Berkata Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah,
“Kapan saja orang tua menunaikan kewajibannya terhadap anak baik yang berupa pendidikan (keagamaan) maupun nafkahnya, maka kelak sang anak akan diberi taufik untuk berbuat baik kepada orang tuanya serta memperhatikan hak-haknya!”
(Huquq da’at ilaihal Fitrah, 8)
Kutipan ini menekankan prinsip “Al-Jazā’u Min Jinsil ‘Amal” yang berarti balasan dari Allah sesuai dengan jenis amal yang dilakukan. Dalam konteks pendidikan dan pemenuhan kebutuhan anak, balasan yang dijanjikan berupa taufik dan ketaatan anak terhadap orang tua.
Hak Anak yang Wajib Dipenuhi Orang Tua
1. Hak Nafkah Anak
Orang tua berkewajiban memberikan nafkah kepada anak sejak lahir hingga dewasa. Nafkah mencakup makanan, pakaian, tempat tinggal, dan kebutuhan dasar lainnya. Dalam Islam, memberikan nafkah kepada anak bukan sekadar kewajiban sosial, tetapi perintah agama yang akan mendapatkan balasan dari Allah.
Menunaikan hak nafkah anak bukan hanya sekadar memberi materi, tetapi juga menunjukkan kasih sayang dan perhatian yang mendalam. Anak yang merasakan perhatian ini akan lebih mudah diarahkan untuk menjadi pribadi yang berbakti kepada orang tua.
2. Hak Pendidikan dan Bimbingan Agama
Selain kebutuhan materi, anak juga memiliki hak pendidikan. Pendidikan di sini mencakup ilmu dunia dan ilmu agama. Orang tua yang menanamkan pendidikan agama sejak dini akan membimbing anak untuk memahami nilai-nilai akhlak, menjalankan shalat, berdoa, dan menghormati orang tua.
Pendidikan yang konsisten akan membuat anak terbiasa menunaikan kewajiban terhadap Allah dan orang tua. Inilah wujud nyata dari “Al-Jazā’u Min Jinsil ‘Amal,” karena Allah akan memberi balasan berupa taufik kepada anak tersebut.
Taufik Anak: Balasan dari Menunaikan Hak Anak
Syaikh al-Utsaimin menekankan bahwa ketika orang tua memenuhi hak anak, Allah akan memberikan taufik kepada anak untuk berbuat baik kepada orang tua. Taufik di sini berarti petunjuk, bimbingan, dan kemudahan dalam berbuat kebaikan.
1. Anak Menjadi Berbakti
Anak yang mendapatkan pendidikan dan nafkah dengan penuh kasih sayang cenderung menjadi anak yang berbakti. Mereka tidak hanya menghormati orang tua secara lahiriah, tetapi juga menjaga hak-hak orang tua sepanjang hidup mereka.
2. Anak Menjadi Pribadi yang Bertanggung Jawab
Pemenuhan hak anak juga menciptakan karakter yang tangguh dan bertanggung jawab. Mereka belajar menghargai proses, menghormati nilai keluarga, dan menyadari pentingnya ketaatan kepada Allah dan orang tua.
3. Dampak Positif bagi Keluarga
Taufik yang diberikan Allah kepada anak juga membawa kebaikan bagi seluruh keluarga. Anak yang berbakti membantu meringankan beban orang tua di masa tua, menjaga keharmonisan keluarga, dan menjadi teladan bagi adik-adik serta lingkungan sekitarnya.
Mengimplementasikan Prinsip Al-Jazā’u Min Jinsil ‘Amal dalam Kehidupan Sehari-hari
1. Konsistensi dalam Pendidikan Anak
Orang tua harus konsisten mengajarkan ilmu agama dan moral. Mengajarkan shalat, membaca Al-Quran, dan nilai akhlak secara rutin akan membentuk karakter anak sejak dini.
2. Memberikan Nafkah yang Layak
Memberikan nafkah bukan sekadar memenuhi kebutuhan fisik. Orang tua harus memperhatikan kualitas hidup anak, termasuk kesehatan, pendidikan, dan lingkungan yang mendukung pertumbuhan mental dan spiritual.
3. Memberi Teladan yang Baik
Selain memberi pendidikan dan nafkah, orang tua juga harus menjadi contoh teladan. Anak belajar lebih banyak dari perilaku orang tua daripada kata-kata. Orang tua yang sabar, jujur, dan berbakti kepada Allah akan menularkan nilai-nilai tersebut kepada anak.
Kesimpulan: Balasan dari Menunaikan Hak Anak
Kutipan Syaikh al-Utsaimin menegaskan bahwa balasan Allah sesuai dengan amal yang dilakukan. Menunaikan hak anak berupa pendidikan dan nafkah akan menghasilkan:
-
Anak yang berbakti kepada orang tua
-
Anak yang bertanggung jawab dan berakhlak mulia
-
Keluarga yang harmonis dan penuh berkah
Prinsip Al-Jazā’u Min Jinsil ‘Amal mengajarkan kita bahwa setiap kebaikan yang dilakukan, termasuk terhadap anak, akan kembali dalam bentuk kebaikan yang setimpal, baik di dunia maupun di akhirat.
Menjadi orang tua berarti menanam benih kebaikan. Semakin baik benih yang ditanam, semakin indah buah yang akan dituai di kemudian hari.