{72} Al-Jin / الجن | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | المدثر / Al-Muddatstsir {74} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Muzzammil المزمل (Orang Yang Berselimut) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 73 Tafsir ayat Ke 5.
إِنَّا سَنُلْقِي عَلَيْكَ قَوْلًا ثَقِيلًا ﴿٥﴾
innā sanulqī ‘alaika qaulan ṡaqīlā
QS. Al-Muzzammil [73] : 5
Sesungguhnya Kami akan menurunkan perkataan yang berat kepadamu.
Sesungguhnya Kami akan menurunkan kepadamu Al-Qur’an wahai Nabi, perkataan yang berat mengandung perintah, larangan, dan hukum syariat.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Sesungguhnya Kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat. (Al-Muzzammil: 5)
Al-Hasan dan Qatadah mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah berat pengamalannya. Menurut pendapat yang lain, berat saat diturunkannya karena keagungannya. Sebagaimana yang dikatakan oleh Zaid ibnu Sabit-r.a., bahwa pernah diturunkan wahyu kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, sedangkan paha Ibnu Mas’ud berada di bawah paha Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ Maka terasa tulang pahanya patah karena tertindih oleh Rasul صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ saking beratnya wahyu yang sedang turun kepadanya.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Qutaibah, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi’ah, dari Yazid ibnu Abu Habib, dari Amr ibnul Walid, dari Abdullah ibnu Amr yang mengatakan bahwa ia pernah bertanya kepada Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, “Wahai Rasulullah, apakah yang engkau rasakan saat wahyu diturunkan kepadamu?” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab: Saya mendengar suara gemerincingnya lonceng, kemudian aku diam saat itu. Dan tidak sekali-kali diturunkan wahyu kepadaku melainkan aku mengira bahwa nyawaku sedang dicabut.
Hadis diriwayatkan oleh Imam Ahmad secara munfarid.
Dan dalam permulaan kitab Sahih Bukhari disebutkan:
dari Abdullah ibnu Yusuf, dari Malik, dari Hisyam, dari ayahnya, dari Aisyah r.a., bahwa Al-Haris ibnu Hisyam pernah bertanya kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, “Bagaimanakah caranya wahyu datang kepadamu?” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab: Terkadang datang seperti bunyi gemerincingnya lonceng, dan itu adalah wahyu yang paling berat bagiku; setelah wahyu selesai dariku, aku telah hafal semua apa yang disampaikannya. Dan adakalanya Malaikat (Jibril) merupakan diri sebagai seorang laki-laki kepadaku, lalu berbicara kepadaku dan aku hafal semua apa yang disampaikannya. Siti Aisyah r.a. mengatakan, sesungguhnya ia menyaksikan wahyu sedang diturunkan kepada Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ di hari yang sangat dingin; setelah wahyu selesai darinya, kening Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ benar-benar bercucuran keringat.
Demikianlah menurut lafaz Imam Bukhari.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Daud, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman, dari Hisyam ibnu Urwah, dari ayahnya, dari Aisyah r.a. yang mengatakan bahwa sesungguhnya wahyu benar-benar diturunkan kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ saat beliau berada di atas unta kendaraannya, maka unta kendaraan beliau mendekam dengan meletakkan bagian dalam lehernya ke tanah.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abdul A’la, telah menceritakan kepada kami Ibnu Saur, dari Ma’mar, dari Hisyam ibnu Urwah, dari ayahnya, bahwa Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ apabila sedang menerima wahyu dan berada di atas unta kendaraannya, maka unta kendaraannya berhenti dan mendekam, ia tidak dapat bergerak hingga wahyu selesai diturunkan. Hadis ini berpredikat mursal. yang dimaksud dengan jiran ialah bagian dalam leher unta, artinya unta kendaraannya mendekam dan tidak dapat bergerak karena beratnya wahyu yang sedang diturunkan kepada beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Tetapi Ibnu Jarir memilih pendapat yang mengatakan bahwa wahyu itu berat dari kedua sisinya, yakni sisi pengamalan dan saat menerimanya. Sebagaimana yang dikatakan oleh Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam, bahwa wahyu itu terasa berat saat di dunia, sebagaimana terasa berat pula kelak di hari kiamat dalam timbangan amalnya.
1-5. Al-Muzammil adalah orang yang menutupi badannya dengan baju semakna dengan kata al-Mudatsir. Hal ini terjadi pada Rasulullah ketika Allah memuliakan beliau dengan risalah. Allah memulainya dengan menurunkan wahyu dengan mengutus Jibril menemui beliau. Rasulullah melihat sesuatu yang belum pernah beliau lihat sebelumnya dan tidak ada yang mampu bertahan atasnya melainkan hanya para rasul. Pada saat itu Rasulullah gemetar kala melihat Jibril. Kemudian Rasulullah pulang kepada istri beliau dan berkata, “Selimutilah aku, selimutilah aku.” Rasulullah menggigil ketakutan. Setelah itu datanglah jibril dan berkata, “Bacalah! Rasulullah menjawab, “Aku tidak bisa membaca.” Jibril memeluk erat beliau hingga Rosulullah kelelahan, Jibril mengajarkan bacaan padanya lalu Rasulullah pun membaca.
Kemudian Allah menganugerahkan keteguhan padanya dan memberinya wahyu hingga mencapai tingkat yang belum pernah dicapai oleh para rasul sebelumnya.
Subhanallah! Alangkah besarnya perbedaan antara permulaan kenabian dan akhirannya. Karena itulah Allah berfirman kepada Rasulallah dengan menyebutkan sifat seperti ini yang dilihat pada beliau pada saat pertama kali. Allah memerintahkan Rasulullah dengan berbagai ibadah yang berkaitan denganNya.
Selanjutnya Allah memerintahkan beliau untuk bersabar atas gangguan kaumnya lalu memerintahkan untuk tegar dengan perintahNya dan mengumumkan dakwah beliau kepada Allah. Allah memerintah beliau dengan ibadah yang paling mulia, yaitu shalat pada waktu yang paling mantap dan utama (qiyamul lail). Di antara rahmat Allah, Dia tidak memerintahkan Rasulullah untuk menghidupkan seluruh malam dengan shalat, tapi Allah berfirman, “Bangunlah (untuk shalat) di malam hari, kecuali sedikit (darinya).” Selanjutnya Allah menentukannya, “(Yaitu) seperduanya atau kurangilah darinya,” yakni dari seperdua, “sedikit” misalnya sepertiganya, “atau lebih dari seperdua itu,” lebih dari seperdua seukuran dua pertiga malam , “dan bacalah al-Quran itu dengan perlahan-lahan,” karena membaca al-Quran dengan perlahan bisa mendatangkan perenungan, pemikiran, bisa menggerakan kalbu, beribadah dengan tanda-tanda kebesaran Allah serta bersiap-siap secara sempurna untuk itu.
Allah berfirman, “Sesungguhnya Kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat,” yakni, Kami akan mewahyukan al-Quran yang berat ini padamu. Yang dimaksud dengan berat adalah makna-maknanya yang agung, sifat-sifatnya yang luhur. Untuk itu, sesuatu yang sifatnya seperti ini layak dipersiapkan, dibaca secara perlahan, serta merenungkan apa yang tercakup di dalamnya.
Mengapa Allah memerintahkan nabi Muhammad untuk beribadah di waktu malam, alasannya disebut dalam ayat ini. Sesungguhnya kami melalui malaikat jibril akan menurunkan perkataan yang berat yaitu firman-firman Allah berupa Al-Qur’an kepadamu wahai nabi Muhammad. 6. Diperintahkannya ibadah di waktu malam adalah mengandung hikmah yang sangat besar di antaranya seperti yang disebut pada ayat ini. Sungguh, bangun untuk beribadah di waktu malam itu lebih kuat mengisi jiwa. Dan bacaan di waktu itu lebih berkesan serta lebih mudah untuk dipahami dan dihayati.
Al-Muzzammil Ayat 5 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Muzzammil Ayat 5, Makna Al-Muzzammil Ayat 5, Terjemahan Tafsir Al-Muzzammil Ayat 5, Al-Muzzammil Ayat 5 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Muzzammil Ayat 5
Tafsir Surat Al-Muzzammil Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)