{79} An-Nazi’at / النازِعات | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | التكوير / At-Takwir {81} |
Tafsir Al-Qur’an Surat ‘Abasa عبس (Ia Bermuka Masam) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 80 Tafsir ayat Ke 17.
قُتِلَ الْإِنْسَانُ مَا أَكْفَرَهُ ﴿١٧﴾
qutilal-insānu mā akfarah
QS. ‘Abasa [80] : 17
Celakalah manusia! Alangkah kufurnya dia!
Orang kafir dilaknat dan diazab. Betapa sangat kekafirannya kepada Tuhannya. Apakah ia tidak melihat dari apakah Allah menciptakannya untuk pertama kalinya? Allah menciptakannya dari air yang sedikit, yaitu mani. Lalu Allah menentukannya secara bertahap. Kemudian Dia menjelaskan untuknya jalan kebaikan dan keburukan, kemudian Dia mematikannya lalu menjadikan untuknya tempat penguburannya. Kemudian jika Dia menghendaki, maka Dia menghidupkannya dan membangkitkannya setelah kematiannya untuk dihisab dan diberi balasan. Urusannya bukan sebagaimana yang dikatakan dan dilakukan orang kafir. Tetapi, karena ia belum melaksanakan apa yang diperintahkan Allah kepadanya untuk beriman dan menaati-Nya.
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى mencela orang yang ingkar kepada hari berbangkit dan dihidupkan-Nya kembali manusia di hari kemudian.
Binasalah manusia; alangkah amat sangat kekafirannya. (‘Abasa: 17)
Ad-Dahhak telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman Allah. سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى: Binasalah manusia. (‘Abasa: 17), Yakni terkutuklah manusia. Hal yang sama dikatakan oleh Abu Malik, bahwa kalimat ini ditujukan kepada manusia yang mendustakan hari berbangkit. Dia banyak berdusta tanpa sandaran, bahkan hanya menurut ilusinya yang menganggap hal itu mustahil terjadi, dia tidak mempunyai pengetahuan sama sekali dalam hal ini.
Ibnu Juraij mengatakan bahwa firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى: alangkah amat sangat kekafirannya. (‘Abasa: 17) Maksudnya, betapa parah kekafirannya, yakni memakai sigat (ungkapan) ta’ajjub. Tetapi Ibnu Jarir mengatakan, bisa saja ditakwilkan dengan pengertian berikut, bahwa apakah yang menjadikan manusia itu kafir. Dengan kata lain, apakah yang mendorongnya tidak percaya kepada adanya hari berbangkit. Hal yang semisal telah diriwayatkan oleh Al-Bagawi, dari Muqatil dan Al-Kalabi.
Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: alangkah amat sangat kekafirannya. (‘Abasa: 17) Yaitu betapa laknatnya dia.
Kemudian Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menerangkan kepada manusia tentang bagaimana Dia menciptakannya dari sesuatu yang hina, dan bahwa Dia mampu untuk mengembalikannya hidup seperti semula sebagaimana saat Dia menciptakannya di permulaan; untuk itu Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman:
Dari apakah Allah menciptakannya? Dari setetes mani, Allah menciptakannya, lalu menentukannya. (‘Abasa: 18-19)
Yakni kemudian menentukan ajal, rezeki, dan amalnya, apakah dia termasuk orang yang berbahagia ataukah orang yang celaka.
Kemudian Dia memudahkan jalannya. (‘Abasa: 20)
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa kemudian Allah memudahkannya keluar dari perut ibunya. Hal yang sama telah dikatakan oleh Ikrimah, Ad-Dahhak, Abu Saleh, Qatadah, dan As-Saddi, kemudian dipilih oleh Ibnu Jarir. Mujahid mengatakan bahwa ayat ini semakna dengan firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى yang mengatakan:
Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir. (Al-Insan: 3)
Artinya, Kami telah menerangkan kepadanya jalan yang lurus, dan Kami telah menjelaskannya kepadanya, dan Kami telah mumudahkan baginya untuk mengamalkannya. Hal yang sama telah dikatakan oleh Al-Hasan dan Ibnu Zaid, dan pendapat inilah yang paling kuat; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Meski seperti itu, manusia tetap saja kufur. Karena itu Allah جَلَّ جَلالُهُ berfirman, قُتِلَ الإنْسَانُ مَا أَكْفَرَهُ “Binasalah manusia; alangkah amat sangat kekafirannya” terhadap nikmat Allah جَلَّ جَلالُهُ, dan alangkah hebat pembangkangannya pada kebenaran setelah kebenaran itu jelas, padahal dia sendiri apa? Dia hanyalah makhluk paling lemah yang diciptakan Allah جَلَّ جَلالُهُ dari air hina kemudian ditentukan wujudnya serta disempurnakan menjadi manusia sempurna lalu Allah جَلَّ جَلالُهُ menyempurnakan kekuatan lahir dan batinnya. ثُمَّ السَّبِيلَ يَسَّرَهُ “Kemudian Dia memudahkan jalannya,” yakni Allah جَلَّ جَلالُهُ memudahkan baginya sebab-sebab Agama dan dunia dan menunjukkan pada jalan lurus serta menjelaskannya. Allah جَلَّ جَلالُهُ mengujinya dengan pe-rintah dan larangan. ثُمَّ أَمَاتَهُ فَأَقْبَرَهُ “Kemudian Dia mematikannya dan memasukkannya ke dalam kubur,” yakni, memuliakannya dengan disemayamkan dan tidak dijadikan seperti hewan yang bangkainya dibiarkan saja tergeletak di atas tanah. ثُمَّ إِذَا شَاءَ أَنْشَرَهُ “Kemudian bila Dia menghendaki, Dia membangkitkannya kembali,” yakni membang-kitkannya setelah kematian untuk pembalasan amal.
Hanya Allah جَلَّ جَلالُهُ semata yang mengatur manusia dan mengarahkannya pada hal-hal tersebut. Tidak ada satu sekutu pun yang menyertai Allah جَلَّ جَلالُهُ dalam hal itu. Meski demikian, manusia tetap saja tidak mau menunaikan perintah Allah جَلَّ جَلالُهُ dan tidak mau menunaikan kewajiban yang dibebankan padanya. Bahkan senantiasa bermalas-malasan tapi banyak meminta.
Allah telah menurunkan Al-Qur’an sebagai kitab yang penuh peringatan bagi manusia agar mereka mengikuti jalan Allah, tetapi celakalah manusia, alangkah jauh mereka dari rahmat Allah, alangkah kufurnya dia kepada peringatan tuhan!18. Mengapa mereka ingkar’ tidakkah mereka sadar dari apakah dia menciptakannya’.
‘Abasa Ayat 17 Arab-Latin, Terjemah Arti ‘Abasa Ayat 17, Makna ‘Abasa Ayat 17, Terjemahan Tafsir ‘Abasa Ayat 17, ‘Abasa Ayat 17 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan ‘Abasa Ayat 17
Tafsir Surat ‘Abasa Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)