Berkata Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah,
“Tidak sepantasnya seseorang banyak mengeluh, tetapi hendaknya bersabar dan mengharap pahala. Orang yang berakal dan bijak akan berusaha bersabar dan menguatkan dirinya hingga hilang apa yang menimpanya. Adapun bila setiap kali terjadi sesuatu lalu ia segera mengadu (mengeluh), maka itu adalah kesalahan. Karena hal itu menunjukkan sedikitnya kesabaran serta dapat menyakiti orang yang ia adukan keluhannya.”
(at-Ta’liq ala Sahih Muslim, 4,574)
Mengeluh: Kebiasaan yang Melemahkan Jiwa
Di era digital sekarang, budaya “curhat” di media sosial seolah menjadi hal biasa. Saat hati gelisah, tangan kita cepat mengetik status panjang di Facebook, X (Twitter), atau Instagram.
Padahal, mengeluh secara berlebihan justru memperlihatkan kelemahan jiwa dan kurangnya kesabaran.
Syaikh Ibnu Utsaimin menjelaskan bahwa orang yang bijak akan menahan diri, memperkuat hati, dan bersabar hingga ujian itu berlalu.
Bukan berarti tidak boleh menceritakan kesulitan — tetapi hendaknya kita bedakan antara minta nasihat dengan niat baik, dan mengeluh tanpa tujuan kecuali meluapkan emosi.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
“Dan bersabarlah, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”
(QS. Al-Anfal: 46)
Setiap keluhan yang keluar tanpa disertai doa dan harapan kepada Allah, hanya akan menambah gelisah di hati, bukan menyembuhkannya.
Makna Sabar Menurut Islam
a. Sabar bukan berarti diam tanpa usaha
Sabar berarti menahan diri dari reaksi negatif ketika menghadapi kesulitan, sambil tetap berikhtiar mencari solusi.
Seorang mukmin yang sabar bukan pasif, tetapi aktif memperbaiki keadaan dengan tenang dan tawakal.
b. Sabar adalah tanda kekuatan iman
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, karena semua urusannya adalah baik baginya. Jika ia mendapat kesenangan, ia bersyukur; dan jika ia tertimpa kesusahan, ia bersabar, maka itu baik baginya.”
(HR. Muslim)
Dengan sabar, seorang muslim menjaga hatinya agar tetap bersih dari keputusasaan dan keluhan yang berlebihan. Ia tahu bahwa setiap ujian adalah jalan menuju pahala.
Mengeluh Bisa Menyakiti Orang Lain
Syaikh Ibnu Utsaimin juga menegaskan bahwa mengeluh terus-menerus dapat menyakiti orang yang mendengarnya.
Mungkin orang lain sedang punya masalah yang lebih besar, tetapi ia tetap diam dan berusaha tegar. Lalu, ketika kita terus mengeluh di hadapannya, itu bisa membuatnya merasa lelah, terbebani, bahkan kehilangan semangat.
Mengeluh juga bisa menularkan energi negatif.
Seseorang yang terbiasa mengeluh akan membuat suasana di sekitarnya suram, karena fokusnya hanya pada hal-hal buruk dalam hidup.
Padahal, Allah memerintahkan kita untuk menyebarkan optimisme dan harapan.
Curhat yang Dibenarkan: Hanya Kepada Allah
Tidak semua “keluhan” dilarang. Islam mengajarkan bentuk keluhan yang benar — yaitu mengadu kepada Allah, bukan kepada manusia.
Lihatlah contoh Nabi Ya’qub ‘alaihissalam ketika kehilangan anaknya, Nabi Yusuf:
“Sesungguhnya aku hanya mengadukan kesusahan dan kesedihanku kepada Allah…”
(QS. Yusuf: 86)
Inilah bentuk curhat terbaik. Ia tidak meluapkan emosinya kepada manusia, melainkan mengadu kepada Rabb yang Maha Mendengar.
Maka, jika hati terasa berat, gantilah keluhan dengan doa.
Karena setiap kata yang ditujukan kepada Allah bukanlah keluhan yang tercela, melainkan tanda ketundukan dan pengharapan.
Cara Menumbuhkan Sifat Sabar
Agar mampu menahan diri dari kebiasaan mengeluh, kita perlu melatih kesabaran secara bertahap. Berikut beberapa cara yang diajarkan para ulama:
1️⃣ Menyadari bahwa semua ujian datang dari Allah
Tidak ada sesuatu pun yang terjadi tanpa izin Allah. Ujian adalah tanda kasih sayang-Nya agar kita kembali kepada-Nya.
2️⃣ Mengingat pahala besar bagi orang sabar
Allah berfirman:
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.”
(QS. Az-Zumar: 10)
Bayangkan, pahala tanpa batas!
Siapa pun yang menahan lidah dan hatinya dari keluh kesah akan mendapatkan ganjaran luar biasa.
3️⃣ Banyak berdzikir dan memperbanyak doa
Dzikir melembutkan hati dan menenangkan pikiran.
Orang yang hatinya tenang akan lebih mudah menerima takdir dengan lapang dada.
4️⃣ Bergaul dengan orang-orang yang sabar
Lingkungan sangat memengaruhi.
Jika kita sering bersama orang yang tenang, ikhlas, dan penuh syukur, maka sifat itu akan menular.
Bahaya Media Sosial: Ladang Keluhan Modern
Zaman sekarang, keluhan tidak lagi hanya diucapkan — tapi disebarluaskan lewat layar ponsel.
Status, story, atau cuitan yang penuh emosi sering kali lahir dari hati yang belum siap bersabar.
Padahal, keluhan di media sosial tidak menyelesaikan masalah, malah bisa menimbulkan dosa baru:
-
Membuka aib diri sendiri
-
Mengeluh atas takdir Allah di depan umum
-
Menyebarkan pesimisme kepada orang lain
Sungguh benar nasihat Syaikh Ibnu Utsaimin:
“Setiap kali terjadi sesuatu lalu ia segera mengadu, maka itu adalah kesalahan.”
Lebih baik diam, berdoa, dan mencari solusi dengan tenang. Karena Allah lebih layak mendengar keluhan kita dibandingkan manusia.
Mengubah Keluhan Menjadi Doa dan Syukur
Setiap kali lidah ingin mengeluh, gantilah dengan doa atau kalimat positif.
Misalnya:
| Situasi | Ingin Mengeluh | Ubah Menjadi Doa |
|---|---|---|
| Rezeki sempit | “Kenapa hidupku susah begini?” | “Ya Allah, lapangkan rezekiku dan jadikan aku ridha atas ketentuan-Mu.” |
| Sakit | “Kok aku terus sakit sih?” | “Ya Allah, jadikan sakit ini penghapus dosaku.” |
| Masalah keluarga | “Aku capek banget sama keadaan ini.” | “Ya Allah, berikan kesabaran dan ketenangan dalam keluargaku.” |
Kebiasaan ini akan menguatkan iman, menenangkan hati, dan menjadikan kita hamba yang lebih dekat dengan Allah.
Penutup: Bersabar Itu Mulia
Nasihat Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah bukan sekadar kata-kata bijak, melainkan panduan hidup bagi setiap muslim yang ingin kuat dan mulia.
Sabar bukan berarti menyerah, melainkan menerima ujian dengan lapang dada sambil terus berusaha dan berharap pahala.
Jadikan sabar sebagai pakaian hidup kita.
Karena keluh kesah tidak akan mengubah takdir, tapi kesabaran akan mengubah hati — dari gelisah menjadi tenang, dari marah menjadi ridha.
“Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.”
(QS. Al-Baqarah: 153)