Berkata Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘Anhu:
”إِنِّي لَأَخَافُ عَلَيْكُمَا شَيئَيْنِ: طُولَ الْأَمَلِ وَمُطَاوَعَةَ الْهَوَى، فَإِنَّ طُولَ الْأَمَلِ يَنْسِي الْآخِرَةَ وَمُطَاوَعَةَ الْهَوَى تُصْرِفُ عَنِ الْحَقِّ، فَالْعَالَمُ قَدْ زَالَ وَالْآخِرَةُ قَدْ دَنَتْ، وَلكُلِّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا وُلْدٌ فَكُونُوا وُلْدَ الْآخِرَةِ وَلَا تَكُونُوا وُلْدَ الدُّنْيَا، فَإِنَّ هَذَا الْيَوْمَ عُمْلٌ بِغَيْرِ حِسَابٍ وَالْغَدَ حِسَابٌ بِغَيْرِ عَمَلٍ.”
“Sesungguhnya aku benar-benar khawatir menimpa kalian dua perkara: panjang angan-angan dan mengikuti hawa nafsu. Karena sesungguhnya panjang angan-angan itu dapat melupakan akhirat, dan mengikuti hawa nafsu itu dapat memalingkan dari kebenaran. Sesungguhnya dunia itu telah pergi menjauh, sedangkan akhirat datang mendekat. Masing-masing dari keduanya memiliki anak-anak (pengikut). Maka jadilah kalian termasuk anak-anak akhirat, jangan menjadi anak-anak dunia. Sebab hari ini (di dunia) adalah waktu untuk beramal tanpa ada perhitungan, sedangkan besok (di akhirat) adalah waktu perhitungan tanpa ada amal.”
(Az-Zuhd war-Raqa’iq oleh Ibnu al-Mubarak, Dar al-Ma’arij no.241)
Panjang Angan-angan dan Bahayanya bagi Akhirat
Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘Anhu menekankan panjang angan-angan sebagai salah satu bahaya terbesar bagi manusia. Apa yang dimaksud dengan panjang angan-angan?
Panjang angan-angan adalah ketika seseorang terlalu larut dalam mimpi dan harapan duniawi, hingga melupakan realitas hidup dan tujuan utama kita: akhirat. Orang yang terlalu fokus pada kesenangan dunia sering menunda amal ibadah, menunda kebaikan, dan merasa masih banyak waktu untuk bertobat.
Padahal waktu tidak menunggu siapa pun. Dunia memang sementara, tetapi akhirat adalah abadi. Ali Radhiyallahu ‘Anhu mengingatkan kita agar tidak terlalu berharap dan bersandar pada dunia, karena itu bisa membuat kita lupa menyiapkan bekal akhirat.
Praktik dalam kehidupan sehari-hari:
-
Tetapkan prioritas antara dunia dan akhirat. Misalnya, bekerja untuk mencukupi kebutuhan, tapi tetap meluangkan waktu untuk ibadah dan keluarga.
-
Hindari menunda ibadah atau amal shalih dengan alasan “nanti”.
Mengikuti Hawa Nafsu dan Risiko Terpalingkan dari Kebenaran
Selain panjang angan-angan, Ali juga menekankan bahaya mengikuti hawa nafsu. Hawa nafsu adalah dorongan untuk melakukan sesuatu sesuai keinginan pribadi, tanpa mempertimbangkan kebenaran atau syariat.
Mengikuti hawa nafsu dapat:
-
Memalingkan manusia dari kebenaran.
-
Membuat seseorang lalai terhadap perintah Allah.
-
Menjerumuskan dalam dosa dan kebiasaan buruk.
Contohnya, seseorang mungkin menunda shalat, berdusta, atau melakukan perbuatan tidak baik karena keinginan sesaat. Padahal, setiap tindakan kita akan dimintai pertanggungjawaban.
Praktik dalam kehidupan sehari-hari:
-
Latih diri untuk menahan hawa nafsu, seperti menahan emosi atau nafsu materi.
-
Selalu tanyakan pada hati: apakah tindakan ini benar di sisi Allah atau hanya mengikuti keinginan pribadi?
Dunia Telah Pergi, Akhirat Semakin Dekat
Ali Radhiyallahu ‘Anhu menyebutkan:
“Sesungguhnya dunia itu telah pergi menjauh, sedangkan akhirat datang mendekat.”
Ini adalah pengingat bahwa dunia hanyalah sementara. Tidak peduli berapa banyak harta, pangkat, atau popularitas yang dimiliki, semuanya akan tinggal sementara. Sebaliknya, akhirat semakin dekat setiap hari, dan kita tidak tahu kapan waktunya tiba.
Hikmah yang bisa diambil:
-
Jangan terlalu mencintai dunia sampai mengorbankan akhirat.
-
Gunakan dunia sebagai sarana untuk menyiapkan bekal akhirat: sedekah, amal shalih, dan ibadah.
Anak-anak Dunia vs Anak-anak Akhirat
Ali Radhiyallahu ‘Anhu menekankan pentingnya menjadi anak akhirat, bukan anak dunia.
-
Anak dunia: Terikat dengan kesenangan dunia, lupa tujuan hidup, mudah terpengaruh hawa nafsu.
-
Anak akhirat: Fokus pada kebaikan, memperbanyak amal shalih, selalu sadar bahwa hidup ini sementara dan akhirat abadi.
Menjadi anak akhirat berarti kita hidup dengan kesadaran spiritual, mengutamakan amal baik, dan berusaha menjadi pribadi yang diridhai Allah.
Hari Ini adalah Kesempatan, Besok adalah Perhitungan
Nasihat Ali ini juga mengingatkan kita bahwa:
“Hari ini adalah waktu untuk beramal tanpa perhitungan, sedangkan besok adalah waktu perhitungan tanpa amal.”
Setiap detik yang kita jalani di dunia adalah kesempatan untuk menanam amal kebaikan. Besok, kita akan dihisab tanpa bisa menambah amal baru. Oleh karena itu:
-
Jangan menunda kebaikan.
-
Perbanyak ibadah, sedekah, dan akhlak mulia.
-
Sadari bahwa setiap tindakan akan dicatat dan dipertanggungjawabkan.
Hikmah Utama dan Implementasi dalam Kehidupan
Secara ringkas, nasihat Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘Anhu mengandung pesan penting:
-
Jangan terlalu panjang angan-angan yang melupakan akhirat.
-
Jangan terjebak oleh hawa nafsu yang menjauhkan dari kebenaran.
-
Sadari dunia hanya sementara, akhirat semakin dekat.
-
Jadilah anak akhirat, bukan anak dunia.
-
Gunakan waktu di dunia untuk beramal sebelum tiba hari perhitungan.
Implementasi praktis:
-
Mulai hari dengan niat yang benar: bekerja dan beraktivitas untuk bekal akhirat.
-
Buat jadwal harian untuk ibadah wajib dan sunnah.
-
Evaluasi diri secara rutin: apakah tindakan kita lebih cenderung ke dunia atau akhirat?
-
Ajarkan nilai-nilai ini kepada keluarga dan anak-anak sebagai warisan spiritual.
Kesimpulan
Nasihat Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘Anhu adalah pengingat abadi bagi setiap Muslim. Hidup di dunia penuh godaan, tapi setiap langkah kita harus diarahkan menuju akhirat. Dengan mengendalikan angan-angan dan hawa nafsu, fokus pada amal shalih, dan menyadari pentingnya waktu, kita bisa menjadi anak akhirat yang sejati.
Semoga kita semua dapat mengambil hikmah dari nasihat mulia ini dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga hidup tidak hanya bermanfaat di dunia tetapi juga abadi di akhirat.
“Hidup ini singkat, amal ini panjang. Pilihlah untuk menjadi anak akhirat, bukan anak dunia.”