‘Aqil bin Mi’qal berkata, aku mendengar pamanku Wahb bin Munabbih rahimahullahu berkata,
“Wahai anakku, ikhlaskanlah ketaatan kepada Allah dengan hati yang tulus, niscaya Allah akan membenarkan amalmu yang tampak di hadapan manusia.
Sesungguhnya barang siapa yang berbuat kebaikan lalu merahasiakannya kepada Allah, maka ia telah menempatkannya pada tempat yang tepat dan menyampaikannya pada tujuannya.
Dan siapa yang menyembunyikan amal shalih yang tidak diketahui oleh siapa pun selain Allah, maka sungguh Allah yang menjadi sandaran dan penjaganya, telah melihatnya dan tidak akan menyia-nyiakan pahalanya. Maka janganlah engkau khawatir akan hilangnya amal shalih yang engkau rahasiakan kepada Allah.”
(Hilyat al-Awliya’, 4/69)
Makna Ikhlas Menurut Ulama Salaf
Ikhlas sebagai Pondasi Segala Amal
Ikhlas berarti melakukan suatu amal hanya karena Allah semata. Bukan karena pujian, penghargaan, atau pandangan manusia. Para ulama sepakat bahwa amal apapun tidak akan diterima jika tidak dilandasi niat yang ikhlas.
Wahb bin Munabbih mengingatkan bahwa ketika seseorang benar-benar tulus kepada Allah, maka Allah sendiri akan memperbaiki citra amal tersebut di hadapan manusia. Artinya, seseorang tidak perlu bersusah payah mencari perhatian, karena Allah-lah yang mengatur semuanya.
Ikhlas Melahirkan Ketentraman Hati
Ketika seseorang beramal hanya mengharap ridha Allah, ia akan terhindar dari rasa gelisah—baik karena tidak dipuji maupun karena khawatir amalnya tidak dihargai. Justru ketenangan itu datang dari keyakinan bahwa Allah tidak pernah menyia-nyiakan amal seorang hamba.
Keutamaan Menyembunyikan Amal Shalih
Amal yang Dirahasiakan Lebih Mulia
Wahb bin Munabbih menegaskan bahwa siapa saja yang menyembunyikan amal shalih dari pandangan manusia, maka ia telah meletakkan amal itu di tempat yang paling tepat. Amal yang tersembunyi lebih aman dari riya`, lebih kuat nilainya, dan lebih dekat kepada keikhlasan.
Allah Tidak Pernah Lalai dari Amalan Hamba-Nya
Dalam nasihat tersebut terdapat kalimat yang sangat menenangkan:
“Allah yang menjadi sandaran dan penjaganya, telah melihatnya dan tidak akan menyia-nyiakan pahalanya.”
Ini menunjukkan bahwa Allah Maha Mengetahui semua amal, sekecil apapun, bahkan ketika manusia sama sekali tidak mengetahuinya. Inilah motivasi terbesar untuk beramal tanpa perlu mempublikasikannya.
Mengapa Amal yang Tersembunyi Lebih Terjaga dari Riya’
Riya’ dan Bahayanya dalam Ibadah
Riya’ adalah penyakit hati yang dapat merusak nilai ibadah. Amal yang seharusnya berharga menjadi tidak bernilai di sisi Allah jika niatnya tercampur dengan ingin dilihat atau dipuji manusia.
Amal Tersembunyi Melatih Keikhlasan
Dengan membiasakan diri untuk menyembunyikan amal, seorang hamba melatih jiwanya untuk tidak bergantung pada penilaian manusia. Ia hanya fokus kepada Allah sebagai tujuan akhir.
Contoh Amal yang Dianjurkan untuk Dirahasiakan
Beberapa amal yang sangat dianjurkan untuk dilakukan secara tersembunyi, antara lain:
-
Sedekah di waktu malam tanpa diketahui siapapun
-
Shalat sunnah di rumah
-
Doa pribadi di waktu sepertiga malam
-
Membantu seseorang tanpa menampakkan diri
-
Menghafal Al-Qur’an atau belajar tanpa diumumkan kepada orang lain
Keikhlasan dalam Era Digital
Tantangan Beramal di Masa Media Sosial
Di era digital, tantangan untuk menjaga keikhlasan semakin besar. Banyak orang mengabadikan setiap aktivitas, termasuk ibadah atau sedekah. Hal ini bukan haram, namun rentan menimbulkan riya` jika tidak dijaga niatnya.
Tips Menjaga Keikhlasan di Era Modern
Berikut beberapa langkah praktis:
-
Pastikan niat lurus sebelum beramal
-
Tanyakan kepada diri sendiri, “Apakah aku tetap akan melakukan ini jika tidak ada yang melihat?”
-
Simpan sebagian amal hanya untuk Allah
-
Hindari memposting semua kebaikan yang dilakukan
-
Fokus pada kualitas amal, bukan penilaian manusia
Pesan Penting dari Wahb bin Munabbih untuk Kehidupan Kita
Memprioritaskan Hubungan dengan Allah
Nasihat ini mengajak kita untuk kembali memprioritaskan hubungan kita dengan Allah, bukan dengan manusia. Jika Allah ridha, maka manusia pun akan dimudahkan untuk melihat kebaikan kita tanpa perlu kita mencarinya.
Beramal Tanpa Khawatir Tidak Dihargai
Rasa khawatir akan hilangnya pahala atau tidak dihargai orang lain akan hilang ketika seseorang yakin bahwa Allah tidak pernah melupakan amal hamba-Nya.
Allah-lah yang Menjamin dan Menjaga Ganjaran Amal
Ketenangan terbesar seorang mukmin adalah saat ia yakin bahwa setiap amal—sekecil apapun—akan dicatat, dijaga, dan dibalas oleh Allah.
Nasihat Wahb bin Munabbih rahimahullahu adalah mutiara hikmah yang sangat relevan bagi setiap muslim yang ingin menjaga hatinya dari penyakit riya’ dan ingin memperbaiki hubungan dengan Allah. Intinya:
-
Ikhlas adalah kunci diterimanya amal
-
Amal yang tersembunyi lebih kuat dan lebih aman dari riya’
-
Allah tidak pernah menyia-nyiakan kebaikan hamba-Nya
-
Tidak perlu khawatir jika amal kita tidak dilihat manusia
Semoga nasihat agung ini menjadi pengingat bagi kita untuk terus memperbaiki niat, menjaga keikhlasan, dan menempatkan setiap amal pada tempat yang semestinya: hanya untuk Allah semata.