{60} Al-Mumtahanah / الممتحنة | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | الجمعة / Al-Jumu’ah {62} |
Tafsir Al-Qur’an Surat As-Shaff الصف (Satu Barisan) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 61 Tafsir ayat Ke 3.
كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ ﴿٣﴾
kabura maqtan ‘indallāhi an taqụlụ mā lā taf’alụn
QS. As-Shaff [61] : 3
(Itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.
Sungguh amat besar kebencian dari sisi Allah jika kalian mengatakan dengan lisan kalian apa-apa yang tidak kalian lakukan.
Untuk itulah maka Allah mengukuhkan pengingkaran-Nya terhadap sikap mereka yang demikian itu melalui firman berikutnya:
Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan. (Ash-Shaff: 3)
Imam Ahmad dan Imam Abu Daud telah meriwayatkan melalui Abdullah ibnu Amir ibnu Rabi’ah, yang telah menceritakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ datang kepada keluarganya yang saat itu ia masih anak-anak. Lalu ia pergi untuk bermain-main, tetapi ibunya memanggilnya, “Hai Abdullah, kemarilah, aku akan memberimu sesuatu.” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bertanya kepada ibunya, “Apakah yang hendak engkau berikan kepadanya?” Ibunya menjawab, “Kurma,” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda:
Ketahuilah, sesungguhnya andaikata engkau tidak memberinya, tentulah akan dicatat atas dirimu sebagai suatu kedustaan.
Imam Malik rahimahullah berpendapat bahwa apabila janji itu berkaitan dengan kewajiban terhadap yang dijanjikan, maka sudah menjadi keharusan penunaiannya. Misalnya ialah seperti seseorang berkata kepada lelaki lain, “Kawinlah kamu, maka aku akan memberikan nafkah sebanyak anu padamu setiap harinya!” Kemudian lelaki yang diperintahnya itu kawin, maka orang yang berjanji demikian kepadanya diwajibkan memberinya apa yang telah ia janjikan kepadanya selama lelaki itu dalam ikatan perkawinannya. Mengingat masalah ini berkaitan dengan hak Adami dan berlandaskan pada prinsip mudayaqah.
Jumhur ulama berpendapat bahwa masalah tersebut di atas penunaiannya bersifat tidak wajib secara mutlak. Dan mereka menakwilkan makna ayat dengan pengertian bahwa ayat ini diturunkan ketika mereka mengharapkan jihad difardukan atas diri mereka. Tetapi setelah jihad diwajibkan atas mereka, tiba-tiba sebagian dari mereka berpaling darinya, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang dikatakan kepada mereka, “Tahanlah tanganmu (dari berperang), laksanakanlah salat dan tunaikanlah zakat!” Ketika mereka diwajibkan berperang, tiba-tiba sebagian dari mereka (golongan munafik) takut kepada manusia (musuh), seperti takutnya kepada Allah, bahkan lebih takut dari itu. Mereka berkata, “Ya Tuhan kami, mengapa Engkau wajibkan berperang kepada kami? Mengapa tidak Engkau tangguhkan (kewajiban berperang) kepada kami beberapa waktu lagi?” Katakanlah, “Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa dan kamu tidak akan dianiaya sedikit pun.” Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh. (An-Nisa: 77-78)
Dan firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى lainnya yang menyebutkan:
Dan orang-orang yang beriman berkata, “Mengapa tiada diturunkan suatu surat?” Maka apabila diturunkan suatu surat yang jelas maksudnya dan disebutkan di dalamnya (perintah) perang, kamu lihat orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya memandang kepadamu seperti pandangan orang yang pingsan karena takut mati. (Muhammad: 20), hingga akhir ayat. .
Demikian pula artinya ayat ini menurut apa yang diriwayatkan oleh Ali ibnu Abu Talhah, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tiada kamu kerjakan. (Ash-Shaff: 2) Dahulu sebelum jihad difardukan, ada segolongan kaum mukmin yang mengatakan bahwa kami sangat menginginkan sekiranya Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menunjukkan kepada kami amal perbuatan yang paling disukai-Nya, maka kami akan mengerjakannya. Maka Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى memberitahukan kepada Nabi-Nya, bahwa amal perbuatan yang paling disukai ialah beriman kepada-Nya tanpa keraguan, dan berjihad melawan orang-orang yang mendurhakai-Nya, yaitu mereka yang menentang keimanan dan tidak mau mengakuinya. Ketika diturunkan perintah berjihad, sebagian dari kaum mukmin tidak senang dengan perintah ini dan terasa berat olehnya. Untuk itulah maka Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman: Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tiada kamu kerjakan? (Ash-Shaff: 2) Demikianlah menurut apa yang dipilih oleh Ibnu Jarir.
Muqatil ibnu Hayyan mengatakan bahwa orang-orang mukmin mengatakan, “Seandainya kami mengetahui amal yang paling disukai Allah, tentulah kami akan mengerjakannya.” Maka Allah memberikan petunjuk kepada mereka tentang amal yang paling disukai oleh-Nya melalui firman-Nya: Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur. (Ash-Shaff: 4) Maka Allah menjelaskan kepada mereka amal tersebut, lalu mereka diuji dalam Perang Uhud dengan hal tersebut, dan ternyata pada akhirnya mereka lari ke belakang meninggalkan Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ Maka Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menurunkan firman-Nya: Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? (Ash-Shaff: 2)
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman bahwa orang yang paling Aku sukai di antara kamu adalah orang yang berperang di jalan Allah.
Di antara mereka ada yang mengatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan masalah perang; seseorang lelaki mengatakan, “Aku telah berperang,” padahal ia tidak ikut perang, dan ia mengatakan, “Aku telah menusukkan tombakku,” padahal ia tidak menggunakannya. Dan ia mengatakan, “Aku telah memukulkan pedangku,” padahal ia tidak menggunakannya. Dan ia mengatakan, “Aku tetap bertahan dalam medan perang,” padahal ia tidak bertahan alias melarikan diri.
Qatadah dan Ad-Dahhak mengatakan, ayat ini diturunkan untuk mencemoohkan suatu kaum yang mengatakan bahwa diri mereka telah berperang, memukulkan pedang mereka dan menusukkan tombak mereka, serta melakukan hal-hal lainnya, padahal kenyataannya mereka tidak melakukan sesuatu pun dari apa yang telah dikatakannya itu.
Ibnu Zaid mengatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan suatu kaum dari orang-orang munafik. Mereka menjanjikan kepada kaum muslim bahwa mereka akan membantunya, tetapi ternyata mereka tidak memenuhi apa yang mereka janjikan.
Malik telah meriwayatkan dari Zaid ibnu Aslam sehubungan dengan makna firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى: mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? (Ash-Shaff: 2) Bahwa yang dimaksud ialah berjihad.
Ibnu Abu Najih telah meriwayatkan dari Mujahid sehubungan dengan firman-Nya: mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat?'(Ash-Shaff: 2) sampai dengan firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى: seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh. (Ash-Shaff: 4) Ayat-ayat tersebut diturunkan berkenaan dengan segolongan orang-orang Ansar yang antara lain ialah Abdullah ibnu Rawwahah. Mereka mengatakan dalam suatu majelis, “Seandainya kita mengetahui amal yang paling disukai oleh Allah, niscaya kita akan mengerjakannya, hingga kita mati,” maka Allah menurunkan ayat-ayat tersebut berkenaan dengan mereka. Akhirnya Abdullah ibnu Rawwahah berkata, “Aku akan terus-menerus berjihad di jalan Allah hingga titik darah penghabisan.” Pada akhirnya ia gugur mati syahid dalam medan pertempuran.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Farwah ibnu Abul Migra, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Misar, dari Daud ibnu Abu Hindun, dari Abu Harb ibnu Abul Aswad Ad-Daili, dari ayahnya yang mengatakan bahwa Abu Musa mengundang ahli qurra kota Basrah, maka datanglah kepadanya sebagian dari mereka sebanyak tiga ratus orang, semuanya hafal Al-Qur’an. Abu Musa berkata, “Kalian adalah ahli qurra kota Basrah dan orang-orang pilihan mereka.” Dan Abu Musa mengatakan bahwa dahulu kami sering membaca suatu surat yang kami kelompokkan ke dalam surat-surat yang diawali dengan tasbih, lalu kami ditakdirkan lupa terhadapnya, hanya aku masih hafal salah satu dari ayatnya yang menyebutkan: Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? (Ash-Shaff: 2) Maka dibebankanlah ke atas pundak kalian persaksian dan kelak di hari kiamat kalian akan dimintai pertanggungjawaban tentangnya.
2-3. “Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat,” maksudnya, mengapa kalian mengatakan kebaikan dan mendorongnya, dan boleh jadi kalian memuji-muji kebaikan itu namun tidak kalian lakukan? Mengapa kalian melarang keburukan, boleh jadi kalian sucikan diri kalian dari keburukan tersebut namun kalian lakukan bahkan menjadi sifat kalian? Lantas apakah kondisi tercela seperti ini pantas bagi orang-orang yang beriman? Bukankah amat besar murka Allah pada orang yang mengatakan sesuatu namun tidak dikerjakan? Karena itu, orang yang memerintahkan berbuat baik seharusnya menjadi orang pertama yang melakukannya. Dan orang yang melarang keburukan seharusnya menjadi orang yang paling jauh darinya. Allah berfirman, “Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban)mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?” -Al-baqarah:44
Nabi syuaib berkata kepada kaumnya, “Dan aku tidak berkehendak menyalahi kamu (dengan mengerjakan) apa yang aku larang.” -Hud: 88-
Perbuatan kamu, wahai orang-orang yang beriman, yang tidak melakukan apa yang sudah dikatakan atau disampaikan kepada orang lain sangatlah dibenci di sisi Allah, jika kamu mengikuti kebiasaan orang-orang munafik, mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan, bermuka dua, tidak ada kesatuan kata dan perbuatan dan tidak ada integritas. 4. Ayat ini menyatakan bahwa Allah suka kepada orang-orang yang berjihad dalam barisan yang teratur. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya untuk membela diri dan membela kehormatan islam dan kaum muslim dalam barisan yang teratur, kuat, militan, dan terorganisir dengan baik; mereka seakan-akan dalam membangun kekuatan umat seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh, saling menguatkan komponen umat muslim yang satu terhadap komponen umat muslim lainnya.
As-Shaff Ayat 3 Arab-Latin, Terjemah Arti As-Shaff Ayat 3, Makna As-Shaff Ayat 3, Terjemahan Tafsir As-Shaff Ayat 3, As-Shaff Ayat 3 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan As-Shaff Ayat 3
Tafsir Surat As-Shaff Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)