{87} Al-A’la / الأعلى | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | الفجر / Al-Fajr {89} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Ghasyiyah الغاشية (Hari Pembalasan) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 88 Tafsir ayat Ke 17.
أَفَلَا يَنْظُرُونَ إِلَى الْإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ ﴿١٧﴾
a fa lā yanẓurụna ilal-ibili kaifa khuliqat
QS. Al-Ghasyiyah [88] : 17
Maka tidakkah mereka memperhatikan unta, bagaimana diciptakan?
Apakah orang-orang kafir yang mendustakan itu tidak memperhatikan unta, bagaimana makhluk yang mengagumkan ini diciptakan? Dan bagaimana langit ditinggikan? Dan bagaimana gunung-gunung ditegakkan yang membuat bumi menjadi kokoh dan tidak berguncang? Dan bagaimana bumi dihamparkan?
(17-26) Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman, memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya untuk memperhatikan makhluk-makhluk-Nya yang menunjukkan akan kekuasaan dan kebesaran-Nya.
Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan? (Al-Ghasyiyah: 17)
Karena sesungguhnya unta itu hewan yang menakjubkan dan bentuknya aneh. Ia sangat kuat dan keras, tetapi sekalipun demikian ia jinak untuk angkutan yang berat dan tunduk pada penuntun (pengendali) yang lemah. Dagingnya dapat dimakan, bulunya dapat dimanfaatkan, dan air susunya dapat diminum. Disebutkan unta secara khusus karena kebanyakan orang-orang Arab memakai unta sebagai hewan kendaraan.
Disebutkan bahwa Syuraih Al-Qadi pernah mengatakan, “Marilah kita keluar untuk melihat unta bagaimana ia diciptakan, dan bagaimana langit ditinggikan. Yakni bagaimana Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى meninggikannya dari bumi dengan ketinggian yang tak terperikan ini,” sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
Maka apakah mereka tidak melihat akan langit yang ada di atas mereka, bagaimana Kami meninggikannya dan menghiasinya dan langit itu tidak mempunyai retak-retak sedikit pun? (Qaaf:6)
Adapun firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? (Al-Ghasyiyah: 19)
Yakni dijadikan tegak dan berdiri kokoh untuk menjadi penyeimbang agar bumi diam dan tidak mengguncangkan para penduduknya, kemudian Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menjadikan padanya banyak manfaat dan bahan-bahan mineral yang terkandung di dalamnya.
Dan bumi bagaimana ia dihamparkan? (Al-Ghasyiyah: 20)
Yaitu dihamparkan, digelarkan, dan dijadikan sebagai tempat yang layak untuk dihuni. Dan seorang Badui (kampung) dengan kecerdikan akalnya dapat menyimpulkan melalui pemandangan yang disaksikan oleh mata kepalanya sendiri, yaitu unta kendaraannya, langit yang ada di atasnya, gunung-gunung yang terpampang di hadapannya, dan bumi yang menjadi tempat berpijaknya, bahwa terciptanya semuanya itu berkat kekuasaan Penciptanya. Dia tiada lain adalah Tuhan Yang Mahabesar, Yang Maha Pencipta, Yang Menguasai, dan Yang mengatur semuanya. Dan bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah selain Dia.
Demikian pula Damam mengucapkan sumpahnya setelah mengajukan beberapa pertanyaan kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Disebutkan bahwa:
telah menceritakan kepada kami Hasyim ibnul Qasim, telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnul Mugirah dan Sabit, dari Anas yang telah mengatakan bahwa dahulu kami dilarang mengajukan pertanyaan mengenai sesuatu masalah kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ Maka kala itu kami sangat senang bila datang seorang lelaki Badui yang cerdas, lalu menanyakan kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ beberapa masalah, maka kami mendengarkannya. Kemudian datanglah seorang lelaki Badui, lalu bertanya, “Wahai Muhammad, sesungguhnya telah datang kepada kami utusanmu dan mengatakan kepada kami bahwa sesungguhnya engkau adalah utusan Allah?” Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab “Benar.” Maka lelaki Badui itu bertanya, “Lalu siapakah yang menciptakan langit?” Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab, “Allah.” Lelaki itu bertanya, “Siapakah yang menciptakan bumi?” Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab, “Allah.” Lelaki itu bertanya, “Siapakah yang memancangkan gunung-gunung ini dan yang menciptakan segala sesuatu yang ada padanya?” Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab, “Allah.” Lelaki Badui itu bertanya, “Maka demi Tuhan Yang telah menciptakan langit, bumi, dan Yang telah memancangkan gunung-gunung ini, apakah benar Allah telah mengutusmu?” Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab, “Benar.” Lelaki itu bertanya, “Utusanmu mengira bahwa diwajibkan atas kami mengerjakan salat lima waktu setiap harinya?” Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ Menjawab, ”Benar.” Lelaki itu bertanya, “Maka demi Tuhan Yang telah mengutusmu, apakah Allah telah memerintahkan demikian kepadamu?” Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab, “Ya.” Lelaki itu bertanya, “Dan utusanmu mengira bahwa kami diwajibkan membayar zakat harta benda kami?” Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ manjawab, “Benar.” Lelaki itu bertanya, “Maka demi Tuhan Yang telah mengutusmu, apakah Allah yang memerintahkan demikian kepadamu?” Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab, “Ya.” Lelaki Badui itu bertanya, “Dan utusanmu mengira bahwa diwajibkan atas kami berhaji ke Baitullah bagi yang mampu mengadakan perjalanannya?” Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab, “Benar.” Kemudian lelaki Badui itu pergi dan berkata, “Demi Tuhan Yang telah mengutusmu dengan membawa kebenaran, aku tidak akan menambahi sesuatu pun dari hal tersebut dan tidak pula menguranginya barang sedikit pun.” Maka Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Jika dia benar, niscaya dia masuk surga.
Imam Muslim telah meriwayatkan hadis ini dari Amr An-Naqid, dari Abun Nadr alias Hasyim ibnul Qasim dengan sanad yang sama, dan Imam Bukhari memberinya komentar. Imam Turmuzi dan Imam Nasai meriwayatkannya melalui hadis Sulaiman ibnul Mugirah dengan sanad yang sama.
Imam Ahmad, Imam Bukhari, Imam Abu Daud, Imam Nasai, dan Imam Ibnu Majah meriwayatkan hadis ini melalui Al-Lais ibnu Sa’d, dari Sa’id Al-Maqbari, dari Syarik ibnu Abdullah ibnu Abu Namir, dari Anas dengan sanad yang sama secara panjang lebar. Dan di akhir hadisnya disebutkan bahwa telah menceritakannya kepadaku Dammam ibnu Sa’labah saudara lelaki Bani Sa’id ibnu Bakr.
Al-Hafiz Abu Ya’la mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ishaq, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Ja’far, telah menceritakan kepadaku Abdullah ibnu Dinar, dari Ibnu Umar yang telah menceritakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ sering menceritakan tentang seorang wanita yang hidup di masa Jahiliah yang berada di atas sebuah bukit bersama anak laki-lakinya sedang menggembalakan ternak kambing. Maka anaknya bertanya “Hai Ibu, siapakah yang telah menciptakan engkau?” Ibunya menjawab, “Allah.” Ia bertanya, “Siapakah yang menciptakan ayahku?” Si ibu menjawab, “Allah.” Ia bertanya, “Siapakah yang menciptakan diriku?” Si ibu menjawab, “Allah.” Si anak bertanya, “Siapakah yang menciptakan langit?” Si ibu menjawab, “Allah.” Si anak bertanya, “Siapakah yang menciptakan bumi?” Si ibu menjawab, “Allah.” Ia bertanya, “Siapakah yang menciptakan gunung?” Si ibu menjawab, “Allah.” Ia bertanya, “Siapakah yang menciptakan kambing ini?” Si ibu menjawab, “Allah.” Maka si anak berkata, “Sesungguhnya aku benar-benar mendengar Allah mempunyai kedudukan yang penting di atas segalanya,” lalu ia menjatuhkan dirinya dari atas gunung itu sehingga tubuhnya hancur. Ibnu Umar mengatakan, “Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ sering menceritakan kisah ini kepada kami.” Ibnu Dinar mengatakan bahwa Abdullah ibnu Umar sering menceritakan kisah ini kepada kami. Tetapi di dalam sanad hadis ini terdapat kelemahan. Abdullah ibnu Ja’far yang disebutkan dalam sanad hadis ini adalah Al-Madini, seorang yang dinilai lemah oleh putranya sendiri (yaitu Imam Ali ibnul Madini) dan juga oleh yang lainnya.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Maka berilah peringatan. karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan. Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka. (Al-Ghasyiyah. 21-22)
Hai Muhammad, berilah manusia peringatan dengan apa yang engkau diutus kepada mereka untuk menyampaikannya. Dalam ayat lain disebutkan:
sesungguhnya tugasmu hanya menyampaikan saja, sedangkan Kamilah yang menghisab amalan mereka. (Ar Ra’du:40)
Karena itulah maka disebutkan dalam surat ini oleh firman-Nya:
Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka. (Al-Ghasyiyah: 22)
Ibnu Abbas dan Mujahid serta selain keduanya mengatakan bahwa makna ayat ini sama dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat yang lain, yaitu:
dan kamu sekali-kali bukanlah seorang pemaksa terhadap mereka. (Qaaf:45)
Yakni kamu bukanlah orang yang dapat menciptakan iman di dalam hati mereka.
Ibnu Zaid mengatakan bahwa makna ayat ialah kamu bukanlah seorang yang dapat memaksakan mereka untuk beriman.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Waki’ dari Sufyan, dari Abuz Zubair, dari Jabir yang mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda: Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka mau mengucapkan, “Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah.” Maka apabila mereka mau mengucapkannya, berarti mereka memelihara darah dan hartanya dariku, kecuali berdasarkan alasan yang hak, sedangkan hisab (perhitungan) mereka ada pada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى Kemudian Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ membaca firman-Nya: Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan. Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka. (Al-Ghasyiyah: 21-22)
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Muslim di dalam Kitabul Iman dan Imam Turmuzi serta Imam Nasai di dalam kitab tafsir dari kitab sunan masing-masing dari keduanya, melalui Sufyan ibnu Sa’id As-Sauri dengan sanad yang sama dan dengan tambahan penyebutan ayat. Dan hadis ini diketengahkan di dalam kitab Sahihain melalui riwayat Abu Hurairah tanpa tambahan penyebutan ayat.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
tetapi orang yang berpaling dan kafir. (Al-Ghasyiyah: 23)
Yaitu berpaling, tidak mau mengamalkan rukun-rukunnya, kafir hatinya dan juga lisannya terhadap perkara yang hak. Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
Dia tidak mau membenarkan (Rasul dan AL-Qur’an) dan tidak man mengerjakan salat, tetapi ia mendustakan (Rasul) dan berpaling (dari kebenaran). (Al Qiyaamah:31-32)
Karena itulah maka disebutkan oleh firman-Nya:
maka Allah akan mengazabnya dengan azab yang besar. (Al-Ghasyiyah: 24)
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Qutaibah, telah menceritakan kepada kami Lais, dari Sa’id ibnu Abu Hilal, dari Ali ibnu Khalid, bahwa Abu Umamah Al-Bahili bersua dengan Khalid ibnu Yazid ibnu Mu’awiyah, maka Khalid bertanya kepadanya tentang kalimat yang paling lembut yang pernah ia dengar dari Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ Abu Umamah menjawab, bahwa ia pernah mendengar Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Ingatlah, kamu semuanya masuk surga kecuali orang yang membangkang terhadap Allah, seperti unta yang membangkang terhadap pemiliknya.
Imam Ahmad mengetengahkan hadis ini secara tunggal. Dan Ali ibnu Khalid ini disebutkan oleh Ibnu Abu Hatim menerima hadis ini dari ayahnya (yakni Khalid ibnu Mu’awiyah). Dan Ibnu Abu Hatim tidak menambahkan selain dari apa yang telah ada di sini, yaitu diriwayatkan dari Abu Umamah dan Khalid ibnu Mu’awiyah oleh Sa’id ibnu Abu Hilal.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Sesungguhnya kepada Kamilah kembali mereka. (Al-Ghasyiyah: 25)
Yakni kembali dan berpulangnya mereka.
kemudian sesungguhnya kewajiban Kamilah menghisab mereka. (Al-Ghasyiyah: 26)
Kami akan melakukan perhitungan terhadap amal perbuatan yang telah mereka kerjakan, dan Kami akan membalaskannyakepada mereka, jika amalnya baik, maka balasannya baik, dan jika amalnya buruk, maka balasannya buruk pula.
Demikianlah akhir tafsir surat Al-Ghasyiyah dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Allah atas segala karunia-Nya.
(17-20) Allah جَلَّ جَلالُهُ berfirman seraya memberi dorongan pada orang-orang yang tidak percaya pada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dan untuk orang lain agar merenungkan makhluk-makhluk Allah جَلَّ جَلالُهُ yang me-nunjukkan atas keesaanNya, أَفَلا يَنْظُرُونَ إِلَى الإبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ “Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan,” artinya, apakah mereka tidak memperhatikan penciptaannya yang sempurna dan bagaimanakah Allah جَلَّ جَلالُهُ menundukkannya untuk manusia un-tuk berbagai kepentingan yang mereka perlukan. وَإِلَى الْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْ “Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan,” dengan bentuk yang begitu indah yang dengannya bumi bisa tenang dan kokoh tidak berguncang. Di dalamnya Allah جَلَّ جَلالُهُ menyimpan begitu banyak manfaat. وَإِلَى الأرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ “Dan bumi bagaimana ia dihamparkan,” yaitu dibentangkan secara luas agar manusia merasa tenang berada di atasnya dan bisa mengolahnya untuk bercocok tanam, membuat bangunan dan menempuh jalan-jalan di atasnya.
Perlu diketahui, hamparan bumi tidak menafikan wujudnya yang bulat yang dilingkupi oleh berbagai bintang dari berbagai sisinya sebagaimana ditunjukkan oleh dalil akal, indera dan kesak-sian dan sebagaimana diketahui oleh banyak orang, khususnya di masa sekarang di mana banyak orang mencapai berbagai penjuru jauh dengan alat-alat yang dikaruniakan Allah جَلَّ جَلالُهُ pada mereka yang bisa mendekatkan jarak yang jauh. Bentuk hamparan hanya menafikan bulatan sesuatu yang kecil, yang seandainya dibentang-kan tidak lagi berbentuk bulat. Lain halnya dengan bentuk bumi yang amat besar dan luas. Sehingga bentuk bumi ini adalah bulat terhampar. Kedua hal tersebut tidak saling menafikan satu sama lain sebagaimana hal itu diketahui oleh para ahlinya.
Allah memperlihatkan begitu banyak tanda kekuasaan-Nya di hadapan manusia. Maka, tidakkah mereka memperhatikan unta, bagaimana diciptakan’ unta diciptakan oleh Allah dengan bentuk tubuh dan anggota badan yang sesuai dengan lingkungan hidupnya di padang pasir. Air susunya dan dagingnya menjadi bahan makanan yang lezat, sedangkan kulitnya dapat dijadikan kemah dan sebagainya (lihat pula: an-nahl/16: 7, 81; g’fir/40: 79’80). 18. Dan tidakkah pula mereka memperhatikan langit, bagaimana ditinggikan’ Allah menjadikan langit sebagai atap bumi yang kukuh meski tanpa penopang. Di sana matahari, bulan, planet, dan berbagai benda langit beredar. Allah menghiasinya dengan bintang yang dapat menjadi petunjuk arah bagi para musafir. Dari langit itu pula turun hujan yang sangat bermanfaat bagi kehidupan di bumi.
Al-Ghasyiyah Ayat 17 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Ghasyiyah Ayat 17, Makna Al-Ghasyiyah Ayat 17, Terjemahan Tafsir Al-Ghasyiyah Ayat 17, Al-Ghasyiyah Ayat 17 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Ghasyiyah Ayat 17
Tafsir Surat Al-Ghasyiyah Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)