{90} Al-Balad / البلد | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | الليل / Al-Lail {92} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Asy-Syams الشمس (Matahari) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 91 Tafsir ayat Ke 8.
فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا ﴿٨﴾
fa al-hamahā fujụrahā wa taqwāhā
QS. Asy-Syams [91] : 8
maka Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya,
Allah bersumpah demi matahari, dan demi siangnya serta cahayanya di waktu dhuha, demi bulan apabila mengiringinya ketika terbit dan terbenam, demi siang apabila menghilangkan dan menyingkapkan kegelapan, demi malam apabila menutupi bumi sehingga apa yang ada di permukaannya menjadi gelap, demi langit dan bangunannya yang kokoh, demi bumi dan penghamparannya, dan demi jiwa serta penyempurnaan Allah pada penciptaannya untuk menunaikan tugasnya. Kemudian Allah menjelaskan kepadanya jalan keburukan dan kebaikan. Beruntunglah orang yang menyucikan jiwa dan menumbuhkannya dengan kebaikan. Dan merugilah orang yang menutupi jiwanya dalam kemaksiatan.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. (Asy-Syams: 8)
Yakni Allah menerangkan kepadanya jalan kefasikan dan ketakwaan, kemudian memberinya petunjuk kepadanya sesuai dengan apa yang telah ditetapkan Allah untuknya.
Ibnu Abbas mengatakan sehubungan dengan makna firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى: maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. (Asy-Syams: 8) Allah telah menjelaskan kepadanya kebaikan dan keburukan.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, Qatadah, Ad-Dahhak, dan As-Sauri. SaMd ibnu Jubair mengatakan bahwa Allah mengilhamkan (menginspirasikan) kepadanya jalan kebaikan dan keburukan. Ibnu Zaid mengatakan bahwa Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menjadikan dalam jiwa itu kefasikan dan ketakwaannya.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Basysyar, telah menceritakan kepada kami Safwan ibnu Isa dan Abu Asim An-Nabil, keduanya mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Azrah ibnu Sabit, telah menceritakan kepadaku Yahya ibnu Aqil, dari Yahya ibnu Ya’mur, dari Abul Aswad Ad-Daili yang mengatakan bahwa Imran ibnu Husain mengatakan kepadanya, “Bagaimanakah pendapatmu tentang apa yang dikerjakan oleh manusia sehingga mereka bersusah payah melakukannya? Apakah hal itu merupakan sesuatu yang telah ditetapkan atas mereka dan telah digariskan oleh takdir yang terdahulu atas mereka. Ataukah merupakan sesuatu yang bergantung kepada penerimaan mereka terhadap apa yang disampaikan oleh Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ kepada mereka dan yang telah diperkuat oleh hujjah sebagai alasan terhadap mereka?” Maka Abul Aswad Ad-Daili menjawab, “Tidak demikian, sebenarnya hal itu merupakan sesuatu yang telah ditetapkan atas diri mereka oleh takdir Allah.'” Imran ibnu Husain bertanya, “Maka apakah hal itu bukan termasuk perbuatan aniaya?”
Abul Aswad Ad-Daili mengatakan bahwa ia merasa sangat terkejut terhadap pertanyaan itu. Maka ia menjawab, “Tiada sesuatu pun melainkan dia adalah makhluk-Nya dan menjadi milik-Nya, tiada seorang pun yang menanyakan apa yang diperbuat-Nya, sedangkan mereka akan dimintai pertanggungjawaban dari apa yang telah mereka kerjakan.”
Imran ibnu Husain berkata, “Semoga Allah meluruskanmu, sesungguhnya aku bertanya kepadamu tiada lain untuk memberitahukan kepadamu bahwa pernah ada seorang lelaki dari Bani Muzayyanah atau Bani Juhainah datang kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, lalu bertanya, ‘Wahai Rasulullah, bagaimanakah menurutmu tentang apa yang dikerjakan oleh manusia yang mereka bersusah payah menanggulanginya. Apakah hal itu merupakan sesuatu yang telah ditetapkan atas mereka dalam takdir yang terdahulu, ataukah hal itu merupakan sesuatu yang mereka terima dari apa yang disampaikan oleh Nabi mereka kepada mereka, lalu diperkuat dengan hujah atas diri mereka?”
Maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab:
Tidak demikian, sebenarnya hal itu adalah sesuatu yang telah ditetapkan atas diri mereka.
Lelaki itu bertanya lagi, “Lalu apakah gunanya kita beramal?” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab, bahwa barang siapa yang diciptakan oleh Allah untuk mengerjakan salah satu di antara keduanya, maka Allah menyiapkannya untuk itu, dan hal yang membenarkan ini dalam Kitabullah adalah firman-Nya yang mengatakan: dan jiwa serta penyempurnaan (ciptaan)nya, maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. (Asy-Syams: 7-8)
Imam Ahmad dan Imam Muslim meriwayatkannya melalui hadis Azrah ibnu Sabit dengan sanad yang sama.
7-8. “Dan demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan) nya.” Kemungkinan yang dimaksudkan adalah jiwa seluruh makhluk hidup sebagaimana dikuatkan oleh keumuman ayat ini. Dan kemungkinan yang dimaksudkan adalah sumpah dengan jiwa manusia mukallaf saja, dengan dalil yang akan disebutkan berikutnya. Secara keseluruhan, jiwa adalah salah satu tanda-tanda kebesaran Allah yang berhak untuk dijadikan obyek sumpah, karena jiwa adalah sesuatu yang amat lembut dan tidak kelihatan, amat cepat berpindah dan bergerak, cepat berubah, terpengaruh oleh emosi-emosi diri seperti sedih, berkeinginan, cinta, dan benci. Tanpa jiwa, raga hanyalah patung yang tidak ada gunanya. Dibentuknya ia secara sempurna merupakan salah satu tanda kebesaran Allah.
Setelah menyempurnakan ciptaan jwia itu maka dia mengilhamkan kepadanya jalan kejahatan dan ketakwaannya. Jiwa manusia laksana wadah bagi nilai-nilai yang diembannya. Jiwa bisa menjadi baik atau buruk tergantung nilai mana yang manusia pilih dan aktualisasikan. 9. Sungguh beruntung orang yang membersihkan jiwa itu dan menyucikannya dari segala keko’toran seperti syirik, kufur, takabur, iri, dengki, kikir, tamak, dan sebagainya, lalu menghiasinya dengan sifat-sifat baik seperti iman, ikhlas, sabar, syukur, dan sebagainya.
Asy-Syams Ayat 8 Arab-Latin, Terjemah Arti Asy-Syams Ayat 8, Makna Asy-Syams Ayat 8, Terjemahan Tafsir Asy-Syams Ayat 8, Asy-Syams Ayat 8 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Asy-Syams Ayat 8
Tafsir Surat Asy-Syams Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)