{7} Al-A’raf / الأعراف | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | التوبة / At-Taubah (Al-Bara’ah) {9} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Anfal الأنفال (Harta Rampasan Perang) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 8 Tafsir ayat Ke 58.
وَإِمَّا تَخَافَنَّ مِنْ قَوْمٍ خِيَانَةً فَانْبِذْ إِلَيْهِمْ عَلَىٰ سَوَاءٍ ۚ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْخَائِنِينَ ﴿٥٨﴾
wa immā takhāfanna ming qaumin khiyānatan fambiż ilaihim ‘alā sawā`, innallāha lā yuḥibbul-khā`inīn
QS. Al-Anfal [8] : 58
Dan jika engkau (Muhammad) khawatir akan (terjadinya) pengkhianatan dari suatu golongan, maka kembalikanlah perjanjian itu kepada mereka dengan cara yang jujur. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berkhianat.
Apabila engkau takut (wahai Rasul) akan ada pengkhianatan dari satu golongan dan telah jelas tanda-tanda pengkhianatannya, kembalikanlah perjanjian itu kepada mereka, agar kedua belah pihak sama-sama mengetahui bahwa tidak ada perjanjian lagi setelah hari ini. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berkhianat dalam perjanjian mereka dan melanggar kesepakatan.
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman kepada Nabi-Nya:
Dan jika kamu merasa khawatir terhadap suatu golongan.
Yaitu yang telah mengadakan perjanjian perdamaian dengan kamu.
…akan suatu pengkhianatan.
Maksudnya, merusak perjanjian yang ada antara kamu dan mereka.
…maka kembalikanlah perjanjian itu kepada mereka dengan cara yang jujur.
Yakni beritahukanlah kepada mereka bahwa kamu membatalkan perjanjianmu dengan mereka karena mereka telah merusaknya (melanggarnya), sehingga dari pihakmu dan pihak mereka telah diketahui bahwa tidak ada lagi perjanjian yang mengikat. Kini mereka adalah musuhmu dan kamu adalah musuh mereka secara terang-terangan.
Al-Walid ibnu Muslim mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: maka kembalikanlah perjanjian itu kepada mereka dengan cara yang jujur ( Al-Anfal: 58) Yang dimaksud dengan sawa-un ialah dengan cara yang hati-hati. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berkhianat (Al Anfaal:58) Yakni sekalipun berkhianat terhadap orang-orang kafir, Allah tidak menyukai pula.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ja’far. telah menceritakan kepada kami Syu’bah, dari Abul Faid, dari Salim ibnu Amir yang mengatakan bahwa Mu’awiyah berjalan (bersama pasukannya) di negeri Romawi, sedangkan saat itu telah ada perjanjian gencatan senjata antara dia dan mereka. Untuk itu Mu’awiyah bertujuan mendekati mereka dengan maksud bila masa gencatan senjata telah habis, dia akan langsung menyerang mereka. Tetapi tiba-tiba muncul seorang tua yang berkendaraan seraya berkata, “Allah Mahabesar, Allah Mahabesar. Tepatilah perjanjian itu, jangan dilanggar.” Orang tua itu mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda: Barang siapa yang antara dia dan suatu kaum terdapat suatu perjanjian, maka jangan sekali-kali ia membuka ikatan, jangan pula mengencangkannya sebelum masa berlakunya habis, atau (sebelum) perjanjian itu dikembalikan kepada mereka dengan cara yang jujur. Ketika ucapan itu sampai kepada Mu’awiyah, maka Mu’awiyah kembali lagi (ke negeri Syam, pusat pemerintahannya). Dan ternyata orang tua itu adalah Amr ibnu Anbasah r.a., salah seorang sahabat Rasul صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ (yang saat itu masih hidup).
Hadis ini diriwayatkan oleh Abu Daud At-Tayalisi, dari Syu’bah. Imam Abu Daud, Imam Turmuzi, Imam Nasai, dan Imam Ibnu Hibban di dalam kitab Sahih-nya telah mengetengahkan hadis ini melalui berbagai jalur dari Syu’bah. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih.
Imam Ahmad mengatakan pula: telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdullah Az-Zubairi. telah menceritakan kepada kami Israil, dari Ata ibnu Saib, dari Abul Buhturi. dari Salman (yakni Al-Farisi r.a.) bahwa ia sampai di suatu benteng atau suatu kota (musuh). Lalu ia berkata kepada teman-temannya.”Biarkanlah aku menyeru mereka, seperti yang pernah aku lihat Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ melakukannya saat menyeru mereka.” Kemudian Salman Al-Farisi berkata, “Sesungguhnya aku adalah seorang lelaki dari kalangan kalian, kemudian Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى memberiku petunjuk masuk Islam. Maka jika kalian masuk Islam, maka bagi kalian berlaku hukum seperti yang berlaku pada kami, dan jika kalian tidak mau. maka tunaikanlah jizyah, sedangkan kalian dalam keadaan kalah. Dan jika kalian tetap membangkang, maka kami kembalikan kepada kalian dengan cara yang jujur.” Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berkhianat. Salman Al-Farisi menyerukan kalimat tersebut selama tiga hari, kemudian pada hari keempatnya pasukan kaum muslim menyerang mereka dan berhasil membukanya dengan pertolongan Allah.
Yakni, jika antara kamu dengan suatu kaum terdapat perjanjian damai, lalu kamu khawatir mereka akan berkhianat, di mana kamu mencium indikasi pengkhianatan mereka dan mereka tidak berkhianat dengan terang-terangan, فَانْبِذْ إِلَيْهِمْ “maka kembali-kanlah perjanjian itu kepada mereka.” Yakni, katakanlah kepada mereka bahwa antara kamu dengan mereka tidak ada perjanjian, عَلَى سَوَاءٍ “dengan cara yang jujur.” Yakni sehingga pengetahuanmu dan pe-ngetahuan mereka tentang itu adalah sama, tidak halal bagimu mengkhianati mereka atau melakukan sesuatu yang dilarang sesuai dengan tuntutan perjanjian sebelum kamu mengatakan itu kepada mereka. إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْخَائِنِينَ “Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berkhianat.” Bahkan Dia sangat membencinya. Jadi, harus ada hal yang jelas yang membebaskanmu dari khianat. Ayat ini menunjukkan bahwa jika pengkhianatan telah terbukti terjadi dari mereka, maka tidak perlu lagi mengembalikan perjanjian kepada mereka, karena ia telah diketahui dengan jelas dari mereka, dan karena tidak ada kegunaannya, serta berdasarkan FirmanNya, عَلَى سَوَاءٍ “Dengan cara yang jujur.” Dan di sini pengkhianatan mereka telah diketahui oleh semua pihak. Makna tersirat ayat ini juga menun-jukkan bahwa jika pengkhianatan mereka tidak dikhawatirkan, di mana tidak ada indikasi ke arah sana dari mereka, maka tidak boleh membatalkannya, bahkan wajib dipenuhi sampai habis masanya.
Dan jika engkau, wahai nabi Muhammad, khawatir akan terjadinya pengkhianatan dari suatu golongan, baik dari yahudi bani quraidhah maupun lainnya, dengan melihat tanda-tandanya yang cukup jelas, maka kembalikanlah perjanjian itu kepada mereka dan kamu jangan melakukan hal yang sama, serta tetap konsistenlah dalam memegang janji dengan cara yang jujur dan tidak berkhianat seperti me-reka. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berkhianamelihat perilaku buruk mereka itulah, Allah mengancam dengan firman-Nya pada ayat ini. Dan janganlah orang-orang kafir itu, baik yahudi bani quraidhah, sesuai konteks ayat ini, maupun siapa saja yang merusak perjanjian dan pengkhianatan, mengira bahwa mereka akan dapat lolos menyelamatkan diri dari kekuasaan atau azab Allah sebagai akibat dari sikap pengkhianatan tersebut. Sungguh, mereka tidak dapat melemahkan Allah atau menghindar dari pengawasan-Nya; dan Allah pasti membalasnya dengan balasan yang setimpal. Rangkaian ayat ini memberi pelajaran kepada kita, bahwa siapa saja yang berlaku khianat dan merusak perjanjian akan menerima laknat Allah, bahkan seandainya ia beragama islam sekalipun. Karena itu, pengkhianatan dalam konteks apa pun dan dengan alasan apa pun tidak dibenarkan dalam agama.
Al-Anfal Ayat 58 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Anfal Ayat 58, Makna Al-Anfal Ayat 58, Terjemahan Tafsir Al-Anfal Ayat 58, Al-Anfal Ayat 58 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Anfal Ayat 58
Tafsir Surat Al-Anfal Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)