yang terdekat (dengan Allah).
Ibnu Jarir, Imam Turmuzi, Imam Nasai, dan Ibnu Majah telah meriwayatkan melalui berbagai jalur dari Muhammad ibnu Ajlan, dari Al-Qa’qa’ ibnu Hakim, dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah, dari Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang telah bersabda:
“إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا أَذْنَبَ ذَنْبًا كَانَتْ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فِي قَلْبِهِ، فَإِنْ تَابَ مِنْهَا صُقِلَ قَلْبُهُ، وَإِنْ زَادَ زَادَتْ، فَذَلِكَ قَوْلُ اللَّهِ: {كَلا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ}
Sesungguhnya seorang hamba itu apabila melakukan suatu dosa, maka terjadilah noktah hitam di hatinya; dan apabila ia bertobat darinya, maka noktah itu lenyap dari hatinya dan menjadi cemerlang; dan apabila ia menambah dosanya lagi, maka bertambah pulalah noktahnya. Yang demikian itu disebutkan oleh firman-Nya; “Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka.” (Al-Muthaffifin: 14)
Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini kalau tidak hasan, sahih. Menurut lafaz yang ada pada Imam Nasai disebutkan seperti berikut:
Sesungguhnya seorang hamba itu apabila berbuat suatu dosa, maka terjadilah suatu noktah hitam pada hatinya. Dan apabila dia menghentikan perbuatan dosanya, lalu memohon ampun kepada Allah dan bertobat, maka hatinya menjadi mengkilap lagi (bersih). Dan jika dia mengulangi perbuatan dosanya, noktah itu kembali lagi menutupi hatinya, hingga noktah itu menutupi seluruh hatinya (jika ia terus-menerus melakukannya). Itulah yang dimaksud dengan ar-ran yang terdapat di dalam firman-Nya, “Sekali-kali tidak (demikian) sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka.” (Al-Muthaffifin: 14)
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Safwan ibnu Isa, telah menceritakan kepada kami Ibnu Ajlan, dari Al-Qa’qa’ ibnu Hakim, dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda: Sesungguhnya seorang mukmin itu apabila melakukan perbuatan dosa, terjadilah noktah hitam pada hatinya; dan jika ia bertobat dan kapok serta memohon ampun kepada Allah, maka hatinya kembali bersih mengkilap. Dan apabila dia menambah dosanya, maka bertambah pula noktah hitam itu hingga menutupi seluruh hatinya. Itulah yang dimaksud denganar-ran (kotoran) yang disebutkan di dalam firman-Nya, “Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka.” (Al-Muthaffifin: 14)
Al-Hasan Al-Basri mengatakan bahwa yang dimaksud dengan ar-ran ialah dosa di atas dosa sehingga membutakan hatinya dan hatinya mati. Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid ibnu Jubair, Qatadah, dan Ibnu Zaid serta lain-lainnya.
(14-17) Sedangkan orang yang bersikap adil lagi obyektif dan bertujuan mencari kebenaran yang nyata, ia tidak mendustakan Hari Pembalasan, karena Allah جَلَّ جَلالُهُ telah menegakkan dalil-dalil pasti dan bukti-bukti nyata yang membuatnya yakin dengan sebenarnya. Bukti dan dalil itu bagi pandangan hatinya laksana matahari bagi pandangan matanya. Tidak seperti orang yang hatinya tertutup oleh kemaksiatan-kemaksiatannya. Ia terhalang dari kebenaran. Karena itu balasannya adalah terhalang dari Allah جَلَّ جَلالُهُ sebagaimana hatinya dulu ketika di dunia terhalang dari menerima ayat-ayat Allah جَلَّ جَلالُهُ. ثُمَّ إِنَّهُمْ “Kemudian sesungguhnya mereka,” di samping siksaan berat itu, لَصَالُوا الْجَحِيمِ “benar-benar masuk neraka, kemudian dikatakan (kepada mereka),” هَذَا الَّذِي كُنْتُمْ بِهِ تُكَذِّبُونَ “Inilah azab yang dahulu selalu kamu dustakan.” Di sini Allah جَلَّ جَلالُهُ menyebutkan tiga macam azab untuk mereka; azab Neraka Jahim, azab celaan dan cemoohan, dan azab terhalang dari Rabb semesta alam yang mencakup murka dan marah Allah جَلَّ جَلالُهُ atas mereka dan hal itu lebih berat bagi mereka daripada siksaan neraka.
Kontekstual ayat ini menunjukkan bahwa orang-orang yang beriman akan melihat Rabb mereka pada Hari Kiamat dan di surga. Mereka merasa nikmat dengan memandang Allah جَلَّ جَلالُهُ yang jauh lebih besar dari seluruh kenikmatan. Mereka bergembira berbincang-bincang denganNya dan senang dekat denganNya sebagaimana disebutkan Allah جَلَّ جَلالُهُ dalam berbagai ayat al-Qur`an serta riwayat mutawatir yang dinukil dari Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.
Dalam ayat-ayat ini terdapat peringatan dari berbagai dosa, karena dosa bisa menutupi hati sedikit demi sedikit hingga cahaya hati padam dan pandangan hati mati dan inilah yang akan memutarbalikkan kebenaran (pada diri seseorang), sehingga kebatilan dalam pandangannya adalah kebenaran dan kebenaran dalam pandangannya adalah kebatilan. Dan inilah salah satu hukuman dosa terbesar.
Dalam ayat-ayat ini terdapat peringatan dari berbagai dosa, karena dosa bisa menutupi hati sedikit demi sedikit hingga cahaya hati padam dan pandangan hati mati dan inilah yang akan memutarbalikkan kebenaran (pada diri seseorang), sehingga kebatilan dalam pandangannya adalah kebenaran dan kebenaran dalam pandangannya adalah kebatilan. Dan inilah salah satu hukuman dosa terbesar.
Sekali-kali tidak demikian! Al-Qur’an adalah kalam dan wahyu Allah kepada nabi Muhammad. Bahkan apa yang mereka kerjakan itu, yaitu kekufuran dan maksiat, telah menutupi hati mereka sehingga tidak mampu membedakan antara yang hak dan batil. 15. Sekali-kali tidak! sesungguhnya mereka yang kafir dan berbuat maksiat pada hari pembalasan itu benar-benar terhalang dari rahmat tuhannya. Mereka tidak mendapatkan rahmat Allah dan tidak pula mampu melihat-Nya di akhirat nanti.
Al-Muthaffifin Ayat 14 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Muthaffifin Ayat 14, Makna Al-Muthaffifin Ayat 14, Terjemahan Tafsir Al-Muthaffifin Ayat 14, Al-Muthaffifin Ayat 14 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Muthaffifin Ayat 14
Tafsir Surat Al-Muthaffifin Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)