al-Imam Ibnu Daqqa: Nasehat Tentang Kematian

Berkata al-Imam Ibnu Daqqaq Rahimahullah,

“Barangsiapa yang banyak mengingat kematian, maka ia dimuliakan dengan 3 hal:
1. Bersegera bertaubat
2. ⁠Hati yang merasa cukup
3. ⁠semangat dalam beribadah

Dan barangsiapa yang melupakan kematian, maka ia di hukum dengan 3 hal,
1. Menunda nunda taubat
2. ⁠tidak ridha dengan yang sedikit
3. ⁠malas dalam beribadah

(At-Tadzkirah fii ahwal al mauta wa umuuril akhirah, hal. 20)

Apa Arti Mengingat Kematian?

Mengingat kematian bukan berarti hidup dalam ketakutan atau keputusasaan, melainkan menyadari kefanaan dunia dan menjadikan kematian sebagai motivasi untuk berbuat baik. Rasulullah ﷺ bersabda:

“Perbanyaklah mengingat pemutus kenikmatan, yaitu kematian.”
(HR. Tirmidzi, no. 2307)

Hadis ini mengajarkan bahwa dzikrul maut bukan untuk menakut-nakuti, tapi agar hati menjadi lembut dan hidup lebih terarah.

3 Kemuliaan bagi Orang yang Mengingat Kematian

1. Bersegera Bertaubat

Orang yang sering mengingat kematian akan sadar bahwa waktu hidupnya terbatas. Ia tidak menunda taubat, karena bisa jadi hari ini adalah hari terakhirnya.

🔹 Taubat segera berarti memperbaiki diri tanpa menunggu waktu yang sempurna.
🔹 Ia menyadari dosa-dosanya dan segera kembali kepada Allah dengan hati yang tulus.

Imam Hasan al-Bashri berkata:

“Sesungguhnya seorang mukmin tidaklah melihat dosanya kecuali seolah ia berdiri di bawah gunung yang siap menimpanya.”

Mereka yang sadar akan kematian tak akan menunda taubat. Mereka hidup dengan rasa penyesalan yang menyelamatkan — bukan ketakutan yang melumpuhkan.

2. Hati yang Merasa Cukup (Qana’ah)

Mengapa orang yang mengingat kematian bisa merasa cukup?

Karena ia tahu dunia hanyalah sementara, dan segala yang ada padanya tidak akan dibawa mati. Ia ridha dengan rezeki yang Allah berikan, sekecil apa pun itu, karena pandangannya tertuju pada kehidupan akhirat.

Allah ﷻ berfirman:

“Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan menjadikan baginya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.”
(QS. At-Thalaq: 2-3)

Hati yang qana’ah adalah buah dari ingat mati, sebab ia tahu hakikat kehidupan bukan pada banyaknya harta, tetapi pada ketenangan jiwa.

3. Semangat dalam Beribadah

Orang yang sadar bahwa kematian bisa datang kapan saja akan beribadah dengan sungguh-sungguh. Ia tak ingin meninggalkan dunia dalam keadaan lalai.

Setiap salat dilakukan seakan-akan itulah salat terakhirnya. Setiap amal baik dilakukan dengan ikhlas, bukan karena riya, tapi karena ingin membawa bekal terbaik untuk pertemuan dengan Allah.

Nabi ﷺ bersabda:

“Salatlah seperti salatnya orang yang hendak berpisah (akan mati).”
(HR. Ibnu Majah, no. 4171)

Dengan mengingat kematian, seseorang akan berlomba-lomba dalam kebaikan, bukan menunda ketaatan.

3 Hukuman bagi Orang yang Melupakan Kematian

1. Menunda-nunda Taubat

Melupakan kematian membuat seseorang merasa hidup selamanya. Ia berkata, “Nanti saja taubat kalau sudah tua,” padahal ajal bisa datang kapan pun.

Inilah penipuan setan terbesar. Penundaan taubat adalah tanda hati yang keras, sebagaimana firman Allah:

“Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.”
(QS. Al-A’raf: 205)

Semakin sering seseorang menunda taubat, semakin jauh ia dari rahmat Allah.

2. Tidak Ridha dengan yang Sedikit

Orang yang lupa kematian sibuk mengejar dunia tanpa batas. Ia tidak pernah merasa cukup, selalu iri dengan apa yang dimiliki orang lain.

Padahal, Rasulullah ﷺ bersabda:

“Berbahagialah orang yang masuk Islam, diberi rezeki yang cukup, dan Allah menjadikannya qana’ah terhadap apa yang diberikan kepadanya.”
(HR. Muslim, no. 1054)

Melupakan kematian menjadikan hati haus dunia, yang tak akan pernah terpuaskan, sebagaimana sabda Nabi ﷺ:

“Seandainya anak Adam memiliki dua lembah emas, niscaya ia menginginkan yang ketiga.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

3. Malas dalam Beribadah

Orang yang tidak mengingat mati akan mudah tertipu oleh waktu. Ia menunda salat, menunda kebaikan, dan merasa masih punya “hari esok”.

Padahal, kematian tidak menunggu kesiapan siapa pun. Ketika hati tidak sadar akan kematian, semangat ibadah pun menurun.

Allah ﷻ berfirman:

“Sampai ketika kematian datang kepada salah seorang dari mereka, dia berkata: ‘Ya Rabb, kembalikanlah aku (ke dunia).’”
(QS. Al-Mu’minun: 99)

Namun, penyesalan di saat nyawa sudah di tenggorokan tidak lagi bermanfaat.

Mengingat Kematian: Jalan Menuju Hati yang Tenang

Mengingat kematian tidak membuat hidup suram, justru membuat hati lebih hidup. Orang yang mengingat mati akan:

  • Lebih menghargai waktu

  • Menjaga hubungan dengan Allah dan sesama

  • Tidak sombong dengan dunia

  • Dan berusaha meninggalkan amal saleh yang abadi

Ibnu Qayyim al-Jauziyyah rahimahullah berkata:

“Cukuplah kematian sebagai nasihat, dan cukuplah kubur sebagai pelajaran.”

Tips Praktis untuk Menumbuhkan Ingat Kematian dalam Kehidupan Sehari-hari

  1. Baca Al-Qur’an setiap hari, terutama ayat-ayat tentang akhirat.

  2. Ziarah kubur untuk mengingatkan diri akan kehidupan setelah mati.

  3. Hadiri majelis ilmu dan dzikir, karena ia melembutkan hati.

  4. Catat dosa harian, lalu bertaubat sebelum tidur.

  5. Perbanyak amal jariyah, agar setelah mati pun pahala terus mengalir.

Semoga kita termasuk golongan yang selalu mengingat kematian dengan hati yang hidup, bukan dengan rasa takut, tapi dengan harapan untuk berjumpa dengan Allah dalam keadaan husnul khatimah.