{001} Al-Fatihah / الفاتحة | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | البقرة / Al-Baqarah {002} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Fatihah الفاتحة (Pembukaan) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 1 Tafsir ayat Ke 2.
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ ﴿٢﴾
al-ḥamdu lillāhi rabbil-‘ālamīn
QS. Al-Fatihah [1] : 2
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam,
Sanjungan kepada Allah dengan segala kesempurnaan sifat-Nya. Pujian kepada-Nya atas nikmat-nikmat-Nya, baik yang lahir maupun yang batin, agama maupun duniawiyah. Ayat ini juga menjadi perintah dari Allah kepada hamba-hamba-Nya agar memujiNya. Dialah semata yang berhak dipuji. Dialah pencipta seluruh makhluk, yang mengurus segala perkara mereka, yang memelihara seluruh makhluk Nya. dengan nikmat-nikmat-Nya, dan memelihara wali-wali-Nya dengan iman dan amal shaleh.
Menurut Qira’ah Sab’ah, huruf dal dalam firman-Nya, “alhamdu lillahi,” dibaca dammah, terdiri atas mubtada dan khabar.
Diriwayatkan dari Sufyan ibnu Uyaynah dan Rubah ibnul Ajjaj, keduanya membacanya menjadi alhamda lillahi (الْحَمْدَ لِلَّهِ) dengan huruf dal yang di-fathah-kan karena menyimpan fi’l.
Ibnu Abu Ablah membacanya alhamdulillah dengan huruf dal dan lam yang di-dammah-kan kedua-duanya karena yang kedua diikutkan kepada huruf pertama dalam harakat. Ia mempunyai syawahid (bukti-bukti) yang menguatkan pendapatnya ini, tetapi dinilai syaz (menyendiri).
Diriwayatkan dari Al-Hasan dan Zaid ibnu Ali bahwa keduanya membacanya alhamdi lillahi dengan membaca kasrah huruf dal karena diseragamkan dengan harakat huruf sesudahnya.
Abu Ja’far ibnu Jarir mengatakan bahwa makna alhamdulillah ialah “segala syukur hanyalah dipersembahkan kepada Allah semata, bukan kepada apa yang disembah selain-Nya dan bukan kepada semua apa yang diciptakan-Nya, sebagai imbalan dari apa yang telah Dia limpahkan kepada hamba-hamba-Nya berupa segala nikmat yang tak terhitung jumlahnya”. Tiada seorang pun yang dapat menghitung semua bilangannya selain Dia semata. Nikmat itu antara lain adalah tersedianya semua sarana untuk taat kepada-Nya, kemampuan semua anggota tubuh yang ditugaskan untuk mengerjakan hal-hal yang difardukan oleh-Nya. Selain itu Dia menggelarkan rezeki yang berlimpah di dunia ini buat hamba-Nya dan memberi mereka makan dari rezeki tersebut sebagai nikmat kehidupan buat mereka, padahal mereka tidak memilikinya. Dia mengingatkan dan menyeru mereka agar semuanya itu dijadikan sebagai sarana buat mencapai kehidupan yang abadi di dalam surga yang penuh dengan kenikmatan yang kekal untuk selama-lamanya. Maka segala puji hanyalah bagi Tuhan kita atas semua itu sejak permulaan hingga akhir.
Ibnu Jarir mengatakan bahwa alhamdulillah adalah pujian yang digunakan oleh Allah untuk memuji diri-Nya sendiri. termasuk di dalam pengertiannya ialah Dia memerintahkan hamba-Nya untuk memanjatkan puji dan sanjungan kepada-Nya. Seakan-akan Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى bermaksud, “Katakanlah oleh kalian, ‘Segala puji hanyalah bagi Allah’!”
Ibnu Jarir mengatakan, adakalanya dikatakan “sesungguhnya ucapan seseorang yang mengatakan alhamdulillah merupakan pujian yang ditujukan kepada-Nya dengan menyebut asma-Nya yang terbaik dan sifat-Nya Yang Maha Tinggi”. Sedangkan ucapan seseorang “segala syukur adalah milik Allah” merupakan pujian kepada-Nya atas nikmat dan limpahan rahmat-Nya.
Kemudian Ibnu Jarir mengemukakan bantahannya yang kesimpulannya adalah “semua ulama bahasa Arab menyamakan makna antara alhamdu dan asy-syukru (antara puji dan syukur)”. Pendapat ini dinukil pula oleh As-Sulami, yaitu pendapat yang mengatakan bahwa puji dan syukur adalah sama pengertiannya, dari Ja’far As-Sadiq dan Ibnu Ata. dari kalangan ahlu tasawwuf. Ibnu Abbas mengatakan bahwa ucapan “segala puji bagi Allah” merupakan kalimat yang diucapkan oleh semua orang yang bersyukur. Al-Qurtubi menyimpulkan dalil yang menyatakan kebenaran orang yang mengatakan bahwa kalimat alhamdulillah adalah ungkapan syukur, dia nyatakan ini terhadap Ibnu Jarir. Pendapat inilah yang dikatakan oleh Ibnu Jarir masih perlu dipertimbangkan dengan alasan bahwa telah dikenal di kalangan mayoritas ulama muta-akhkhirin bahwa alhamdu adalah pujian dengan ucapan terhadap yang dipuji dengan menyebutkan sifat-sifat lazimah dan yang muta’addiyah bagi-Nya, sedangkan asy-syukru tidaklah diucapkan melainkan hanya atas sifat yang muta’addiyah saja. Terakhir adakalanya diucapkan dengan lisan atau dalam hati atau melalui sikap dan perbuatan. sebagaimana pengertian yang terkandung di dalam perkataan seorang penyair:
Nikmat paling berharga yang telah kalian peroleh dariku ada tiga macam, yaitu melalui kedua tanganku, lisanku, dan hatiku yang tidak tampak ini.
Akan tetapi, mereka berselisih pendapat mengenai yang paling umum maknanya di antara keduanya, pujian ataukah syukur. Ada dua pendapat mengenainya. Menurut penyelidikan, terbukti memang di antara keduanya terdapat pengertian khusus dan umum. Alhamdu lebih umum pengertiannya daripada asy-syukru, yakni bila dipandang dari segi pengejawantahannya. Dikatakan demikian karena alhamdu ditujukan kepada sifat yang lazimah dan yang muta’addiyah. Engkau dapat mengatakan, “Aku puji keberaniannya,” dan “Aku puji kedermawanannya,” hanya saja pengertiannya lebih khusus karena hanya diungkapkan melalui ucapan. Lain halnya dengan asy-syukru yang pengertiannya lebih umum bila dipandang dari segi pengejawantahannya (realisasinya) karena dapat diungkapkan dengan ucapan. perbuatan. dan niat. seperti yang telah dijelaskan tadi. Asy-syukur dinilai lebih khusus karena hanya diungkapkan terhadap sifat muta’addiyah saja, tidak dapat dikatakan, “Aku mensyukuri keberaniannya,” atau “Aku mensyukuri kedermawanan dan kebajikannya kepadaku.” Demikianlah menurut catatan sebagian ulama muta-akhkhirin.
Abu Nasr Ismail ibnu Hammad Al-Jauhari mengatakan, pengertian alhamdu merupakan lawan kata dari azzam (celaan). Dikatakan hamdihir rajula, alhamduhu hamdan wamahmadah (aku memuji lelaki itu dengan pujian yang setinggi-tingginya), bentuk fail-nya ialah hamid, dan bentuk mafid-nya ialah mahmud.
Lafaz tahmid mempunyai makna lebih kuat daripada alhamdu. sedangkan alhamdu lebih umum pengertiannya daripada asy-syukru. Abu Nasr mengatakan sehubungan dengan makna asy-syukru, yaitu “sanjungan yang ditujukan kepada orang yang berbuat baik sebagai imbalan dari kebaikan yang telah diberikannya”. Dikatakan syakar-tuhu atau syakartu lahu artinya “aku berterima kasih kepadanya”, tetapi yang memakai lam lebih fasih. Sedangkan makna al-madah lebih umum daripada alhamdu, karena pengertian al-madah (pujian) dapat ditujukan kepada orang hidup. orang mati, juga terhadap benda mati, sebagaimana pujian terhadap makanan, tempat, dan lain sebagainya, dan al-madah dapat dilakukan sebelum dan sesudah kebaikan, juga dapat ditujukan kepada sifat yang lazimah dan yang muta’addiyyah. Dengan demikian, berarti al-madah lebih umum pengertiannya (dari-pada alhamdu).
Tafsir Ayat:
الْحَمْدُ لِلَّهِ “Segala puji bagi Allah” adalah pujian kepada Allah karena sifat-sifat kesempurnaan dan karena perbuatan-perbuatanNya yang berkisar di antara karunia dan keadilan, segala pujian yang sempurna hanya bagiNya dalam segala bentuknya.
رَبِّ الْعَالَمِينَ “Rabb semesta alam.” Rabb adalah Sang Pemelihara sekalian alam, dan alam itu adalah siapa saja yang selain dari Allah yang Allah ciptakan dan menyiapkan bagi mereka sarana-sarana, memberikan kepada mereka nikmat yang besar, yang mana bila mereka kehilangan kenikmatan itu niscaya mereka tidak akan bertahan hidup, dan apa pun kenikmatan yang ada pada mereka, maka itu semua adalah dariNya جَلَّ جَلالُهُ.
Pemeliharaan Allah terhadap makhlukNya ada dua macam; umum dan khusus. Yang umum adalah Dia menciptakan makhluk, memberi mereka rizki, memberi mereka hidayah kepada hal-hal yang berguna bagi mereka yang merupakan sarana terpenting bagi mereka dalam mempertahankan hidup di dunia. Dan yang khusus adalah pemeliharaanNya terhadap kekasih-kekasihNya, Dia memelihara mereka dengan keimanan, membimbing mereka kepadanya, menyempurnakan hal itu untuk mereka, menolak dari mereka rintangan dan halangan yang membatasi antara mereka denganNya. Hakikatnya adalah pemeliharaan bimbingan (taufik) kepada segala yang baik dan menjauhkan dari kejahatan, dan mungkin saja makna ini merupakan rahasia dari banyaknya doa-doa para Nabi memakai kata رَبِّ, karena seluruh tuntutan permintaan mereka termasuk dalam naungan rububiyahNya yang khusus. Maka FirmanNya, رَبِّ الْعَالَمِينَ “Rabb sekalian alam” menunjukkan kepada keesaanNya dalam penciptaan, pengaturan, kenikmatan, kesempurnaan kekayaanNya, serta kesempurnaan kebutuhan sekalian alam kepadaNya dalam segala bentuk dan sudut pandang.
Segala puji kita persembahkan hanya untuk Allah semata, tuhan pencipta dan pemelihara seluruh alam, yaitu semua jenis makhluk. Dialah yang maha pengasih, pemilik dan sumber sifat kasih, yang menganugerahkan segala macam karunia, baik besar maupun kecil, kepada seluruh makhluk, maha penyayang yang selalu tiada henti memberi kasih dan kebaikan kepada orang-orang yang beriman.
Al-Fatihah Ayat 2 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Fatihah Ayat 2, Makna Al-Fatihah Ayat 2, Terjemahan Tafsir Al-Fatihah Ayat 2, Al-Fatihah Ayat 2 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Fatihah Ayat 2
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)