{90} Al-Balad / البلد | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | الليل / Al-Lail {92} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Asy-Syams الشمس (Matahari) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 91 Tafsir ayat Ke 7.
وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا ﴿٧﴾
wa nafsiw wa mā sawwāhā
QS. Asy-Syams [91] : 7
demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan)nya,
Allah bersumpah demi matahari, dan demi siangnya serta cahayanya di waktu dhuha, demi bulan apabila mengiringinya ketika terbit dan terbenam, demi siang apabila menghilangkan dan menyingkapkan kegelapan, demi malam apabila menutupi bumi sehingga apa yang ada di permukaannya menjadi gelap, demi langit dan bangunannya yang kokoh, demi bumi dan penghamparannya, dan demi jiwa serta penyempurnaan Allah pada penciptaannya untuk menunaikan tugasnya. Kemudian Allah menjelaskan kepadanya jalan keburukan dan kebaikan. Beruntunglah orang yang menyucikan jiwa dan menumbuhkannya dengan kebaikan. Dan merugilah orang yang menutupi jiwanya dalam kemaksiatan.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Dan jiwa serta penyempurnaan (ciptaan)nya. (Asy-Syams: 7)
Yaitu penciptaannya yang sempurna dengan dibekali fitrah yang lurus lagi tegak, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Ar-Rum: 30)
Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ telah bersabda:
Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka hanya kedua orang tuanyalah yang menjadikannya seorang Yahudi, atau seorang Nasrani, atau seorang Majusi. Sebagaimana hewan ternak yang melahirkan anaknya dalam keadaan utuh, maka apakah kamu pernah melihatnya ada yang cacat?
Imam Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkannya melalui riwayat Abu Hurairah, sedangkan di dalam Sahih Muslim disebutkan melalui riwayat Iyad ibnu Hammad Al-Mujasyi’i, dari Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ Disebutkan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ telah bersabda:
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman, “Sesungguhnya Aku menciptakan hamba-hamba-Ku dalam keadaan hanif (menyimpang dari kebatilan dan cenderung kepada perkara hak). Kemudian datanglah setan-setan yang menyesatkan mereka dari agamanya.
(7-8) وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا “Dan demi jiwa serta penyempurnaan (cip-taan)nya.” Kemungkinan yang dimaksudkan adalah jiwa seluruh makhluk hidup sebagaimana dikuatkan oleh keumuman ayat ini. Dan kemungkinan yang dimaksudkan adalah sumpah dengan jiwa manusia mukallaf saja, dengan dalil yang akan disebutkan be-rikutnya. Secara keseluruhan, jiwa adalah salah satu tanda-tanda kebesaran Allah جَلَّ جَلالُهُ yang berhak untuk dijadikan obyek sumpah, karena jiwa adalah sesuatu yang amat lembut dan tidak kelihatan, amat cepat berpindah dan bergerak, cepat berubah, terpengaruh oleh emosi-emosi diri seperti sedih, berkeinginan, cinta, dan benci. Tanpa jiwa, raga hanyalah patung yang tidak ada gunanya. Diben-tuknya ia secara sempurna merupakan salah satu tanda kebesaran Allah جَلَّ جَلالُهُ .
Demi jiwa serta penyempurnaan ciptaannya. Jiwa bukan materi sebagaimana benda-benda yang disebut sebelumnya, tetapi jiwa mempunyai peran yang sangat sentral dalam memben’tuk perilaku manusia. 8. Setelah menyempurnakan ciptaan jwia itu maka dia mengilhamkan kepadanya jalan kejahatan dan ketakwaannya. Jiwa manusia laksana wadah bagi nilai-nilai yang diembannya. Jiwa bisa menjadi baik atau buruk tergantung nilai mana yang manusia pilih dan aktualisasikan.
Asy-Syams Ayat 7 Arab-Latin, Terjemah Arti Asy-Syams Ayat 7, Makna Asy-Syams Ayat 7, Terjemahan Tafsir Asy-Syams Ayat 7, Asy-Syams Ayat 7 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Asy-Syams Ayat 7
Tafsir Surat Asy-Syams Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)