Syaikh Dr. Shalih al-Fauzan: Jangan Merasa Aman Dari Kesesatan

Berkata Syaikh Dr. Shalih al-Fauzan hafizhahullah,

لا أحد يزكي نفسه، ولا أحد لا يخاف من الفتنة، ما دام على قيد الحياة اﻹنسان معرض للفتنة، ضلََ علماء أحبار، وزلّت أقدامهم، وختم لهم بالسّوء وهم علماء، فالخطر شديد، ولا يأمن اﻹنسان على نفسه أن تنزلق قدمه في الضلال.

“Tidak ada seorang pun yang boleh menganggap dirinya suci. Tidak ada seorang pun yang boleh merasa tidak takut terhadap kesesatan. Selama masih hidup, seseorang menjadi sasaran kesesatan. Telah banyak ulama yang tersesat. Mereka tergelincir dan ditimpa su’ul khatimah, padahal mereka adalah ulama. Jadi, bahaya yang mengintai sangat besar. Seseorang tidak bisa merasa aman bahwa dirinya tidak akan tergelincir dalam kesesatan.” (I’anatul Mustafid, 1/129)‎

Dari kalimat di atas, terdapat beberapa poin penting:

  1. Larangan merasa suci diri
    Seorang Muslim tidak boleh menganggap dirinya telah bersih dari dosa atau aman dari kesalahan. Rasa bangga diri justru bisa menjadi pintu masuk kesombongan.

  2. Setiap manusia rentan terhadap fitnah
    Selama nyawa masih dikandung badan, seseorang tidak akan pernah lepas dari godaan syaitan, hawa nafsu, dan fitnah dunia.

  3. Ulama pun bisa tergelincir
    Ilmu yang banyak tidak serta merta menjamin keselamatan. Ada ulama yang tergelincir dalam kesesatan dan berakhir dengan su’ul khatimah.

  4. Bahaya kesesatan sangat nyata
    Karena itu, setiap Muslim harus selalu berdoa kepada Allah agar diteguhkan di atas kebenaran.

Bahaya Merasa Aman dari Fitnah

1. Lengah dalam menjaga iman

Orang yang merasa aman akan mudah meremehkan dosa kecil, padahal dosa kecil yang terus dilakukan bisa menyeret pada dosa besar.

2. Timbul rasa sombong dan ujub

Perasaan “saya sudah benar” atau “saya tidak mungkin sesat” adalah bentuk kesombongan yang bisa menjatuhkan seseorang dalam kehancuran iman.

3. Potensi su’ul khatimah

Seseorang bisa jadi beramal banyak, namun jika lengah di akhir hidupnya, ia bisa meninggal dalam keadaan buruk.

4. Mengabaikan doa dan tawakal

Padahal Rasulullah ﷺ sendiri sering berdoa:

“Ya Allah, tetapkanlah hatiku di atas agama-Mu.”

Contoh Ulama Tergelincir

Dalam sejarah, ada ulama yang awalnya lurus, namun kemudian berubah arah karena:

  • Kecintaan terhadap dunia.

  • Pengaruh kelompok tertentu.

  • Tekanan politik dan kekuasaan.

  • Kurangnya keikhlasan dalam menuntut ilmu.

Ini membuktikan bahwa ilmu tidak menjamin keselamatan jika tidak diiringi dengan keimanan, doa, dan keikhlasan.

Pelajaran Penting dari Nasehat Syaikh Shalih al-Fauzan

1. Selalu rendah hati di hadapan Allah

Tidak merasa diri lebih baik dari orang lain, karena hidayah sepenuhnya milik Allah.

2. Senantiasa berdoa

Doa merupakan senjata utama seorang Muslim agar hati tetap kokoh.

3. Waspada terhadap fitnah dunia

Fitnah harta, jabatan, dan wanita adalah ujian besar yang bisa menjatuhkan siapa pun.

4. Menuntut ilmu dengan ikhlas

Ilmu harus membawa kepada ketundukan, bukan kebanggaan diri.

5. Mencari lingkungan yang baik

Teman dan guru yang lurus akidahnya sangat berpengaruh pada keselamatan iman.

Kaitannya dengan Kehidupan Sehari-hari

Nasehat ini bukan hanya untuk ulama, tetapi juga untuk setiap Muslim:

  • Pelajar dan mahasiswa: Jangan merasa cukup hanya dengan ilmu yang sudah dimiliki.

  • Ustadz atau guru: Selalu perbaharui niat agar mengajar bukan demi popularitas.

  • Orang awam: Jangan merasa tidak perlu belajar agama karena takut salah, justru harus terus belajar dengan bimbingan ulama yang lurus.

Kesimpulan

Nasehat Syaikh Shalih al-Fauzan mengingatkan kita bahwa:

  • Tidak ada seorang pun yang aman dari fitnah.

  • Ilmu dan kedudukan tidak menjamin keselamatan tanpa keikhlasan.

  • Seorang Muslim wajib selalu berdoa, waspada, dan rendah hati agar selamat dari kesesatan.

Semoga Allah سبحانه وتعالى menjaga kita semua dari fitnah, meneguhkan hati di atas kebenaran, dan mengaruniakan husnul khatimah.