Berkata Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah Rahimahullah,
وَحُبُّ الْكُتُبِ وَحُبُّ أَلْحَانِ الْغِنَا فِي قَلْبِ عَبْدٍ لَيْسَ يَجْتَمِعَانِ
”Cinta al-Qur’an dan cinta nyanyian-nyanyian (lagu/musik) tidak akan berkumpul dalam hati seorang hamba.” (Nuniyyah Ibnul Qayyim Hal.368)
Ungkapan ini bukan sekadar kalimat puitis, melainkan nasihat mendalam tentang kondisi hati seorang mukmin. Ibnul Qayyim, salah satu murid terbaik Ibnu Taimiyyah, dikenal sangat tegas dalam menjelaskan bahaya musik dan dampaknya terhadap hati. Di sisi lain, beliau juga menekankan keutamaan menjadikan Al-Qur’an sebagai pusat cinta, perhatian, dan renungan seorang Muslim.
Cinta kepada Al-Qur’an: Cahaya yang Menghidupkan Hati
Al-Qur’an sebagai Petunjuk Hidup
Al-Qur’an adalah kalamullah, firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad ﷺ untuk menjadi pedoman hidup manusia. Allah berfirman:
ذَٰلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ
(“Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa.”) [QS. Al-Baqarah: 2]
Cinta kepada Al-Qur’an berarti cinta kepada petunjuk Allah. Ia menumbuhkan ketaatan, memperkuat iman, dan menghadirkan ketenangan jiwa.
Ciri-Ciri Orang yang Mencintai Al-Qur’an
-
Sering membacanya dengan tadabbur, bukan sekadar lantunan.
-
Menjadikan Al-Qur’an sebagai rujukan hidup dalam segala keputusan.
-
Merasa rindu ketika lama tidak berinteraksi dengan Al-Qur’an.
-
Merasakan manisnya iman ketika mendengarkan ayat-ayat Allah.
Orang yang benar-benar mencintai Al-Qur’an akan menutup telinganya dari sesuatu yang melalaikan, termasuk musik yang dapat menggelapkan hati.
Cinta kepada Musik: Kesenangan Sesaat yang Menipu
Musik dalam Pandangan Islam
Musik dalam banyak riwayat disebut sebagai salah satu pintu syaitan. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sungguh akan ada dari umatku orang-orang yang menghalalkan zina, sutra, khamr, dan alat musik.”
(HR. Bukhari, secara mu‘allaq; dishahihkan oleh para ulama)
Musik melalaikan hati dari zikir, memalingkan telinga dari lantunan Al-Qur’an, dan menumbuhkan kecenderungan kepada hawa nafsu.
Dampak Musik terhadap Hati
-
Menghijab dari Al-Qur’an – orang yang terbiasa dengan musik sulit khusyuk mendengarkan ayat-ayat Allah.
-
Menumbuhkan kelalaian – musik sering mengajak kepada syahwat, cinta dunia, dan perasaan yang kosong.
-
Melemahkan iman – semakin kuat cinta kepada musik, semakin lemah kecintaan kepada kalamullah.
Musik memang memberi kesenangan sesaat, tetapi ia meninggalkan kekosongan yang mendalam di hati.
Mengapa Cinta Al-Qur’an dan Musik Tidak Bisa Bersatu?
Dua Cinta yang Bertolak Belakang
Hati manusia ibarat wadah. Ia tidak bisa dipenuhi oleh dua cinta yang saling bertolak belakang. Jika hati dipenuhi oleh Al-Qur’an, maka tidak ada ruang bagi musik. Begitu pula sebaliknya.
Ibnul Qayyim menjelaskan bahwa Al-Qur’an adalah obat, sedangkan musik adalah racun. Tidak mungkin obat dan racun bercampur tanpa merusak jiwa penggunanya.
Perbedaan Dampak Spiritual
-
Al-Qur’an: menghadirkan ketenangan, menumbuhkan rasa takut kepada Allah, dan menguatkan iman.
-
Musik: melalaikan, mengundang khayalan, serta menumbuhkan cinta kepada maksiat.
Maka, keduanya ibarat cahaya dan kegelapan. Jika cahaya masuk, kegelapan akan hilang. Jika kegelapan menguasai, cahaya tidak akan terlihat.
Renungan bagi Kaum Muslimin
Ujian Zaman Modern
Di era modern, musik hadir dalam berbagai bentuk: lagu pop, rock, dangdut, bahkan musik religi. Banyak kaum Muslimin yang terjebak dalam hiburan ini hingga lupa kepada Al-Qur’an.
Maka, penting bagi setiap Muslim untuk bertanya pada dirinya: “Apakah aku lebih sering mendengarkan musik atau membaca Al-Qur’an?” Pertanyaan sederhana ini menjadi indikator kecintaan hati.
Menjaga Hati dari Fitnah Musik
-
Perbanyak mendengarkan tilawah Al-Qur’an.
-
Isi waktu luang dengan dzikir dan doa.
-
Hindari lingkungan yang memancing kecintaan pada musik.
-
Bersahabat dengan orang-orang yang cinta Al-Qur’an.
Dengan cara ini, hati akan lebih bersih dan mudah menerima cahaya petunjuk Allah.
Kesimpulan
Perkataan Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah rahimahullah merupakan peringatan yang sangat berharga:
“Cinta Al-Qur’an dan cinta musik tidak akan bersatu dalam hati seorang hamba.”
Hati adalah pusat cinta. Jika dipenuhi dengan cinta kepada Al-Qur’an, maka ia akan hidup dengan cahaya, ketenangan, dan petunjuk Allah. Namun, jika dipenuhi dengan cinta kepada musik, ia akan dikuasai syahwat, kelalaian, dan kesenangan sesaat yang menipu.
Maka, setiap Muslim hendaknya memilih: Apakah ia ingin hatinya bercahaya dengan Al-Qur’an, atau gelap karena cinta musik?
Semoga Allah menjadikan kita termasuk hamba-hamba yang mencintai Al-Qur’an lebih dari segala sesuatu, dan menjauhkan kita dari fitnah musik yang melalaikan.