{79} An-Nazi’at / النازِعات | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | التكوير / At-Takwir {81} |
Tafsir Al-Qur’an Surat ‘Abasa عبس (Ia Bermuka Masam) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 80 Tafsir ayat Ke 23.
كَلَّا لَمَّا يَقْضِ مَا أَمَرَهُ ﴿٢٣﴾
kallā lammā yaqḍi mā amarah
QS. ‘Abasa [80] : 23
Sekali-kali jangan (begitu)! Dia (manusia) itu belum melaksanakan apa yang Dia (Allah) perintahkan kepadanya.
Manusia kafir dilaknat dan diazab, betapa besar kekafirannya kepada Tuhannya. Tidakkah dia melihat dari apakah Allah menciptakannya pertama kali? Allah menciptakannya dari air yang sedikit (yaitu sperma), lalu allah menciptakannya dalam beberapa tahapan, Kemudian Dia menjelaskan baginya jalan kebaikan dan jalan keburukan. Kemudian Allah mematikannya dan menjadikan baginya satu tempat yang ia dikubur di dalamnya. Kemudian jika Allah berkehendak Dia akan menghidupkan kembali dan membangkitkannya untuk menghadapi perhitungan amal dan balasan. Perkaranya tidak sebagaimana yang diucapkan dan dilakukan oleh orang kafir ini, dia tidak menunaikan perintah Allah, yaitu beriman kepada-Nya dan mentaatiNya.
Adapun Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
sekali-kali jangan; manusia itu belum melaksanakan apa yang diperintahkan Allah kepadanya. (‘Abasa: 23)
Ibnu Jarir mengatakan bahwa Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman, “Kalla,” artinya duduk perkaranya tidaklah seperti apa yang dikatakan oleh manusia yang kafir itu, bahwa dia telah menunaikan hak Allah yang ada pada dirinya dan harta bendanya.
manusia itu belum melaksanakan apa yang diperintahkan Allah kepadanya. (‘Abasa: 23)
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman bahwa dia masih belum menunaikan kewajiban yang difardukan oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى atas dirinya.
Kemudian Ibnu Jarir dan Ibnu Abu Hatim meriwayatkan melalui jalur Ibnu Abu Najih, dari Mujahid sehubungan dengan makna firman-Nya: sekali-kali jangan; manusia itu belum melaksanakan apa yang diperintahkan Allah kepadanya. (‘Abasa: 23) Bahwa tiada seorang pun yang ditetapkan dapat menunaikan semua apa yang difardukan atas dirinya. Bagawi telah meriwayatkan hal yang semisal dari Al-Hasan Al-Basri.
Demikianlah yang penulis jumpai dari pendapat ulama terdahulu mengenainya, tiada pendapat lainnya. Tetapi menurut hemat saya, makna yang dimaksud dari firman-Nya hanya Allah-lah yang lebih mengetahui.
kemudian bila Dia menghendaki, Dia membangkitkannya kembali. (‘Abasa: 22)
Yakni Dia menghidupkannya kembali.
tidaklah demikian; Allah masih belum menunaikan apa yang telah ditetapkan-Nya itu. (‘Abasa: 23)
Yaitu Allah tidak akan melakukannya sekarang sebelum masa yang telah Dia tetapkan (takdirkan) atas Bani Adam yang akan menjalaninya habis dan Bani Adam dikeluarkan di dunia ini, sedangkan di pundaknya telah terbebani perintah dari Allah secara takdir. Maka apabila hal yang telah ditetapkan oleh Allah itu habis, barulah Allah membangkitkan semua makhluk (dari alam kuburnya) dan menghidupkan kembali mereka seperti pada permulaan kejadiannya.
Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan dari Wahb ibnu Munabbih yang mengatakan, Uzair a.s. pernah berkata bahwa malaikat yang sering datang kepadanya mengatakan bahwa sesungguhnya kubur itu terletak di perut bumi. Dan sesungguhnya bumi itu adalah induk dari semua makhluk. Maka apabila Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى telah menciptakan semua yang dikehendaki-Nya, dan kubur yang telah disediakan oleh Allah untuknya telah terpenuhi, maka habislah usia dunia dan matilah semua makhluk yang ada di atasnya, lalu bumi mengeluarkan semua yang terdapat di dalam perutnya dan semua kuburan mengeluarkan makhluk yang ada di dalamnya. Ini mirip dengan pendapat yang kami kemukakan sehubungan dengan makna ayat ini; akhirnya hanya Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى sajalah Yang Maha Mengetahui.
Ayat 17-23
Meski seperti itu, manusia tetap saja kufur. Karena itu Allah berfirman, “Binasalah manusia; alangkah amat sangat keakfirannya” terhadap nikmat Allah, dan alangkah hebat pembangkangannya pada kebenaran setelah kebenaran itu jelas, padahal sendiri apa? Dia hanyalah makhluk paling lemah yang diciptakan Allah dari air hina kemudian ditentukan wujudnya serta disempurnakan menjadi manusia sempurna lalu Allah menyempurnakan kekuatan lahir dan batinnya. “Kemudian dia memudahkan jalannya,” yakni Allah memudahkan baginya sebab-sebab agama dan dunia dan menunjukan pada jalan lurus serta menjelaskannya. Allah mengujinya dengan perintah dan larangan. “Kemudian Dia mematikannya dan memasukkannya ke dalam kubur,” yakni, memuliakannya dengan disemayamkan dan tidak dijadikan seperti hewan yang bangkainya dibiarkan saja tergeletak diatas tanah. “Kemudian bila Dia menghendaki, Dia membangkitkannya setelah kematian untuk pembalasan amal. Hanya Allah semata yang mengatur manusia dan mengarahkannya pada hal-hal tersebut. Tidak ada satu sekutu pun yang menyertai Allah dalam hal itu. Meski demekian, manusia tetap saja tidak mau menunaikan perintah Allah dan tidak mau menunaikan kewajiban yang dibebankan padanya. Bahkan senantiasa bermalas-malasan tapi banyak meminta.
Allah telah mencurahkan kasih sayang-Nya kepada manusia, namun banyak dari mereka enggan bersyukur, bahkan berbuat maksiat. Sungguh suatu hal yang mengherankan. Sekali-kali jangan berbuat demikian; dia itu belum melaksanakan apa yang dia perintahkan kepadanya, yaitu beriman, beribadah, dan menaati aturan-Nya. 24. Jika manusia bersikeras dengan keingkarannya, maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya yang dia makan setiap hari; dari mana makanan itu berasal’
‘Abasa Ayat 23 Arab-Latin, Terjemah Arti ‘Abasa Ayat 23, Makna ‘Abasa Ayat 23, Terjemahan Tafsir ‘Abasa Ayat 23, ‘Abasa Ayat 23 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan ‘Abasa Ayat 23
Tafsir Surat ‘Abasa Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)