Ibnul Qoyyim: Inilah Keberuntungan Terbesar Di Dunia

Berkata Ibnul Qoyyim rohimahullah,

“Keberuntungan terbesar di dunia ini tatkala engkau menyibukkan dirimu sepanjang waktu dengan perkara yang lebih utama dan lebih bermanfaat untukmu di kehidupan akhirat. Bagaimana mungkin dikatakan berakal, seseorang yang menjual syurga dengan segala kenikmatannya dengan kesenangan sesaat (dunia).” (al-Fawaaid,31)

Mengapa Banyak Orang Terjebak dalam Kesenangan Dunia

Di era modern, manusia mudah terjebak dalam kesenangan duniawi: hiburan instan, media sosial, dan pengejaran harta atau status. Kenikmatan dunia hanya sementara, sementara akhirat adalah kebaikan abadi.

Ibnul Qoyyim rohimahullah menegaskan, mengutamakan dunia dengan mengabaikan amal shalih sama dengan “menjual surga dengan kesenangan sesaat.” Ini adalah pengingat bahwa setiap detik yang kita habiskan untuk kesia-siaan adalah kerugian besar.

Perkara yang Lebih Utama dan Bermanfaat untuk Akhirat

Hal-hal utama yang bermanfaat antara lain:

  • Ibadah yang Konsisten, Shalat, puasa, dzikir, dan sedekah mendatangkan pahala berkelanjutan. Aktivitas ini menumbuhkan kedekatan dengan Allah dan ketenangan batin.
  • Menuntut Ilmu, Ilmu agama adalah bekal utama.
  • Berbuat Baik kepada Sesama, Amal kebaikan seperti menolong orang lain, sedekah, dan menjaga silaturahmi menjadi investasi pahala abadi.

Bagaimana Menyibukkan Diri dengan Perkara yang Bermanfaat?

Menyibukkan diri berarti memprioritaskan kegiatan yang mendatangkan kebaikan jangka panjang. Cara praktisnya:

  • Buat jadwal harian yang produktif: Sisihkan waktu untuk ibadah, belajar, dan amal shalih.

  • Kurangi kegiatan sia-sia: Hindari gosip, hiburan berlebihan, dan penggunaan media sosial tanpa tujuan.

  • Gabungkan dunia dan akhirat: Contohnya berdagang jujur sambil menolong orang lain.

  • Evaluasi diri secara rutin: Pastikan waktu lebih banyak digunakan untuk hal bermanfaat.

Manfaat Menyibukkan Diri pada Hal Bermanfaat

  • Ketenangan batin, Aktivitas bermanfaat memberi rasa puas dan stabilitas emosional.

  • Produktivitas meningkat, Waktu dimanfaatkan dengan optimal.

  • Investasi pahala abadi, Setiap amal baik menjadi pahala yang terus mengalir.

  • Meningkatkan kualitas diri, Ilmu dan amal shalih membentuk karakter bijak dan sabar.

Contoh Teladan dari Para Salaf

Para salafus shalih menekankan fokus pada akhirat. Mereka disiplin dalam ibadah, menuntut ilmu, dan beramal shalih, meski tetap bekerja di dunia. Misalnya, Abu Darda’ radhiyallahu ‘anhu aktif menuntut ilmu, beribadah, dan menolong sesama. Kehidupan mereka membuktikan bahwa menyibukkan diri pada hal bermanfaat membawa keberuntungan sejati.

Mengubah Pola Hidup dari Dunia ke Akhirat

Langkah praktis:

  • Mulai dari hal kecil: 30 menit membaca Al-Qur’an atau belajar ilmu agama setiap hari.

  • Tetapkan prioritas harian: Pastikan kegiatan utama mendatangkan manfaat abadi.

  • Hindari membandingkan diri dengan orang lain. Fokus pada perbaikan diri.

  • Cari lingkungan positif yang mendukung amal shalih.

Kesimpulan

Keberuntungan sejati tidak diukur dari harta atau kesenangan sesaat. Ibnul Qoyyim menegaskan bahwa menyibukkan diri dengan perkara bermanfaat untuk akhirat adalah jalan menuju keberuntungan hakiki. Fokus pada ibadah, ilmu, dan amal shalih akan memberi kehidupan yang lebih bermakna, penuh berkah, dan pahala abadi.

Mulailah hari ini dengan langkah kecil yang bermanfaat, hindari kesenangan sesaat, dan raih keberuntungan sejati di dunia dan akhirat.